Sabtu libur post yah sedulur semuanya, ane ada urusan keluar kota soalnya. Btw, tetap semangat dan jangan lupa kripik serta kembennya yah.. Salam rendang ^^
Calista malam itu terbangun dari tidurnya, ia sempat asing sesaat ketika ia mendapati dirinya tertidur dalam kamarnya sendiri dengan pakaian kerja yang masih utuh. Saat itu, Calista melihat jam kamarnya sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.Ia memegangi kepalanya sesaat untuk mengingat apa yang telah terjadi. Karena seingatnya, ia masih berada di kampus siang ini, lalu bagaimana ceritanya ia bisa sampai dikamarnya sekarang?Seolah ada bagian yang hilang dan tidak bisa diingatnya dengan jelas dan tiba-tiba saja ia sudah berada disini, terbangun di atas tempat tidurnya.Lebih jauh, Calista merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada sesuatu yang telah hilang dari ingatannya. Ia coba mengingat-ingatnya kembali, tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Calista bangkit dari pembaringan dan beranjak ke arah cermin. Ia terkejut begitu melihat ada jejak air mata dan bahkan masih ada sedikit air mata yang tersisa di sudut kelopak matanya.Dalam hati Calista bertanya-tanya, kenapa ia me
Penjelasan dan pertanyaan kedua orang tuanya begitu tiba-tiba, tampak Calista kebingungan harus menjelaskannya dari mana. Karena ia sendiri juga tidak mengerti, kenapa ia terbangun di dalam kamarnya. Sementara keterangan Ayahnya, mobil Calista saat ini masih berada di kampusnya. Tidak mungkin ia menghilang dan pindah begitu saja ke kamarnya?"A-aku juga gak tahu, Pah, Mah. Calista baru saja bangun dan justru heran kenapa Papah sama Mamah justru sedang mencari Calista." Aku Calista jujur.Dibandingkan orang tuanya, Calista tentu saja paling penasaran kenapa ia bisa tiba-tiba sudah berada di kamarnya.Hal itu semakin membingungkan. Albert secara otomatis melirik ke arah dua orang detektif yang telah disewanya untuk mencari Calista sebelumnyta. Tampak wajah keduanya juga diliputi rasa penasaran yang sama.Secara teoritis, jelas itu terdengar tidak masuk akal. Kalau memang Calista pulang ke rumah, darimana ia masuknya? Sementara, semenjak siang para pengawal keluarga Wibowo telah berjag
Saat Awan memasuki Villa, tampak wajah serius semua orang. Mereka yang ada disana sudah mendapat gambaran besar situasi yang terjadi. Tentu saja, mereka sudah bersiap perang dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.Apa lagi, musuh yang akan mereka hadapi adalah gabungan 7 aliansi keluarga naga ditambah keluarga Sanjaya sendiri. Sehingga bisa dikatakan jika aliansi ini dibentuk dari 8 keluarga naga.Meski begitu, tidak satu pun terlihat jejak ketakutan di wajah mereka. Itu kerena mereka memiliki kepercayaan penuh pada Awan sebagai pemimpin mereka."Salam untuk kepala keluarga Sanjaya.""Salam untuk ketua klan."Ketika Awan masuk, ada dua kubu kelompok dengan masing-masing salam penghormatan dari mereka. Awan merasakan sebuah sensasi yang berbeda, mungkin karena sekarang semakin banyak orang yang mendukungnya dan mereka adalah kelompok besar dengan pengaruh yang luar biasa. Jika sebelumnya Awan hanya mengenal kelompok klan Atmaja, sekarang Awan mulai mengenal anggota klan Ayah
Awan membungkuk hormat pada tetua Rudolf sebagai perwakilan dari semua tetua klan Sanjaya dibelakangnya. Mereka adalah seniornya dan ada beberapa bahkan seusia dengan kakek Awan, namun melihat semangat mereka dalam mendukung dirinya, Awan merasa tersentuh dan menghormati mereka dengan tulus.Berikutnya, tatapan Awan beranjak pada Rose. Awan menatap heran dengan kehadiran Rose disana. Namun, wanita yang ditatapnya hanya tersenyum santai. Ia tampak percaya diri dan sangat yakin dengan peran sertanya hari ini."Awan, jangan menatapku seperti itu. Bagaimana pun aku akan mendukungmu. Aku berhutang nyama padamu di masa lalu, karena itu aku telah memutuskan untuk membantumu kali ini. Meski aku harus kehilangan nyawa nantinya, aku tidak peduli."Awan tersenyum tidak berdaya mendengar kalimat Rose, ia melambaikan tangannya ke depan dan bertanya padanya, "Memang kamu tahu, musuh seperti apa yang akan kita hadapi? Mereka bahkan dapat membunuhmu hanya dalam satu jentikan."Bukan bermaksud untuk m
Namun, begitu melihat langsung pertarungan Awan di lembah Kyoto, ditambah kesetiaan sekte Flamis terhadap Awan, jadi merekapun tunduk sepenuhnya pada Awan. Meski begitu, jangan pernah berharap rasa sopan dari mereka. Tapi, karena mereka telah mengakui Awan, maka tidak perlu diragukan, orang-orang ini akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh Awan."Bagus!" Puji Awan ketika melihat perkembangan mereka.Tidak perlu diragukan, orang-orang ini tidak berkembang sebagaimana ahli beladiri pada umumnya, yang rata-rata mengandalkan kekuatan internal mereka selain kemampuan fisik mereka.Sebaliknya, mereka yang melewati ujian markas dipaksa untuk melewati batas kemampuan mereka sebagai manusia. Pola latihan kejam Awan yang menempatkan mereka bersama anjing ras khusus Siberia, dimana mereka harus bertarung habis-habisan untuk dapat bertahan hidup. Kalah berarti kematian dan menang berarti mereka telah berhasil melewati batas potensi dalam diri mereka."Aku tidak memiliki banyak kata untuk ka
Kelvin muda saat itu, baru saja melewati tahap Master dan membangkitkan kekuatan Zhansennya. Kebetulan keberadaannya sangat dekat dengan klan Lang. Sebagai klan penguasa yang mengendalikan klan Lang, Kelvin melihat keanehan dalam kasus tersebut dan memutuskan terlibat.Kelvin pada akhirnya berhasil menyelesaikan kesalah pahaman ini, sehingga hanya mereka yang berkhianat saja yang dihukum oleh kepala suku. Sementara mereka yang tidak ikut terlibat, dibebaskan dari hukuman.Harvard dan banyak keluarganya sangat berterimakasih pada Kelvin karena telah menyelamatkan nyawa mereka.Sebagai wujud rasa terimakasih Harvard saat itu, mereka memutuskan untuk melayani Kelvin dan keturunannya seumur hidup mereka.Awan menerima penghormatan Harvard, namun Awan dengan berbagai pertimbangan merasa jika Harvard tidak perlu sampai melibatkan diri dalam perang kali ini. Karena itu, ia segera berkata, "Paman, terimakasih paman telah percaya dan mengikutiku sejauh ini. Namun, ini adalah perang pribadiku.
Semua orang terkejut ketika mendapati kenyataan, bahwa keluarga Jati adalah yang pertama mengambil inisiatif untuk menyerang pertama kali. Awan sendiri terlihat tidak senang dengan cara culas keluarga Jati untuk mengintimidasinya. Namun, ia masih bisa mengendalikan diri dan bersikap rasional.Awan segera teringat dengan Elisa.Mungkin diantara musuhnya, ia dapat melihat Elisa masih bisa bersikap netral. Meski ia tidak bisa menyimpulkan jika Elisa baik sepenuhnya. Bagaimana pun, kehati-hatian sangat diperlukan dalam situasi apapun. Bahkan ketika berada dalam air tenang sekalipun, itulah pengalaman berharga yang dipelajari Awan dari perjalanan hidupnya selama ini.Ketika selesai memberikan bantuan darurat pada Xynthia untuk menghindarkannya dari keadaan lebih berbahaya, lalu Awan dapat mempercayakan perawatan Xynthia pada dokter keluarga yang telah ditugaskan khusus di Villa Nirwana. Selanjutnya, Awan mencari tempat yang relatif lebih sepi untuk bisa bicara dengan nyaman dengan Elisa.
Entah Awan harus merasa senang atau sedih dengan hal itu, karena itu berarti Elisa mengorbankan banyak hal untuk memilih berada disisinya. Pengorbanan seperti itu, tidak mungkin hanya dibalasnya dengan sekedar ucapan terimakasih semata.Hukuman paling ringan jika keluarganya mengetahui pembelotan Elisa adalah dikeluarkan dari keluarga. Elisa bahkan akan dihapus dari daftar silsilah keluarga Jati, jelas itu adalah pengorbanan yang sangat besar demi orang yang tidak ada sangkut paut dengannya.Saat Awan sedang memikirkan hal ini, telponnya berdering dan nama Elisa tertera disana.'Gila, betapa cepatnya ini?' Pikir Awan takjub dengan kecepatan kerja Elisa. Awan melirik jam di pergelangan tangannya dan ia segera sadar bahwa panggilan terakhirnya dengan Elisa baru terjadi 15 menit yang lalu dan sekarang Elisa sudah menghubunginya.Awan segera menjawab panggilan telepon Elisa, "Ya?" Tanya Awan singkat, namun dengan nada yang lebih lunak dari sebelumnya. Ia tidak mungkin memperlakukan Elisa