Calista tidak bisa mengingat dengan jelas wajah pria tersebut, tapi ia masih bisa merasakan ciuman itu dibibirnya, seakan itu baru saja terjadi kemarin.Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dan tanpa sadar air matanya mulai keluar dengan sendirinya."Calista, kamu kenapa? Duh, ma-maaf aku tidak bermaksud mengingatkanmu dengan ciuman tersebut." Ujar Rani panik. Khawatir jika pertanyaannya salah dan menyinggung perasaan sahabatnya tersebut.Kembali ketempat Awan saat ini."Jadi, mulai saat ini. Saya adalah kepala keluarga Sanjaya yang sah.""Semua aset dan perusahaan keluarga Sanjaya akan saya ambil alih. Selain itu, semua perusahaan yang tergabung dalam grup Sanjaya akan di evaluasi secara ketat.""Dengan kata lain, semua pernyataan ibu tiri saya yang menyatakan dirinya sebagai kepala keluarga Sanjaya, dibatalkan."Seorang wartawan tampak ragu-ragu ketika mengangkat tangan untuk meminta ijin bertanya. Awan melihat hal itu dan menunjuknya, "Anda mau bertanya? Silahkan.""Maaf sebel
"Dasar bocah sialan!" Herman Jati adalah orang yang pertama yang bereaksi begitu melihat berita live wawancara Awan di handphonenya. Ia tidak dapat menyembunyikan kemarahan dan kegusarannya ketika melihat manuver besar yang dilakukan Awan.Berita itu sama saja membuat separoh rencana yang mereka bangun, menjadi sia-sia. Putra sulungnya melihat ke arah Herman dengan tatapan penuh tanya, "Ada apa Ayah?"Tidak hanya Lukman, tapi orang disekitarnya juga tampak heran melihat tingkah emosional Herman Jati. Namun, karena perbedaan status antara mereka dengan keluarga Jati yang begitu besar, membuat mereka hanya berani berasumsi dan menahannya tanpa berani mengungkapkannya.Kebetulan disaat bersamaan, semua orang mendapat notifikasi di ponsel mereka masing-masing. Itu adalah berita terbaru yang sedang tayang dan meliput pernyataan resmi Awan di gerbang terluar kediaman Sanjaya. Tidak berselang lama setelah itu, disusul dengan berita yang bahkan jauh lebih besar dan mengemparkan. Itu adalah p
Saat ini ia begitu membenci Kelvin dan Awan sampai ke tulang-tulang mereka."Kelvin, kamu... kamu suami bajingan. Bagaimana bisa kamu tidak menyisakan apapun untukku dan juga dua anakmu?" Raung Helena dengan emosi meluap-luap. Ia sulit menerima kenyataan, bahwa dirinya akan berakhir dengan tangan hampa saat ini. Keluarga kecilnya terancam berakhir sebagai gelandangan.Tanpa mempedulikan asisten dan juga pelayan yang sedang meriasnya, Helena segera berjalan terburu keluar kamar. Tujuannya sudah jelas untuk menghadap aliansi keluarga Naga. Mereka telah mendukungnya dan juga semua rencana yang ia jalankan atas prakarsa mereka. Helena yakin, mereka tidak akan diam saja melihat dirinya hancur saat ini.Helena berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah dan juga ruang utama.Tentu saja kehadirannya membuat banyak orang terkejut, karena panitia sama sekali belum mengumumkan kehadiran tuan rumah. Namun Helena sudah keluar dan berlari seperti orang kesetanan.Tanpa mempedulikan tatapan
Melihat cara Helena dan enam kepala keluarga naga ini menghormatinya, jelas saja pria yang disambut penuh kehormatan dengan sebutan 'Surai Hijau' tersebut bukan orang sembarangan.Dia adalah satu dari lima petinggi The Shadow. Dia bukan hanya unggul dari segi kekuasaan, tapi juga kekuatan."Hahaha, terimakasih sudah menyambutku. Kalian pasti dibuat susah dengan rencana licik bocah ingusan tersebut, benar kan?" Tanya Surai Hijau dengan sikap santai.Semua orang saling menatap satu sama lain. Helena disisi lain menjadi orang yang tidak sabar, karena ia yang menderita kerugian paling besar di antara semua orang. Helena berkata dengan nada memohon, "Tetua Surai Hijau, anak haram itu telah merampas semuanya dari keluargaku. Bagaimana aku masih bisa hidup esok hari? Dia bahkan menjadikan aku dan keluargaku sebagai penjahat dengan membuat pernyataan ambigu, seolah kami adalah pelaku dibalik kecelakaan Kelvin. Saat ini, lembaga hukum internasional pasti mencurigai dan akan segera menangkap ka
"William, segera perintahkan putrimu untuk segera ke aula. Jam pernikahannya dimajukan, saya beri waktu lima menit, tidak lebih." Ucap Helena dengan nada memerintah.William, di sisi lain tidak bisa berkomentar banyak, selain hanya bisa tunduk dan mematuhi perintah tersebut. Apa yang dilakukan Helena terkesan sudah menginjak-injak harga diri William, bagaimana pun dia tetaplah seorang CEO besar dan juga kepala keluarga Tanuwijaya. Namun, karena keberlangsungan hidupnya dan juga semua keluarganya bergantung pada Helena, membuat William tidak memiliki pilihan lain selain hanya bisa tunduk dengan sikap semena-mena Helena. Meski dengan begitu, William merasa sebagai kepala keluarga yang tidak lagi memiliki mahkota. Ia tidak dapat menentukan keputusan apapun lagi yang dapat menyelamatkan kehormatan keluarganya, utamanya semenjak kembalinya Alexander, ayahnya.Malangnya, semua anggota keluarga Tanuwijaya tidak diijinkan memegang alat komunikasi apapun saat ini. Alasannya, keluarga Sanjaya
Sementara itu, dibagian paling depan berdiri seorang wanita tua bersisian dengan Helena, dia adalah Madam Gao.Meski sekilas terlihat bukan seperti seorang yang memiliki kelebihan khusus. Namun, dia adalah orang pertama dijajaran petinggi The Shadow.Sementara itu, pasukan terkuat masing-masing keluarga naga, juga tampak membaur bersama tamu undangan. Suasana terasa begitu hening untuk sebuah acara pesta pernikahan, ditambah ekspresi calon mempelai wanita yang tampak seperti orang mati, membuat suasana terasa lebih mencekam.'Ini lebih cocok disebut acara berkabung daripada acara pernikahan.' Pikir beberapa tamu undangan yang hadir disana. Namun, itu hanya sebatas pikiran semata. Karena kenyataannya, mereka berusaha tetap menampilkan senyum palsu di wajah mereka. Apalagi, mereka juga juga tidak tahu bagaimana nasib mereka setelah keluar dari sana nantinya.Helena disisi lain, menatap takjub pada calon menantunya tersebut. Meski itu adalah pernikahan yang dipaksakan, Helena tidak bisa
Pendeta tersebut tidak lagi berani bicara dan bertanya dengan panjang lebar, karena khawatir Hadi akan menyelanya kembali. Ia sudah cukup malu dengan selaan Hadi sebelumnya, karena itu ia langsung menanyakan hal intinya.Angel hanya diam dengan tatapan menerawang kosong, para penonton sudah menantikan Angel untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan lantang. Namun, sampai satu menit lamanya menunggu, Angel masih tetap diam dengan wajah tanpa ekspresi.Tidak sabar, Hadi kembali bersuara, "Dia bersedia, dia bersedia.""Hahaha."Banyak dari penonton tertawa lucu melihat Hadi kembali mempertontonkan ketidak sabarannya.Tentu saja itu belum bisa dikatakan sah, sehingga pendeta kembali mengulangi pertanyaan yang sama dan Hadi lagi-lagi menyelanya, "Sudah, cepat resmikan saja pak pendeta. Dia tentu saja bersedia, tunggu apalagi. Aku tidak punya banyak waktu dengan segala omong kosong ini." Nada Hadi bukan saja mem"Itu sudah aturannya, tuan Hadi." Jawab pendeta sambil menahan kekesalannya.M
Riana dibuat kesal sendiri karena sikap Awan yang pergi begitu saja. Membuat ia harus berpikir keras untuk mengatur ulang rencana mereka. Neo dengan sigap segera mengeluarkan pisau pendeknya dan mengarahkannya tepat di leher supir, "Maju lebih cepat atau tidak, saya penggal kepalamu." Ancamnya.Si supir merasa cemas, namun itu tidak cukup untuk membuatnya ketakutan."Silahkan bunuh saya! Saya tidak bisa melaju lebih cepat dari ini." Jawab si supir bersikukuh.Ia tahu, sepanjang jalan ada penjagaan yang sangat ketat. Kedua penumpangnya tersebut tidak bisa masuk begitu saja, tanpa dirinya yang menyupiri mereka. Paling tidak, mereka harus bersusah payah untuk melewati penjaga terlebih dahulu, jika nekat masuk tanpa dirinya. Karena itu, ia terlihat percaya diri.Neo menekan sedikit lebih dalam, sampai pisaunya sedikit terbenam dan mengiris leher si supir. Namun, si supir sama sekali tidak bergeming. Ia seperti sudah siap mati demi menjalankan instruksi tuannya.Riana disisi lain, melihat