Share

BAB 107

Penulis: sutan sati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ketika Awan membuka matanya, ia mendapati dirinya sedang berada di tengah lapangan stadion yang berbentuk colosseum. Sekelilingnya terdapat banyak pasang mata yang sedang menatapnya dalam hening dan penasaran.

Awan dengan cepat menganalisis keadaan yang sedang terjadi, selama ia berada dalam alam jiwanya. Awan dengan segera menyadari situasi yang sedang terjadi begitu melihat ke dalam ingatannya. Ditambah dengan Gundala yang saat ini menjadi asisten ghoibnya.

Awan melihat, jika tangannya saat ini sedang memegang sebuah pisau belati kecil dengan gagang berwarna keemasan dan dua belas permata berwarna cerah menghiasi gagangnya. Lalu, ada sebuah permata yang berbentuk seperti mata berwarna kuning keemasan terletak ditengah gagang.

Terbukanya mata sejata pusaka tersebut, menandakan kekuatannya sudah terbangun.

"Gundala, apa ini wujudmu?" Tanya Awan penasaran begitu melihat pusaka tersebut.

"Benar, tuanku. Mulai saat ini, aku akan menjadi senjatamu."

Setelah mengucapkan kalimat ters
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (19)
goodnovel comment avatar
Haris Tekhnik
mantap lah cerita nya...jadi seru
goodnovel comment avatar
Ipul Rahman
2 atau 3 bab lagi gpp thorrr wkwkwk
goodnovel comment avatar
Roman Saputra
mantull thor....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 108

    Jakun Samba turun naik, begitu matanya melihat pemandangan mulus yang terbentang di depannya. Samba sudah tidak sabar untuk segera memetik dara yang masih sangat murni seperti Annisa. Hanya dengan melihat bagian bahunya yang terbuka saja, sudah membuat Samba hampir hilang kendali. Apalagi jika ia bisa melihat seluruh tubuh polos Annisa secara utuh.Annisa dalam ketidakberdayaannya, hanya bisa menatap Samba dengan tatapan penuh kebencian. Andai tatapannya bisa membunuh, bisa dipastikan Samba sudah mati berulang kali seketika itu juga. Namun, apa daya! Annisa hanyalah seorang gadis lemah, di bawah tekanan tubuh Samba yang besar, Annisa hanya bisa pasrah menunggu nasib malangnya.Napas Samba sudah memburu dan tidak sabar untuk segera menikmati trofinya. Tangannya segera mengulur ke bawah dan hendak meraih tepian dalaman Annisa. Dengan sekali tarik, maka penutup tubuh bagian atas Annisa akan segera terbuka dan memperlihatkan keindahan yang ada dibaliknya.Samba sudah tidak sabar!Namun, b

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 109

    Saat Awan mengaktifkan indera ke enamnya, mata bathinnya dapat menembus seluruh isi kampung dan menemukan betapa banyaknya rakyat tidak bersalah yang telah menjadi korban kekejaman Samba dan pengikutnya.Hal itu membangkitkan amarah Awan, sehingga mata emasnya kembali bangkit. Mata itu tidak hanya mewakili keagungan tapi juga kemurkaan seorang raja.Delapan orang petarut elit Samba yang semula berniat menyerang Awan, bergidik ngeri dan keraguan menghinggapi diri mereka."Tu-tuanku, dia memiliki mata raja!" Ucap salah seorang petarung elit Samba, ragu. Mereka juga bagian dari bangsa harimau, ada aturan kuno yang mengikat mereka. Di mana mereka tidak bisa begitu saja menyerang penguasa ataupun keturunan mereka yang memiliki tanda penguasa di tubuhnya.Adapun Samba yang melihat mata emas Awan, kini tampak serius. Tentu saja ia sangat tahu apa arti di balik mata emas tersebut, karena itu adalah mata yang selalu diingatnya. Bahkan hingga ia berhasil bangkit kembali ke dunia ini.Pengalama

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 110

    Samba bagaimanapun merasakan sedikit rasa gentar dalam dirinya. Ia tidak menyangka pemuda di depannya itu, dapat menggunakan kekuatan milik kakaknya dengan begitu sempurna. Pancaran auranya bahkan tidak kalah kuat dengan milik kakaknya di masa lalu.Tapi, Samba bukannya tanpa persiapan. Ia masih percaya diri, karena yang dihadapinya adalah manusia, bukan kakaknya seutuhnya.Meski Awan telah mewarisi kekuatan Gumara, lalu kenapa? Dia masih tetap manusia biasa. Sebagai manusia, mereka memiliki keterbatasan.Sementara Samba berasal dari keturunan bangsa harimau dan memiliki anugerah yang melimpah, karena dalam dirinya mengalir darah raja penguasa bangsa harimau. Bagaimana hal itu bisa dibandingkan dengan manusia biasa seperti Awan?Adanya dua pancaran aura yang kuat dari dua orang ini, menimbulkan getaran kuat pada tanah tempat mereka berpijak. Konon katanya, jika dua petarung dengan level kekuatan yang hampir mencapai level dewa, akan menyebabkan bencana bumi dan juga kematian sepanjan

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 111

    Gundala adalah spirit perang, sehigga ia memiliki kemampuan bertahan yang lebih lemah dibandingkan menyerangnya. Jika para penyerang ini berniat untuk menambah intensitas serangannya, maka ia khawatir tidak bisa lagi untuk menahannya.Bagaimanapun, delapan orang yang sedang berusaha menyerangnya saat ini adalah para petarung elit dan pengawal khusus Samba. Kemampuan mereka hampir sama tingginya dengan para tetua bangsa harimau. Level kekuatan mereka sudah mencapai level grandmaster, tidak mustahil bagi mereka bisa menembus pertahanan Gundala saat ini."Hehehe sepertinya cara itu berhasil. Kalau kita serang bersama-sama, mungkin kita akan dapat menghancurkan perisai pertahannya. Bersiaplah! Kali ini, kita serang bersamaan!"Gundala tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Dia menjadi dilema, antara menyerang atau bertahan.Ia bisa saja menyerang mereka dan paling tidak itu dapat melukai sebagian dari mereka. Tapi resikonya, dua orang wanita yang ditugaskan oleh tuannya untuk menjaga mereka

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 112

    Beralih ke tempat Awan yang sedang bertarung dengan Samba.Keduanya tidak lagi berada di depan halaman rumah Awan dan sekarang sedang bertarung serius di puncak bukit larangan.Sebelumnya Awan sengaja mengiring Samba ke puncak bukit larangan, untuk mengindari korban yang tidak diinginkan, mengingat daya hancur dari pertukaran serangan mereka yang luar biasa.Sepanjang hutan yang mereka lewati, banyak pohon besar yang telah menjadi korban karena jejak pertarungan mereka.Baik Awan, maupun Samba sudah berubah menjadi sosok harimau besar dengan belang hitam dan warna bulu keemasan. Satu yang menandakan bahwa mereka berbeda dari harimau pada umumnya adalah ukuran tubuh mereka yang berukuran dua kali lebih besar dari ukuran batas fisik harimau normal. Selain itu, sinar mata mereka juga berwarna terang keemasan dan memiliki aura mengintimidasi yang sangat kuat.Jangankan manusia, harimau biasa saja ketika melihat mata mereka, bisa mati berdiri seketika itu juga.Keduanya bergerak sangat pel

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 113

    "Saatnya pertarungan yang sebenarnya." Ucap Awan datar.Mendengar itu, Samba hampir muntah darah dibuatnya. Bagaimana tidak? Ia sudah bertarung habis-habisan dan mengeluarkan semua kartu andalan yang dimilikinya, namun kata-kata Awan barusan menyiratkan kalau ia masih belum mengeluarkan semua kemampuannya.Apa ia menganggap kalau pertarungan mereka sebelumnya cuma sebagai pemanasan?Samba hampir tersedak ketika memikirkannya.Namun, ketika Samba melihat banyak luka yang terdapat di tubuh Awan, ia menduga jika ucapan Awan barusan hanyalah gertakan sambal semata, untuk mengacaukan kepercayaan dirinya yang nyata-nyata telah unggul.Oleh karena itu, Samba tertawa sinis, "Dengan luka sebanyak itu, kamu ternyata masih bisa membual, bocah! Hari ini, aku akan membuatmu menyadari seberapa besar perbedaan antara kita yang sebenarnya. Selamanya, bangsa manusia tidak akan pernah mengungguli bangsa kami, camkan itu!"Awan tahu jika Samba akan berkomentar seperti itu. Karena itu, ia sengaja unjuk k

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 114

    Mata Awan menyipit tajam ketika menatap Samba. Ia tidak memiliki sedikitpun rasa kasihan terhadap Samba.Awan dengan dingin menendang Samba, hingga beberapa kali. Sampai Samba meringkuk di bawah kakinya."Apa kamu masih menganggap manusia itu lemah?" Tanya Awan ketus.Empat cakar di kakinya mengeluarkan api hitam. Lalu, dengan dingin Awan menginjak pundak Samba."Arghhkk.."Samba mengerang kesakitan. Pijakan Awan tidak hanya melukai pundaknya, tapi api hitam di kakinya membuat tulang pundak Samba langsung hancur dalam satu hentakannya.Samba mengaum keras, karena rasa sakit yang luar biasa.Awan hanya mendesis dingin, itu masih belum cukup untuk melampiaskan amarahnya.Cess,Krak!Kembali terdengar bunyi daging yang terbakar dan suara tulang patah, Samba kembali mengaum keras karena kesakitan. Tubuhnya yang sudah lemah, bergetar hebat karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang di alaminya. Awan dengan kejam menyiksanya tanpa bebelas kasihan sedikitpun pada Samba.Dua kaki depan Samba

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 115

    "Andini?"Awan terkejut begitu mendapati sesosok wanita cantik berada begitu dekat dengannya. Awan mengingatnya, karena wanita inilah yang telah membantu dirinya dalam menghadapi Juna sebelumnya. Hanya saja, saat Awan tersadar, ia belum sempat berterima kasih langsung padanya. Karena sudah harus keburu kembali ke alamnya untuk menyelamatkan Annisa dan yang lainnya.Andini tersenyum dan menatap Awan lembut, "Anda sangat luar biasa, tuanku! Anda telah berhasil mengalahkan Samba tanpa bantuan siapapun."Andini mengungkapkan pikirannya dengan sangat jujur.Ketika Datuk Taring Putih memerintahkan para tetua dan semua penduduk bangsa harimau untuk membantu penduduk Kampung Tuo dan menyerang pasukan Samba. Andini sengaja memisahkan diri dari yang lainnya dan mengikuti Awan dari kejauhan.Andini khawatir dengan keselamatan Awan.Bagaimanapun Awan sudah diakui oleh bangsa harimau sebagai raja mereka. Sehingga Andini berkewajiban untuk melindunginya.Semula, ia sudah sangat khawatir ketika meli

Bab terbaru

  • GGAP 3 : THE LAST   EPILOG

    Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 638 (TAMAT)

    Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 637

    Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 636

    Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 635

    Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 634

    Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 633

    Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 632

    Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 631

    Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,

DMCA.com Protection Status