"Saya, Saktiawan Sanjaya atau kalian dapat memanggil saya dengan nama kecil saya, Awan." Ucap Awan santai.Jika sebelumnya, ketika Riana bicara masih ada yang berani menyela. Tapi, tidak dengan Awan. Para wartawan ini menyimpan banyak pertanyaan didalam benak mereka, namun semuanya seakan tertahan dalam tenggorokan dan tidak berani mereka ungkapkan.Tentu saja, itu semua karena efek kharisma Awan yang terlalu luar biasa dan membuat orang biasa tidak memiliki keberanian untuk bicara secara terus terang padanya.Acara live tersebut sedang ditonton oleh banyak pasang mata. Mereka yang pernah berinteraksi dengan Awan, rata-rata memiliki ekspresi yang begitu rumit diwajah mereka. Teman-teman aiden Awan bahkan kesulitan untuk menutup mulut mereka yang menganga lebar saat itu, "Yan, i-itu benaran Awan kan?" Tanya Farhan dengan ekspresi terkejut.Yanuar yang duduk disebelahnya, bahkan harus menelan saliva yang cukup besar dan coba mengucek matanya sendiri untuk meyakinkan dirinya."Benar, it
Reaksi yang sama sekali tidak diduga oleh Rani, ternyata Calista justru menunjukkan kalau dia sama sekali tidak mengenal Awan. Rani menatap Calista dengan serius, "Calista, kamu tidak sedang bercanda kan? Kamu kan yang selama ini selalu bertanya-tanya tentang dia? Kamu bahkan pernah curhat padaku, kalau kamu sangat peduli tentang Awan. Kamu bahkan galau belakang ini, karena Awan tidak pernah lagi masuk ke kampus. Apa kamu lupa?" Tanya Rani heran."Masa sih?" Tanya Calista bingung. Ia bahkan tidak ingat pernah mengenal Awan dimana, bagaimana mungkin ia bisa memikirkannya sampai seserius itu?Rani tercengang melihat reaksi biasa Calista. Calista tampak jujur kalau ia benar-benar tidak mengingat Awan sama sekali. Hal itu membuat Rani bertanya-tanya, apa ada sesuatu yang terjadi pada Calista, sampai dia melupakan Awan?Kalau dulu, Rani mungkin hanya sekedar bicara mendukung Calista ketika memilih Awan. Tapi, melihat status Awan saat ini, tidak mungkin ia hanya sekedar asal mendukung pilih
Calista tidak bisa mengingat dengan jelas wajah pria tersebut, tapi ia masih bisa merasakan ciuman itu dibibirnya, seakan itu baru saja terjadi kemarin.Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dan tanpa sadar air matanya mulai keluar dengan sendirinya."Calista, kamu kenapa? Duh, ma-maaf aku tidak bermaksud mengingatkanmu dengan ciuman tersebut." Ujar Rani panik. Khawatir jika pertanyaannya salah dan menyinggung perasaan sahabatnya tersebut.Kembali ketempat Awan saat ini."Jadi, mulai saat ini. Saya adalah kepala keluarga Sanjaya yang sah.""Semua aset dan perusahaan keluarga Sanjaya akan saya ambil alih. Selain itu, semua perusahaan yang tergabung dalam grup Sanjaya akan di evaluasi secara ketat.""Dengan kata lain, semua pernyataan ibu tiri saya yang menyatakan dirinya sebagai kepala keluarga Sanjaya, dibatalkan."Seorang wartawan tampak ragu-ragu ketika mengangkat tangan untuk meminta ijin bertanya. Awan melihat hal itu dan menunjuknya, "Anda mau bertanya? Silahkan.""Maaf sebel
"Dasar bocah sialan!" Herman Jati adalah orang yang pertama yang bereaksi begitu melihat berita live wawancara Awan di handphonenya. Ia tidak dapat menyembunyikan kemarahan dan kegusarannya ketika melihat manuver besar yang dilakukan Awan.Berita itu sama saja membuat separoh rencana yang mereka bangun, menjadi sia-sia. Putra sulungnya melihat ke arah Herman dengan tatapan penuh tanya, "Ada apa Ayah?"Tidak hanya Lukman, tapi orang disekitarnya juga tampak heran melihat tingkah emosional Herman Jati. Namun, karena perbedaan status antara mereka dengan keluarga Jati yang begitu besar, membuat mereka hanya berani berasumsi dan menahannya tanpa berani mengungkapkannya.Kebetulan disaat bersamaan, semua orang mendapat notifikasi di ponsel mereka masing-masing. Itu adalah berita terbaru yang sedang tayang dan meliput pernyataan resmi Awan di gerbang terluar kediaman Sanjaya. Tidak berselang lama setelah itu, disusul dengan berita yang bahkan jauh lebih besar dan mengemparkan. Itu adalah p
Saat ini ia begitu membenci Kelvin dan Awan sampai ke tulang-tulang mereka."Kelvin, kamu... kamu suami bajingan. Bagaimana bisa kamu tidak menyisakan apapun untukku dan juga dua anakmu?" Raung Helena dengan emosi meluap-luap. Ia sulit menerima kenyataan, bahwa dirinya akan berakhir dengan tangan hampa saat ini. Keluarga kecilnya terancam berakhir sebagai gelandangan.Tanpa mempedulikan asisten dan juga pelayan yang sedang meriasnya, Helena segera berjalan terburu keluar kamar. Tujuannya sudah jelas untuk menghadap aliansi keluarga Naga. Mereka telah mendukungnya dan juga semua rencana yang ia jalankan atas prakarsa mereka. Helena yakin, mereka tidak akan diam saja melihat dirinya hancur saat ini.Helena berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah dan juga ruang utama.Tentu saja kehadirannya membuat banyak orang terkejut, karena panitia sama sekali belum mengumumkan kehadiran tuan rumah. Namun Helena sudah keluar dan berlari seperti orang kesetanan.Tanpa mempedulikan tatapan
Melihat cara Helena dan enam kepala keluarga naga ini menghormatinya, jelas saja pria yang disambut penuh kehormatan dengan sebutan 'Surai Hijau' tersebut bukan orang sembarangan.Dia adalah satu dari lima petinggi The Shadow. Dia bukan hanya unggul dari segi kekuasaan, tapi juga kekuatan."Hahaha, terimakasih sudah menyambutku. Kalian pasti dibuat susah dengan rencana licik bocah ingusan tersebut, benar kan?" Tanya Surai Hijau dengan sikap santai.Semua orang saling menatap satu sama lain. Helena disisi lain menjadi orang yang tidak sabar, karena ia yang menderita kerugian paling besar di antara semua orang. Helena berkata dengan nada memohon, "Tetua Surai Hijau, anak haram itu telah merampas semuanya dari keluargaku. Bagaimana aku masih bisa hidup esok hari? Dia bahkan menjadikan aku dan keluargaku sebagai penjahat dengan membuat pernyataan ambigu, seolah kami adalah pelaku dibalik kecelakaan Kelvin. Saat ini, lembaga hukum internasional pasti mencurigai dan akan segera menangkap ka
"William, segera perintahkan putrimu untuk segera ke aula. Jam pernikahannya dimajukan, saya beri waktu lima menit, tidak lebih." Ucap Helena dengan nada memerintah.William, di sisi lain tidak bisa berkomentar banyak, selain hanya bisa tunduk dan mematuhi perintah tersebut. Apa yang dilakukan Helena terkesan sudah menginjak-injak harga diri William, bagaimana pun dia tetaplah seorang CEO besar dan juga kepala keluarga Tanuwijaya. Namun, karena keberlangsungan hidupnya dan juga semua keluarganya bergantung pada Helena, membuat William tidak memiliki pilihan lain selain hanya bisa tunduk dengan sikap semena-mena Helena. Meski dengan begitu, William merasa sebagai kepala keluarga yang tidak lagi memiliki mahkota. Ia tidak dapat menentukan keputusan apapun lagi yang dapat menyelamatkan kehormatan keluarganya, utamanya semenjak kembalinya Alexander, ayahnya.Malangnya, semua anggota keluarga Tanuwijaya tidak diijinkan memegang alat komunikasi apapun saat ini. Alasannya, keluarga Sanjaya
Sementara itu, dibagian paling depan berdiri seorang wanita tua bersisian dengan Helena, dia adalah Madam Gao.Meski sekilas terlihat bukan seperti seorang yang memiliki kelebihan khusus. Namun, dia adalah orang pertama dijajaran petinggi The Shadow.Sementara itu, pasukan terkuat masing-masing keluarga naga, juga tampak membaur bersama tamu undangan. Suasana terasa begitu hening untuk sebuah acara pesta pernikahan, ditambah ekspresi calon mempelai wanita yang tampak seperti orang mati, membuat suasana terasa lebih mencekam.'Ini lebih cocok disebut acara berkabung daripada acara pernikahan.' Pikir beberapa tamu undangan yang hadir disana. Namun, itu hanya sebatas pikiran semata. Karena kenyataannya, mereka berusaha tetap menampilkan senyum palsu di wajah mereka. Apalagi, mereka juga juga tidak tahu bagaimana nasib mereka setelah keluar dari sana nantinya.Helena disisi lain, menatap takjub pada calon menantunya tersebut. Meski itu adalah pernikahan yang dipaksakan, Helena tidak bisa