Ed dan Fane, dua dewa perang keluarga Thomas membawa dua puluh orang pasukan elit bersama mereka untuk mencari keberadaan Eriel. Mereka semua berangkat dengan menggunakan tiga mobil SUV berwarna hitam dan kedua dewa perang itu sendiri duduk di mobil kedua.Mobil mereka masih berjarak 3 kilometer lagi menjelang gerbang utama kampus JIS, saat itu sebuah tiang balok bangunan yang cukup besar melayang dari atas udara dan tepat mengarah menuju kendaraan mereka."Awas!" Teriak salah seorang dari dalam mobil mengingatkan.Mobil mereka berdecit cukup kencang karena melakukan rem mendadak dan bermanuver cepat untuk menghindari tabrakan yang sengaja di arahkan pada mobil mereka.Malang bagi kendaran paling depan, tiang bangunan tersebut tepat mengenai depan mobil. Supir dan satu penumpang disebelahnya langsung tewas seketika.Dua mobil lainnya segera menepi dan mengambil sikap waspada. Mereka sama sekali tidak menduga, jika akan ada serangan mendadak seperti ini untuk menghalangi jalan mereka.
Belum hilang keterkejutan mereka, tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah seberang jalan. Diatas tumpukan material, tampak duduk seorang pemuda berpakaian biasa dan mengenakan celana gombrong dengan model yang sudah ketinggalan jaman. Ia bahkan terlihat begitu santai sambil menikmati rokok nipah.Pemandangan yang aneh? Atau pemuda tersebut memang memiliki selera yang cukup jadul.Ed dan Fane langsung menatap tajam ke arah si pemuda. Di banding 9 orang mengerikan yang baru saja keluar dari dalam bangunan, jelas saja mereka lebih mewaspadai pemuda yang tampak begitu sederhana tersebut. Dengan kemampuan mereka, keduanya bahkan tidak menyadari keberadaan pemuda tersebut sebelumnya, sampai permuda tersebut bersuara barusan. Bagi seorang ahli, tidak bisanya mereka membaca dan menyadari keberadaan lawan, sebenarnya mereka sedang berhadapan dengan seseorang yang kemampuannya melebihi mereka."Siapa kalian? Kami tidak ada urusan dengan kalian." Ujar Fane datar. Mereka telah diperintahkan
Aldo melihat itu, sama sekali tidak terpengaruh. Ia berkata dengan cuek, "Pak tua, untuk terakhir kalinya ku tegaskan. Kalian semua, hanya bisa sampai disini."Mata Fane menyipit tajam memandang Aldo, Ia mendengus dingin dan berkata, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Segera, sebuah pancaran kekuatan internal sangat kuat meledak dari dalam dirinya. 18 orang pasukan elit klan Thomas bahkan dibuat mundur beberapa langkah, hanya karena ledakan energinya saja. Terlihat, kalau Fane berniat untuk langsung menghabisi Aldo dalam sekali serangan. Bagi mereka, keselamatan Eriel jauh lebih penting. Jika tidak bisa berkompromi, maka semua halangan didepan mereka akan dilibas secara paksa.Setelah menghimpun kekuatan penuh, Fane terbang dan melesat ke arah Aldo. Aldo melihat musuh menggunakan serangan terkuatnya, tidak berdiam diri begitu saja. Segera ia juga menghimpun kekuatan tenaga dalamnya, sebuah bayangan harimau tampak keluar dari auranya. Itu adalah jurus harimau yang diwariskan ole
Dua orang pria datang dari arah kampus.Gerakan mereka sangat cepat dan melayang dari atas udara, keduanya membawa sebuah bungkusan yang cukup besar dan tanpa peringatan, salah satu dari mereka melempar bungkusan berwarna hitam tersebut begitu saja ke arah Ed dan Fane.Ed dan Fane melihat bungkusan besar tersebut dilemparkan ke arah mereka, tidak menyadari apa isi di dalam bungkusan tersebut. Sehingga, reflek mereka menghindarinya dan membiarkan bungkusan tersebut terjatuh begitu saja di dekat mereka.Ed dan Fane tampak gugup dengan kedatangan dua pria tersebut, itu karena mereka menyadari jika kemampuan kedua orang tersebut tidak biasa. Baik Ed maupun Fane dapat merasakan jika kemampuan kedua pria tersebut hanya berbeda tipis dibawah mereka. Sangat tidak menguntungkan jika mereka memaksa untuk bertarung saat itu dengan adanya kedua pria tersebut.Tanpa menghiraukan keterkejutan mereka, dua pria yang merupakan bagian dari keluarga Sanjaya yang loyal pada Awan tersebut berkata dengan
Hanna mengerjapkan mata beberapa saat ketika tersadar dari pingsannya, saat itu ia menemukan dirinya sudah terbaring di atas tempat tidurnya sendiri."Kak Awan?" Sapanya lemah begitu menyadari ada orang lain barada didalam kamarnya. Lalu, ingatan tentang pembataian yang dilakukan Awan sebelumnya kembali terputar dalam benaknya.Hanna tampak masih syok ketika mengingat semua itu, ia belum bisa melepaskan bayangan mengerikan yang sudah tertanam kuat dalam memorinya. Terisak, Hanna memanggil nama Awan, "Kak, Hanna takut. Kakak... kak Awan kenapa harus membunuh Eriel?"Melihat Hanna yang masih ketakutan, Awan tersenyum lembut. Ia naik ke atas kasur Hanna dan menyandarkan punggungnya diatas kepala tempat tidur. Awan mengusap kepala Hanna lembut untuk menenangkannya, "Hanna, apa kamu takut denganku sekarang?"Hanna menggeleng lemah, "Tidak, Hanna.. hanya tidak ingin melihat kak Awan bertindak sekejam itu. Kakak terlihat seperti orang asing bagiku." Jawab Hanna jujur tapi juga sengaja memper
Hanna lalu teringat dengan Eriel, wajahnya kembali berubah. Bukan karena cemas, tapi khawatir jika Awan akan terkena masalah besar setelah membunuh Eriel."Keluarga Thomas pasti akan mencari pelaku pembunuhan ini. Mereka pasti akan dapat menemukan kakak, dan..." Hanna membayangkan hal-hal yang mengerikan, ia cemas dengan keselamatan Awan."Mereka sudah tahu kalau aku pelakunya." Sahut Awan santai."Hah? Tapi... bagaimana bisa?" Pekik Hanna lebih terkejut lagi, ia bahkan terbelalak tidak percaya dan menatap Awan dalam seolah sedang menggali keseriusan dibalik kata-kata Awan. Lagian, bagaimana Awan masih bisa santai saat ia sudah ketahuan oleh musuh?Awan yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun terhadap serangan balasan keluarga Thomas, berkata dengan santai, "Iya, aku menyuruh orang untuk mengirim mayat Eriel langsung pada utusan keluarga mereka dan menyuruh mereka untuk menyampaikan pesanku langsung pada keluarga Thomas, bahwa akulah yang telah membunuh Eriel.""Kak Awan!" Teriak Ha
Tiba-tiba HP Awan berdering dan nama Lana tertera disana. Awan menjawab panggilan tersebut dan sengaja mengaktifkan mode loud speakernya, karena ingin Hanna juga mengetahui isi pembicaraan mereka. "Tuan muda, saya telah menemukan keberadaan nona Angel." Kalimat pertama Lana ketika Awan menjawab panggilan teleponnya. Awan tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, bahkan saat itu Hanna dapat melihat ekspresinya langsung. "Dimana dia?" "Hmn..." Lana tampak sedikit gugup untuk menjawabnya. "Ada apa? Apa Angel sedang dalam masalah?" Tanya Awan curiga. Lana terdengar ragu sesaat lalu berkata, "Iya." Awan tercengang, ia semakin tidak dapat menahan rasa penasaran dan kini meningkat menjadi kekhawatiran yang dalam, ketika memikirkan nasib kekasihnya tersebut. "Katakan dimana dia sekarang?" "Tapi, saya mohon maaf sebelumnya. Tuan muda harus berjanji untuk bisa menahan diri dan tidak melakukan hal yang gegabah setelah mendengar ini." Kening Awan berkerut tajam, kenapa jawaban Lana t
Calista malam itu terbangun dari tidurnya, ia sempat asing sesaat ketika ia mendapati dirinya tertidur dalam kamarnya sendiri dengan pakaian kerja yang masih utuh. Saat itu, Calista melihat jam kamarnya sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.Ia memegangi kepalanya sesaat untuk mengingat apa yang telah terjadi. Karena seingatnya, ia masih berada di kampus siang ini, lalu bagaimana ceritanya ia bisa sampai dikamarnya sekarang?Seolah ada bagian yang hilang dan tidak bisa diingatnya dengan jelas dan tiba-tiba saja ia sudah berada disini, terbangun di atas tempat tidurnya.Lebih jauh, Calista merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada sesuatu yang telah hilang dari ingatannya. Ia coba mengingat-ingatnya kembali, tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Calista bangkit dari pembaringan dan beranjak ke arah cermin. Ia terkejut begitu melihat ada jejak air mata dan bahkan masih ada sedikit air mata yang tersisa di sudut kelopak matanya.Dalam hati Calista bertanya-tanya, kenapa ia me