Eicho adalah pengguna jurus tongkat, menghadapi serangan jarak jauh seperti ini dapat membuatnya kewalahan. Sebagai dewa perang klan Hojo peringkat ketiga, Ia memiliki pertahanan yang kuat.Sambil menghindari serangan angin Awan, Ia memangkas jaraknya dengan Awan.Eicho menyeringai penuh kebanggaan ketika jaraknya dengan Awan hanya tersisa dua meter saja, sekali ayunan lagi Ia akan dapat menyerang Awan secara langsung.Satu hal yang mungkin tidak diduga oleh Eicho adalah Awan sudah menantikannya melakukan hal itu.Awan membalikkan telapak tangannya dan serangan berikutnya mengarah ke tumpukkan salju diatas tanah.WossshhSeketika salju berterbangan keudara.Itu adalah gerakan yang sangat cepat, karena ketika salju yang semula terbang dan berbalik turun ke tanah. Warnanya sudah berubah menjadi merah darah.Saat salju menyentuh tanah sepenuhnya, Eicho sudah terbaring tidak bernyawa dengan seluruh tubuhnya sudah dipenuhi oleh darahnya sendiri.Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu bisa t
Banyak teriakan ketakutan. Waktu berjalan seakan melambat dan semua orang mencemaskan keselamatan Awan. Tapi, orang yang mereka cemaskan sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan kuat Fumihiro. Sebaliknya, Ia dengan begitu santai menikmati membantai setiap master dari klan musuh yang ada dihadapannya. "Awas!" Teriak orang-orang cemas. Duaaarrrr. Serangan yang sangat menakutkan dari Fumihiro terhenti diudara dan menimbulkan ledakan yang sangat menakutkan. Serangan Fumihiro telah dihentikan oleh seseorang. Orang yang menghalanginya memiliki kekuatan yang sangat kuat, bahkan Fumihiro dipaksa mundur sampai enam langkah. Sementara orang tersebut hanya mundur dua langkah setelah menahan serangan sebesar itu. Setelah benturan besar tersebut, tampak senyum dingin Patrick Soze yang menatap dingin ke arah Fumihiro. "Kamu tidak layak menghadapi tuanku." Wajah Fumihiro dipenuhi oleh ketidakpercayaan begitu mendengar orang kuat yang telah menghentikan serangannya barusan menyebut Awa
"Awan?"Elisa melihat Awan kalah dalam serangan awal, terlihat sangat khawatir."Pisces, apa yang terjadi? Bagaimana kondisi Awan saat ini?"Meski sudah menggunakan teropong dengan teknologi canggih, Elisa masih tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi dimedan tempur. Mengingat betapa kacaunya keadaan yang terjadi disana. Pisces juga gelisah, ia baru pertama kali melihat dua petarung dengan level yang menakutkan seperti itu bertarung. Secara naluri, ketakutan muncul dalam hatinya. Tapi bagian lain dirinya, berharap dapat melihat level pertarungan yang mungkin sangat langka terjadi ini."Mereka... Sangat kuat." Ucap Pisces secara spontan dan dipenuhi kekaguman. Sama sekali tidak ada korelasi dengan pertanyaan nona-nya. "Pisces?""Eh, maaf nona. Maksud saya, mereka berdua sangat hebat. Tuan Saktiawan, saya rasa tidak kenapa-kenapa saat ini. Dia hanya kalah kekuatan dalam serangan awal. Seharusnya pukulan itu tidak akan membuatnya cidera parah.""Apa musuhnya sekuat itu?" Intonasi Eli
Tidak sama seperti sebelumnya, kali ini Awan tidak lagi berniat mencoba-coba kemampuan lawan. Sekarang Ia menyerang dengan kekuatan penuh yang diiringi oleh amarah dan dendamnya atas kematian Mikha.Hanya dalam sekejap, salju yang masih tampak jelas sebelumnya dipermukaan tanah. Kini berganti menjadi tanah kering dan tandus, akibat kekuatan api keduanya membuat salju cepat menguap ke udara serta membakar apapun yang terdapat diatas permukaan tanah.Benturan kekuatan keduanya, seperti tabuh kiamat yang menakutkan. Kekuatan api keduanya memiliki panas yang sangat luar biasa, hanya dengan terkena hawanya saja sudah cukup untuk membunuh seekor gajah dewasa.Hal itu juga yang membuat area 100 meter disekitar tempat keduanya bertarung langsung kosong dan berganti dengan puluhan mayat yang sudah hangus terkena pancaran kekuatan api hitam keduanya.Jangankan mereka yang berlevel master, bahkan para grandmaster sekalipun lebih memilih untuk menjauh dari titik pertarungan maut keduanya. Ratusa
"Kamu kuat, tapi sayang kamu memilih tuan yang salah."Justice menurunkan tensi bicaranya, dia melihat Fumihiro yang berada tidak jauh dibelakang Patrick Soze. Justice jelas kecewa dengan kenyataan bahwa dewa perang nomor satunya telah dikalahkan. Karena itu, Justice mengalihkan tatapannya pada Patrick Soze. Ia merasakan tekanan unik yang dipancarkan oleh orang nomor satu sekte Flamis tersebut, ditambah dengan aura berkabut yang mengelilingi seluruh tubuhnya.Kekuatan seperti milik Patrick sangat langka dan sulit mencari tandingannya. Sebuah kerugian jika membiarkan orang dengan kekuatan seperti itu menjadi musuhnya. "Sekarang tuanmu sudah tidak berdaya, bagaimana kalau kamu berpindah ke sisiku? Dengan begitu aku tidak akan mempermasalahkan kenyataan jika kamu telah membunuh dewa perang terbaikku. Selain itu, kamu juga berhak menggantikan posisi Fumihiro sebagai dewa perang nomor satuku. Bagaimana?" Sama seperti tawaran licik Justice terhadap Awan sebelumnya. Ia coba mengubah pendi
Tidak peduli kearah manapun serangannya ditujukan, Justice seperti memukul udara kosong. Kesal karena serangannya sama sekali tidak menyentuh target yang diinginkannya, Justice berteriak kesal, "Jangan terlanjur senang dulu, terimalah seranganku ini!" Justice berpikir, jika seandainya itu adalah udara sekalipun. Dia tinggal meledakkannya dan membakarnya hingga tak bersisa. Setelah mengucapkan itu, Justice memusatkan kekuatan api ke titik tengah tubuhnya lalu meledakkannya dengan skala yang besar. Duaaarr. Kabut milik Patrick yang menutupi Justice sebelumnya tersapu ke segala penjuru, diikuti dengan tubuh Patrick yang terlempar kuat seperti meriam yang ditembakan dan baru berhenti begitu tubuhnya menghantam dinding tebing dibelakangnya. Itupun setelah menghancurkan sebagian besar bagian tebing dan menciptakan longsoran cukup besar dan menimbun tubuh Patrick Soze dibawahnya. Suasana berubah hening dan mencekam sampai beberapa saat lamanya. Sebelum gundukan yang menimbun tubuh Patri
"Huo, apa kamu berencana melawanku?"Huo mendapat pertanyaan itu, tertawa canggung."Ah, senior gomu-gomu, anda pasti bercanda. Mana layak junior sepertiku melawanmu.""Lalu, apa maksudmu mengambil alih tubuh Awan?" "Anda lihat sendiri, diluar sana ada pemilik kekuatan api yang sama denganku. Bagaimana Aku tidak tertarik untuk mencoba kekuatannya." Jawab Huo setenang mungkin.Setelah itu, Huo buru-buru menambahkan untuk menguatkan jawabannya, "Aku penasaran, kekuatan api siapa yang terkuat diantara kami. Sayangnya saya kalah kali ini. Tapi, itu bukan berarti kekuatan apiku lebih lemah. Hanya saja, aku yang belum cukup kuat."Jawaban Huo terdengar masuk akal, sehingga Gumara tidak lagi mengejar penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, Ia mengejek ketidakberdayaan Huo dalam menghadapi lawan."Segera perkuat dirimu! Jadi tidak akan ada lagi yang dapat memberi penghinaan seperti ini padamu dimasa depan.""Tentu saja! Terimakasih saranmu senior." Ucap Huo lega.Kenyataan sebenarnya, saat Awan
Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia lebih bisa menerima kematian Mikha. Sehingga membuat Awan bisa tampil lebih tenang dan tidak lagi dikuasai emosi yang dapat membutakan hatinya."Bocah, apa kamu mencoba mempermainkanku? Atau kamu sudah pasrah menghadapi kematianmu?" Justice balik bertanya dan meremehkan Awan."Hmn... Aku tau sekarang. Kamu telah bertemu dengan saudaraku sebelumnnya." Setelah berpikir sejenak. Awan menyadari jika sebelum ia terbangun, Huo telah mengambil alih kesadarannya. Pasti Huo sudah bertarung melawan Justice. Namun, ketika melihat situasinya, Awan tahu jika Justice telah mengalahkan Huo sebelumnya.Awan tersenyum dingin, lalu kembali berkata, "Baiklah, mari kita ulangi sekali lagi, pak tua!"Deg.Jika saja Justice tidak mengenakan topeng kitsune untuk menutupi wajahnya, mungkin orang-orang dapat melihat keterkejutan yang sangat nyata di wajahnya. Justice begitu terkejut begitu Awan memanggilnya dengan sebutan 'Pak Tua', seolah ia sudah tau jika orang ya