Hanna lalu teringat dengan Eriel, wajahnya kembali berubah. Bukan karena cemas, tapi khawatir jika Awan akan terkena masalah besar setelah membunuh Eriel."Keluarga Thomas pasti akan mencari pelaku pembunuhan ini. Mereka pasti akan dapat menemukan kakak, dan..." Hanna membayangkan hal-hal yang mengerikan, ia cemas dengan keselamatan Awan."Mereka sudah tahu kalau aku pelakunya." Sahut Awan santai."Hah? Tapi... bagaimana bisa?" Pekik Hanna lebih terkejut lagi, ia bahkan terbelalak tidak percaya dan menatap Awan dalam seolah sedang menggali keseriusan dibalik kata-kata Awan. Lagian, bagaimana Awan masih bisa santai saat ia sudah ketahuan oleh musuh?Awan yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun terhadap serangan balasan keluarga Thomas, berkata dengan santai, "Iya, aku menyuruh orang untuk mengirim mayat Eriel langsung pada utusan keluarga mereka dan menyuruh mereka untuk menyampaikan pesanku langsung pada keluarga Thomas, bahwa akulah yang telah membunuh Eriel.""Kak Awan!" Teriak Ha
Tiba-tiba HP Awan berdering dan nama Lana tertera disana. Awan menjawab panggilan tersebut dan sengaja mengaktifkan mode loud speakernya, karena ingin Hanna juga mengetahui isi pembicaraan mereka. "Tuan muda, saya telah menemukan keberadaan nona Angel." Kalimat pertama Lana ketika Awan menjawab panggilan teleponnya. Awan tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, bahkan saat itu Hanna dapat melihat ekspresinya langsung. "Dimana dia?" "Hmn..." Lana tampak sedikit gugup untuk menjawabnya. "Ada apa? Apa Angel sedang dalam masalah?" Tanya Awan curiga. Lana terdengar ragu sesaat lalu berkata, "Iya." Awan tercengang, ia semakin tidak dapat menahan rasa penasaran dan kini meningkat menjadi kekhawatiran yang dalam, ketika memikirkan nasib kekasihnya tersebut. "Katakan dimana dia sekarang?" "Tapi, saya mohon maaf sebelumnya. Tuan muda harus berjanji untuk bisa menahan diri dan tidak melakukan hal yang gegabah setelah mendengar ini." Kening Awan berkerut tajam, kenapa jawaban Lana t
Calista malam itu terbangun dari tidurnya, ia sempat asing sesaat ketika ia mendapati dirinya tertidur dalam kamarnya sendiri dengan pakaian kerja yang masih utuh. Saat itu, Calista melihat jam kamarnya sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.Ia memegangi kepalanya sesaat untuk mengingat apa yang telah terjadi. Karena seingatnya, ia masih berada di kampus siang ini, lalu bagaimana ceritanya ia bisa sampai dikamarnya sekarang?Seolah ada bagian yang hilang dan tidak bisa diingatnya dengan jelas dan tiba-tiba saja ia sudah berada disini, terbangun di atas tempat tidurnya.Lebih jauh, Calista merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada sesuatu yang telah hilang dari ingatannya. Ia coba mengingat-ingatnya kembali, tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Calista bangkit dari pembaringan dan beranjak ke arah cermin. Ia terkejut begitu melihat ada jejak air mata dan bahkan masih ada sedikit air mata yang tersisa di sudut kelopak matanya.Dalam hati Calista bertanya-tanya, kenapa ia me
Penjelasan dan pertanyaan kedua orang tuanya begitu tiba-tiba, tampak Calista kebingungan harus menjelaskannya dari mana. Karena ia sendiri juga tidak mengerti, kenapa ia terbangun di dalam kamarnya. Sementara keterangan Ayahnya, mobil Calista saat ini masih berada di kampusnya. Tidak mungkin ia menghilang dan pindah begitu saja ke kamarnya?"A-aku juga gak tahu, Pah, Mah. Calista baru saja bangun dan justru heran kenapa Papah sama Mamah justru sedang mencari Calista." Aku Calista jujur.Dibandingkan orang tuanya, Calista tentu saja paling penasaran kenapa ia bisa tiba-tiba sudah berada di kamarnya.Hal itu semakin membingungkan. Albert secara otomatis melirik ke arah dua orang detektif yang telah disewanya untuk mencari Calista sebelumnyta. Tampak wajah keduanya juga diliputi rasa penasaran yang sama.Secara teoritis, jelas itu terdengar tidak masuk akal. Kalau memang Calista pulang ke rumah, darimana ia masuknya? Sementara, semenjak siang para pengawal keluarga Wibowo telah berjag
Saat Awan memasuki Villa, tampak wajah serius semua orang. Mereka yang ada disana sudah mendapat gambaran besar situasi yang terjadi. Tentu saja, mereka sudah bersiap perang dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.Apa lagi, musuh yang akan mereka hadapi adalah gabungan 7 aliansi keluarga naga ditambah keluarga Sanjaya sendiri. Sehingga bisa dikatakan jika aliansi ini dibentuk dari 8 keluarga naga.Meski begitu, tidak satu pun terlihat jejak ketakutan di wajah mereka. Itu kerena mereka memiliki kepercayaan penuh pada Awan sebagai pemimpin mereka."Salam untuk kepala keluarga Sanjaya.""Salam untuk ketua klan."Ketika Awan masuk, ada dua kubu kelompok dengan masing-masing salam penghormatan dari mereka. Awan merasakan sebuah sensasi yang berbeda, mungkin karena sekarang semakin banyak orang yang mendukungnya dan mereka adalah kelompok besar dengan pengaruh yang luar biasa. Jika sebelumnya Awan hanya mengenal kelompok klan Atmaja, sekarang Awan mulai mengenal anggota klan Ayah
Awan membungkuk hormat pada tetua Rudolf sebagai perwakilan dari semua tetua klan Sanjaya dibelakangnya. Mereka adalah seniornya dan ada beberapa bahkan seusia dengan kakek Awan, namun melihat semangat mereka dalam mendukung dirinya, Awan merasa tersentuh dan menghormati mereka dengan tulus.Berikutnya, tatapan Awan beranjak pada Rose. Awan menatap heran dengan kehadiran Rose disana. Namun, wanita yang ditatapnya hanya tersenyum santai. Ia tampak percaya diri dan sangat yakin dengan peran sertanya hari ini."Awan, jangan menatapku seperti itu. Bagaimana pun aku akan mendukungmu. Aku berhutang nyama padamu di masa lalu, karena itu aku telah memutuskan untuk membantumu kali ini. Meski aku harus kehilangan nyawa nantinya, aku tidak peduli."Awan tersenyum tidak berdaya mendengar kalimat Rose, ia melambaikan tangannya ke depan dan bertanya padanya, "Memang kamu tahu, musuh seperti apa yang akan kita hadapi? Mereka bahkan dapat membunuhmu hanya dalam satu jentikan."Bukan bermaksud untuk m
Namun, begitu melihat langsung pertarungan Awan di lembah Kyoto, ditambah kesetiaan sekte Flamis terhadap Awan, jadi merekapun tunduk sepenuhnya pada Awan. Meski begitu, jangan pernah berharap rasa sopan dari mereka. Tapi, karena mereka telah mengakui Awan, maka tidak perlu diragukan, orang-orang ini akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh Awan."Bagus!" Puji Awan ketika melihat perkembangan mereka.Tidak perlu diragukan, orang-orang ini tidak berkembang sebagaimana ahli beladiri pada umumnya, yang rata-rata mengandalkan kekuatan internal mereka selain kemampuan fisik mereka.Sebaliknya, mereka yang melewati ujian markas dipaksa untuk melewati batas kemampuan mereka sebagai manusia. Pola latihan kejam Awan yang menempatkan mereka bersama anjing ras khusus Siberia, dimana mereka harus bertarung habis-habisan untuk dapat bertahan hidup. Kalah berarti kematian dan menang berarti mereka telah berhasil melewati batas potensi dalam diri mereka."Aku tidak memiliki banyak kata untuk ka
Kelvin muda saat itu, baru saja melewati tahap Master dan membangkitkan kekuatan Zhansennya. Kebetulan keberadaannya sangat dekat dengan klan Lang. Sebagai klan penguasa yang mengendalikan klan Lang, Kelvin melihat keanehan dalam kasus tersebut dan memutuskan terlibat.Kelvin pada akhirnya berhasil menyelesaikan kesalah pahaman ini, sehingga hanya mereka yang berkhianat saja yang dihukum oleh kepala suku. Sementara mereka yang tidak ikut terlibat, dibebaskan dari hukuman.Harvard dan banyak keluarganya sangat berterimakasih pada Kelvin karena telah menyelamatkan nyawa mereka.Sebagai wujud rasa terimakasih Harvard saat itu, mereka memutuskan untuk melayani Kelvin dan keturunannya seumur hidup mereka.Awan menerima penghormatan Harvard, namun Awan dengan berbagai pertimbangan merasa jika Harvard tidak perlu sampai melibatkan diri dalam perang kali ini. Karena itu, ia segera berkata, "Paman, terimakasih paman telah percaya dan mengikutiku sejauh ini. Namun, ini adalah perang pribadiku.