Awalnya, Juna merasa cukup dengan menggunakan sepuluh persen kekuatannya untuk menghadapi Awan yang dianggapnya lemah itu. Tapi, begitu melihat senyum percaya diri Awan, membuat kebencian dalam diri Juna meningkat tajam. Segera, ia menaikkan kekuatannya mencapai lima puluh persen."Sekarang, cobalah bertahan dari serangan ini, bocah!"Wosh.Senyum di wajah Awan segera menghilang. Ia tidak menduga jika musuh akan begitu cepat serius dalam melawannya.Glek!"Bagaimana caraku menghadapinya?"Sekarang ia kebingungan menghadang serangan pamungkas Juna."Jangan panik! Gunakan level empat jurus harimau liar, induk harimau keluar mengincar mangsa."Andini mengirim pesan suara dengan menggunakan telepati. Dengan Awan berhasil menggunakan jurus yang sebelumnya di transfer oleh Andini, membuat Andini lebih mudah berkomunikasi dengan menggunakan suara bathin.Benar saja, saat serangan Juna datang menghampirinya, tubuh Awan segera dipenuhi oleh cahaya biru terang. Segera setelah itu, gerakan Awan
"Saat itu, dalam mimpi Awan, seluruh penduduk kampung tewas karena dibunuh. Itu membangkitkan emosi terdalam Awan. Saat itulah, aku melihat mata raja bangkit. Aku sempat sulit bergerak dan merasa ketakutan. Sampai ketika sorot mata keemasan itu meredup, aku baru bisa melepaskan diri dan berhasil ke luar dari alam mimpinya."Andini lalu tersenyum senang. Ketika mengatakan ini, ia seperti mendapatkan ide bagaimana cara membuat Awan bisa membangkitkan kekuatan sejatinya, meski ingatannya belum berhasil dipulihkan."Guru, bagaimana jika saya mengirimkan kilasan mimpi itu ke dalam ingatan Awan saat ini?"Puty Ambun Malam dengan cepat menggeleng dan langsung menolak ide Andini, "Tidak! Itu sangat berbahaya. Awan saat ini sedang bertarung, jika kamu mengirimkan ingatan tentang mimpi itu sekarang, itu akan dapat membuat Awan teralihkan. Akan sangat berbahaya kalau Juna memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya. Bisa dipastikan, Awan akan hancur saat itu juga!"Andini tercengang."Lalu, a
"Apa yang terjadi?"Itulah yang menjadi pertanyaan semua orang saat ini.Apalagi ketika ledakan tadi, seluruh stadion terasa berguncang cukup hebat, lalu kabut menutupi pemandangan semua orang.Wosh!Para tetua menggunakan kekuatannya, dengan satu kibasan tangan, kabut yang menutupi seluruh stadion berhasil di sapu bersih.Saat ini, di tengah stadion ada dua tubuh yang sama-sama terbaring dengan jarak yang cukup berjauhan. "Oh, tidak!" Seru Andini terkejut. Ia melihat Awan terbaring dengan kondisi begitu menggenaskan, dua puluh meter dari posisi batu kalam berada."Apa pusaka raja menolaknya?" Jantung Andini seakan berhenti berdetak karena saking terkejutnya.Awan sudah cukup cerdik dengan mengecoh Juna untuk mendapatkan pusaka raja. Siapa sangka, jika pada detik terakhir, usaha tersebut ternyata gagal total.Awan mengalami cidera yang sangat parah. Sulit untuk menebak, apa ia masih hidup atau sudah mati dengan cidera separah itu. Karena, hampir semua pembuluh darahnya pecah dan seku
Datuk Taring Putih mengusap jengot putihnya pelan. Sekarang, ia tidak memiliki pilihan lebih baik selain apa yang dikemukakan oleh Datuk Paneh Jobang."Baiklah! Juna, segera ambil pusaka raja harimau dan klaim kekuatannya. Kamu akan berdiri di baris terdepan, menghadapi Samba dan kroni-kroninya. Selain itu, sampai raja Gumara terlahir kembali, Juna akan menjadi pemimpin bangsa harimau."Pernyataan Datuk Taring Putih disambut senang oleh sebagian besar penduduk bangsa harimau. Kecuali, Puty Ambun Malam, Datuk Belang Perak, Datuk Cakar Putih dan tentu saja Andini, mereka tampat berada dalam dilema yang cukup berat berat.Namun, pilihan apa yang mereka miliki saat ini? Tidak ada, karena Awan yang mereka harapkan untuk dapat mengklaim pusaka raja, pada kenyataannya telah tumbang. Pusaka raja harimau menolaknya dan bahkan menghancurkan seluruh inti kekuatannya. Para tetua dengan mata dewa mereka, bahkan tidak bisa memastikan bagaimana kondisi Awan saat ini, apa ia masih hidup atau sudah ma
Tanpa mereka ketahui, saat Awan terluka parah sebelumnya dan emosinya bangkit, itu memicu beberapa kekuatan yang terpendam di dalam tubuhnya. Kemampuan pemulihan Huo dengan cepat meregenerasi sel-sel yang yang telah rusak di dalam tubuh Awan."Tidak ada yang boleh menyakiti keluargaku.""Siapapun yang menyakiti orang-orang yang ku sayangi, harus mati."Awan bersuara dan mengucapkan kalimat yang sama sebanyak dua kali. Saat selanjutnya, ia mengangkat wajahnya dan matanya terbuka sepenuhnya, tampak pupil matanya telah berubah warna menjadi kuning keemasan."Itu, mata raja!" Seru khalayak terpana.Para tetua, juga tidak kalah tercengang, mereka sangat kenal dengan pemilik mata tersebut.Bukankah spirit Gumara sudah lenyap dari dalam tubuh Awan? Lalu, bagaimana bisa mata itu bangkit kembali? Seluruh tubuh Datuk Taring Putih bergetar hebat karena saking senangnya. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia turun dari kursi kebesarannya dan berpindah tempat ke dekat Awan.Melihat dari dekat mata ema
Kejadian yang terpampang di depannya saat ini adalah Aldo dan Fadhil yang sedang berjuang menghadapi dua orang berbadan besar. Kekuatan mereka begitu mengerikan dan dua teman Awan tampak sudah terluka. Fadhil bahkan lebih parah, ia hanya bisa bertarung dengan satu tangannya saat ini. Awan bisa melihat, jika lengan kiri Fadhil patah dan tidak bisa digunakan. Sementara itu, dua sosok yang sudah dikenal Awan, sudah terbaring di atas tanah dengan seluruh tubuh penuh luka. Mereka adalah Angku Rahmad dan Angku Jaludin. Meski status mereka sebagai guru Aldo dan Fadhil, namun secara kemampuan, dua sahabatnya itu sudah melampaui kemampuan dua mantan Seventh Devil ini. Itu karena Aldo dan Fadhil telah mendapat bimbingan dari dewa perang sekte Flamis. Melihat dari dua lawan Aldo dan Fadhil saat ini, sepertinya mereka memiliki kemampuan sedikit di atas mereka. Selain itu, para jawara Kampung Tuo juga terlihat sedang berjuang mati-matian menghadapi para penyerang yang jumlahnya dua kali lipat
"Hahaha, aku suka dengan keberanianmu, cantik!""Baiklah, karena kamu tidak mau ikut denganku dengan cara baik-baik, maka aku tidak memiliki pilihan lain selain memaksamu. Aku akan menjadikanmu koleksi keduaku.""Kenapa kedua, tuanku? Bukannya anda belum punya koleksi satupun sebelum ini?" Tanya Dubalang yang berdiri di belakang Samba, bertanya dengan bingung.Samba langsung melirik Dubalangnya itu dengan ekspresi kesal, 'Sempat-sempatnya dia menanyakan hal itu sekarang.'"Bodoh! Koleksi pertama, tentu saja wanita berkerudung putih yang ada di dalam sana."Dubalang langsung garuk-garuk kepala dan menyadari kebodohannya, "Hehehe, maaf bos!"Chiya terkejut ketika mendengar orang di depannya itu ternyata menargetkan Annisa. Chiya berkata dengan marah, "Singkirkan pikiran kotormu itu, bajingan! Selama aku berada di sini, jangan pernah berharap bisa menyentuh Annisa-san!""Hehehe, kalau begitu cobalah bertahan dari seranganku dan kita akan membicarakan hal ini lagi setelahnya, apa aku bisa
Annisa segera meraih tubuhnya dan menempatkan tubuh Chiya ke dalam pangkuannya. Baju kurung Annisa yang berwarna putih, kini penuh di banjiri oleh warna merah, darahnya Chiya."Annisa-san, ma-maaf a,aku tidak melindungimu." Ucap Chiya dengan napas tersengal. Ia tidak berdaya menghadapi Samba, karena itu Chiya merasakan perasaan sangat bersalah saat ini. Ia sangat malu dan menganggap dirinya telah gagal melindungi Annisa.Annisa yang panik langsung terisak, ia tidak tega melihat kondisi Chiya, sementara Chiya justru malah memikirkan keselamatan dirinya."Chiya, tolong jangan bicara seperti itu! Kamu sudah melakukan apa yang kamu bisa." Ujar Annisa sedih. "Hahaha, sekarang saatnya bermain denganmu cantik!" Dari depan rumah terdengar tawa keras Samba yang sedang menatap punggung Annisa. Samba melangkah masuk ke dalam rumah dari bagian celah dinding yang hancur, matanya tidak bisa menyembunyikan hasratnya terhadap Annisa.Wanita di depannya itu begitu cantik dengan baju kurung putihnya.