Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia lebih bisa menerima kematian Mikha. Sehingga membuat Awan bisa tampil lebih tenang dan tidak lagi dikuasai emosi yang dapat membutakan hatinya."Bocah, apa kamu mencoba mempermainkanku? Atau kamu sudah pasrah menghadapi kematianmu?" Justice balik bertanya dan meremehkan Awan."Hmn... Aku tau sekarang. Kamu telah bertemu dengan saudaraku sebelumnnya." Setelah berpikir sejenak. Awan menyadari jika sebelum ia terbangun, Huo telah mengambil alih kesadarannya. Pasti Huo sudah bertarung melawan Justice. Namun, ketika melihat situasinya, Awan tahu jika Justice telah mengalahkan Huo sebelumnya.Awan tersenyum dingin, lalu kembali berkata, "Baiklah, mari kita ulangi sekali lagi, pak tua!"Deg.Jika saja Justice tidak mengenakan topeng kitsune untuk menutupi wajahnya, mungkin orang-orang dapat melihat keterkejutan yang sangat nyata di wajahnya. Justice begitu terkejut begitu Awan memanggilnya dengan sebutan 'Pak Tua', seolah ia sudah tau jika orang ya
Selain itu, Justice dibuat berkeringat dingin setiap Awan memberikan serangan balik. Serangannya terlihat biasa, namun ketika pukulan Awan hendak coba ditangkisnya, Justice merasakan ancaman yang sangat besar. Seolah, jika ia memaksa menahan serangan itu, ia akan menderita luka yang sangat serius. Sehingga yang terjadi, Justice justru dipaksa berjuang keras menghindari setiap pukulan Awan ketimbang coba menahannya. "Bagaimana dia bisa menjadi sekuat ini dalam waktu singkat? Aku bahkan kesulitan membaca gerakannya." Pikir Justice cemas.Wossshh.Tidak ingin membuang tenaga lebih jauh, Justice mengambil gerakan mundur untuk menjauhi Awan."Kenapa pak tua? Apa kamu sudah kelelahan?" Tanya Awan mengejek.Justice mendengus kesal dan berkata, "Teruslah bersikap sombong seperti itu. Aku akan membakarmu dengan ini."Justice ternyata mengumpulkan kekuatan intinya dan mengubahnya menjadi bola energi yang sangat besar diatas kepalanya. Itu seperti bola api berbentuk matahari berwarna hitam pe
Mata hitam Awan tiba mengerucut dan berubah warna keemasan, ketika melihat serangan terkuat Justice di arahkan padanya. Ia tidak bergeser sedikitpun untuk coba menghindari serangan super dahsyat tersebut dan malah bersiap menyambutnya.Semua orang yang menyaksikan detik-detik bola api hitam raksasa akan menghantam Awan, dibuat menahan napas. Waktu seakan berjalan melambat, seolah ketika bola itu menyentuh targetnya, dunia akan langsung hancur dan merusak apapun yang ada disana.Namun, tidak seperti apa yang dicemaskan oleh semua orang. Ketika bola hitam raksasa milik Justice hampir menyentuh tubuh Awan, sebuah sinar berwarna keemasan memenuhi seluruh tangan kanan Awan.Wooossshhh.Hanya perlu satu kibasan, bola api raksasa yang terlihat sangat menakutkan tersebut langsung hilang ditelan udara.Semua orang yang menyaksikannya dibuat tercengang dan lebih penting lagi, semua orang memiliki pertanyaan yang sama dalam pikirannya, 'Apa yang terjadi?'Awan terlihat hanya mengibaskan tanganny
"Karena kamu bisa mengatakan nama kakekku dengan sangat jelas. Itu artinya kamu bukan orang asing. Tapi, karena kamu telah menyakiti seseorang yang sangat berharga bagiku. Maka... kamu harus mati untuk menebusnya.""HAHAHA..." Justice tertawa terbahak-bahak.Diantara tekanan mental yang dirasakannya, Justice sekarang terlihat kembali bersemangat. Semula ia memang berniat membunuh Awan, jika tidak dapat menundukkannya. Sekarang, melihat kemampuan lain yang di tunjukkan Awan, membuat minat Justice terusik. Ia ingin menguasai paksa kekuatan Awan.Tidak sia-sia rencananya, menculik teman wanita Awan dan memancingnya kesini hari ini. Kekuatan Awan begitu menarik minat Justice."Bocah, jangan merasa percaya diri dulu karena kamu bisa menepis satu seranganku. Mau membunuhku? Mari kita lihat apa kamu sanggup melakukannya. Bahkan kakekmu tidak dapat membunuhku.""Pak tua, sepertinya kamu msih belum menyadarinya. Baiklah, akan aku buat kamu mengerti."Hanya sepersekian detik setelah Awan menyel
Sehingga, setelah puluhan jurus Justice masih belum bisa menekan Awan. Justru sekarang, staminanya mulai terkuras semakin banyak. Jika Justice tidak segera bisa mengalahkan Awan, Ia khawatir, justru ia yang akan menyerah duluan karena kelelahan.Justice mundur untuk mengambil jarak dengan Awan sambil berpikir untuk menggunakan jurus pamungkasnya. Ia tidak lagi bisa menganggap Awan sebagai petarung kemarin sore yang bisa dikalahkannya dengan mudah, karena setiap jurus yang dikerahkan oleh Awan sejauh ini adalah adaptasi dari jurus Justice sendiri.Justice jadi berpikir, apa Awan tidak memiliki jurusnya sendiri? Atau justru, ia adalah petarung jenius yang dapat mempelajari jurus lawan hanya dalam sekali lihat?Justice terlihat kesal.'Kalau dia memang jenius terus kenapa? Aku akan mengambil kekuatan binatang buasnya itu. Sekarang, cobalah kalau kamu bisa meniru jurus satu ini.'Setelah memantapkan pikirannya, Justice memutuskan menggunakan jurus puncak dari jurus pedang apinya.Justice
Terluka, bukannya mengeluh kesakitan. Justice tertawa terbahak-bahak dan sesekali terbatuk memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tawanya lebih sebagai ungkapan rasa frustasi karena dipaksa menerima kenyataan, bahwa ia telah dikalahkan oleh pemuda yang sebaya dengan cucunya.Awan berbalik setelah menstabilkan pernafasannya terlebih dahulu, pertarungan puncak telah menyita banyak energinya. Dari situ, sudah terlihat siapa pemenang dan siapa pecundang dalam pertarungan puncak tersebut."Kamu?" Awan terkejut begitu melihat wajah Justice yang terbuka sebagian dari topengnya yang hancur.Terkejut melihat reaksi Awan, Justice baru sadar jika sebagian wajahnya terekspos.Justice dengan cepat menutupi bagian wajahnya yang terbuka dengan tangan.Menyadari hal itu, Justice tidak lagi berminat untuk meneruskan pertarungan. Meski ia masih menyimpan satu kartu andalan terakhir dilengan bajunya. Justice langsung berbalik dan menghindari bertatap muka dengan Awan, "Kali ini, kamu menang bocah. Bersi
Justice sudah berlari sangat jauh dari medan tempur dan tidak menyangka jika ada seseorang yang sangat berani mencegatnya ditengah jalan.Duaaarr.Justice yang sedang terluka hampir terlambat bereaksi, karena lawan memiliki gerakan yang sangat cepat. Justice tidak berhasil menghindar sepenuhnya. Akibatnya, luka yang coba ditahannya kembali terbuka lebar. Wajah Justice tampak semakin memucat, karena kehilangan darah yang lumayan banyak selama pertarungannya dengan Awan. Ia jelas sangat kesal karena pelariannya dicegat dengan cara ekstrim seperti itu, seandainya ia tidak cepat menghindarinya, bisa saja ia telah tewas saat itu juga. Justice sampai menyipitkan mata, melihat sosok yang barusan menyerangnya. Tidak jauh dari posisinya, berdiri seorang wanita menggunakan zirah terang berwarna biru."Kamu tidak berpikir bisa melarikan diri hidup-hidup dari sini kan, pak tua?"Suaranya terdengar lembut, namun sangat tegas dan mengancam. Ternyata pemilik suara tersebut adalah seorang wanita mu
Di depan Justice berdiri seorang pria dengan menggunakan jubah serba hitam dan juga penutup wajah khas ninja Jepang untuk menutupi identitasnya. "Hehehe, belum saatnya kamu mengambil petinggi organisasi kami secepat ini, gadis manis." Pria berjubah hitam terkekeh. "Ternyata masih ada antek the Shadow yang bersedia melindungi pak tua macam dia." Ucap Amanda geram. Dia dengan cepat menganalisa kekuatan lawan dan menyadari hanya ada beberapa orang yang kemungkinan bisa menggunakan kekuatan petir sebesar itu untuk menyerang. Salah satunya, tentu saja adalah Justice.Amanda sedikit menyipitkan matanya ketika menebak identitas yang sangat mungkin untuk bisa menghalangi jalannya, "Anda, Herman Jati?"Pengacau misterius tersebut tidak menanggapi Amanda. Sebaliknya, ia dengan acuh berkata, "Ini hanya salam perkenalan. Sekali lagi, divisi zero tidak akan dapat menyentuh the shadow, apalagi mengalahkan kami." Bussshh.Pengacau misterius melemparkan bom asap ke tanah, lalu membawa Justice kab