Semua orang membulat mulutnya dan kompak menjawab 'O'. Mereka lega, karena antara Awan dan Hanna tidak ada hubungan yang spesial.Namun tidak dengan Gina, Ia sempat terbelalak kaget dan berkata-kata dalam hatinya, 'Tetanggaan? di Bandung? Bukankah pemuda yang ada didalam video Hanna waktu itu adalah cowok tetangganya. Kamar mereka berseberangan dan cowok itu entah kenapa sekilas mirip dengan Awan. Sekarang, Aku bisa yakin sepenuhnya, jika cowok itu adalah Awan.'Memikirkan hal itu, Gina hanya bisa menahan getir dalam dadanya. Awan baru bisa menarik nafas lega begitu mendengar jawaban dari Hanna. Ia sempat khawatir jika Hanna akan bicara tentang hubungan mereka secara terbuka. Namun, detik berikutnya. Awan merasakan sebuah tatapan mengancam dari kejauhan. Inilah yang dikhawatirkannya, ternyata musuhnya telah mulai mengawasi keberadaannya. Andai saja, Hanna berbicara lugas tentang mereka sebelumnya, maka Ia bisa menjadi perhatian musuh. Tentu saja, hal itu dapat mengancam keselamatan
Seorang pemuda bergaya perlente, tampak berjalan terburu menuju arah parkiran kampus. Sekilas, tidak ada yang salah dengan penampilannya. Perawakannya tegap dengan tinggi 170an dengan usia awal 20an.Ia terlihat seperti mahasiswa pada umumnya.Namun, reaksi pemuda tersebut yang berjalan terburu seperti dikejar sesuatu, seakan menunjukkan jika pemuda tersebut sedang berusaha pergi dari sana sejauh mungkin yang dia bisa.Beberapa detik sebelumnya, Ia mengirimkan sebuah pesan pada rekannya yang lain, 'Kita ketahuan, misi gagal, segera pergi.'Tiga kalimat pendek, namun memperlihatkan betapa cemasnya pemuda tersebut. Langkah kakinya yang panjang, mengantar dirinya pergi dengan gerak yang cukup cepat menuju basement kampus yang ada di gedung 3.Itu adalah area parkir motor, suasananya cukup sepi karena masih dalam jam perkuliahan. Si pemuda yang sudah hapal letak motornya, langsung berjalan ke arah pojokan dimana sebuah Yamaha R6 berwarna biru terparkir. Hanya sebentar lagi, begitu Ia ke
Glek. Jantung si pemuda berdegub kencang, Ia tidak menyangka jika musuh benar-benar telah mengetahui tujuannya. Tidak ada cara lain, Ia harus bisa memikirkan sebuah cara agar dapat keluar dari sana secepatnya. Namun, pemuda didepannya, meski bergaya selenge'an. Tapi, dia tidak bisa menganggapnya enteng. Apalagi sikapnya yang acuh tak acuh itu, membuat si pemuda kesulitan untuk berkelit. "Maaf saya tidak mengerti maksud anda. Saya hanya mahasiswa disini. Tidak mungkin saya mata-mata seperti yang anda tuduhkan." Ucap si pemuda, masih coba berkilah. Huo melotot tajam pada si pemuda, Ia berkata dengan dingin, "Sepertinya kamu tidak mengerti apa maksud ucapanku sebelumnya. Baiklah." Huo menarik dua jarinya kedepan, seperti orang sedang menggunakan pistol, dan,,, Bang. "Arghk." 'Mustahil.' Pikir si pemuda ditengah erang kesakitannya. Dia tidak menyangka, jika gerakan barusan ternyata benar-benar mengeluarkan serangan yang cukup mematikan. Sekarang bahu kirinya, berlubang tepat seuku
Peluangnya untuk melarikan diri, hampir mustahil dengan kakinya yang sekarang terluka. Belum lagi, tembakan aneh yang keluar dari jari pria didepannya itu. Dia sama sekali tidak bisa melihat bagaimana tembakan itu dikeluarkan, apalagi coba menghindarinya. Satu-satunya cara agar ia dapat selamat adalah dengan berkompromi dengan musuhnya. "Satu, dua, ti.." Huo mulai tidak sabaran dan mulai menghitung angka untuk melancarkan tembakan berikutnya. Pemuda tersebut keburu menyelanya dan berkata, "Tunggu-tunggu, aku akan bicara, aku akan bicara.." Ucap pemuda tersebut panik, khawatir kalau Huo benar-benar akan menembaknya kembali. Ia mungkin tidak akan sanggup lagi menahan rasa sakit lebih dari ini. "Cepat bicara, gue gak ada waktu banyak nih." Sahut Huo gusar. ""Na-nama saya Julius.." "Eh busyet, siapa yang nanyain nama lu, kampret. Lu gira gue homo? Gue gak butuh nama lu. Cukup jawab, siapa yang nyuruh lu dan apa tujuan lu?" Hardik Huo tidak sabaran. Mata-mata yang bernama Julius te
..."Ngomong-ngomong kak Awan kemana ya? Kenapa belum kembali dari toiletnya?" Tanya Hanna begitu melihat bangku yang diduduki Awan masih kosong. Sementara mereka semua sudah selesai dengan makan siangnya.Ia tahu jika Awan keluar karena ada suatu alasan yang menganggunya, sebelumnya Hanna sempat melihat isi pikiran Awan, ketika Ia beralasan hendak pergi ke toilet. Karena itu, Hanna sengaja mengalihkan perhatian semua orang pada dirinya , agar mereka tidak bertanya banyak kemana Awan pergi.Apapun itu, Hanna percaya Awan dapat mengatasinya. Namun, yang membuatnya heran. Panggilan suara bathinnya sama sekali tidak direspon oleh Awan, apa ada sesuatu yang terjadi diluar perkiraannya?"Eh, iya. Perasaan Awan sudah pergi dari dua puluh menit yang lalu dan belum kembali." Sahut Yanuar yang terasadar jika sahabatnya itu masih belum datang."Kebelet kali, mungkin gak cocok makan pedas dia." Imbuh Yuma. Dia memperhatikan makanan Awan yang serba pedas dan masih bersisa sebagian dipiringnya."M
Ia meraga sukma sampai masuk alam ghoib segitiga bermuda dan membuatnya tanpa sadar telah keluar dari raganya selama seminggu lebih, dan itu diluar kendalinya. Tapi, itu bukan alasan yang seharusnya dapat membuat seorang Calista sampai semarah itu padanya. Atau,.. jika mengingat kalimat terahir Calista padanya, ada kemungkinan jika dosen cantik tersebut cemburu dengan kehadiran Hanna dikelasnya. "Masa karena hal seperti itu saja Calista harus cemburu?" Pikir Awan tidak mengerti. Mereka tidak memiliki hubungan khusus, pacar bukan, tunangan juga bukan, TTM? Apalagi! "Jangan bilang, ciuman itu membuat Calista jatuh cinta padaku?" Awan sempat terkejut ketika memikirkan kemungkinan tersebut. Karena itu, Awan ingin kejelasan dibalik sikap dingin Calista kepadanya. Ia paling tidak suka, membiarkan satu urusan mengambang tanpa kepastian sama sekali atau itu akan membuat perasaan tidak nyaman dan memberi pikirannya beban yang tidak perlu. Saat Awan sudah berjarak 20 langkah dari Calista,
"Benar juga sih. Tidak mungkin pangerannya itu Awan, pastinya dia adalah lelaki dari kalangan atas. Mungkin mereka hanya sekedar dekat, bukankah Diva Hanna orangnya humbel dan suka berteman dengan siapa saja? Dugaan gue, Awan hanya memanfaatkan kedekatannya dengan Kak Hanna untuk bisa pamer didepan kita semua." "Hust, kalian kenapa selalu berpikiran negatif saja terhadap Awan?" Tegur Gina yang merasa kupingnya panas karena gosip tidak mengenakan teman-temannya. "Ini bukan masalah kami berpikir negatif atau tidaknya, Gin. Tapi, lihat saja kenyataannya. Lu lihat sendiri, kak Hanna begitu polos dan begitu perhatian pada Awan, tapi orangnya malah cuek diperhatikan seperti itu. Sok penting banget gak sih?" Gina sempat merasa kesal dan menyesal membawa teman-temannya bergabung bersama kelompok Awan. Tahu jika mereka akan sememalukan ini dan selalu memandang sinis Awan, Gina akan berpikir seribu kali untuk mengajak mereka sebelumnya. Mereka berpikir mungkin ucapan mereka tidak akan diden
Mereka tidak tahu apa makna dibalik kartu gold seperti pengetahuan teman-teman Gina. Mereka hanya khawatir jika Awan telah menguras semua isi tabungannya untuk mentraktir mereka makan. Sebagai teman, bagaimana bisa mereka merasa baik-baik saja dengan semua itu? Namun tidak begitu dengan Awan dan juga Hanna. Mereka tampak biasa-biasa saja, seolah pegeluaran sebesar itu hanya biasa bagi mereka. Untuk Hanna, mungkin mereka bisa memakluminya, karena Hanna berasal dari kalangan atas dan memiliki kekayaan yang melimpah dari hasil menyanyinya selama ini. Lah Awan? Mereka tahunya, Awan bekerja keras untuk bertahan hidup di Ibu Kota dan juga membiayai kuliahnya. Mereka berniat hendak membantu dengan ikut menyumbang untuk membayar makanan. Tapi, reaksi Awan justru cuek dan meminta mereka untuk tidak memikirkannya. "Ya sudah, kita balik yuk. Aku juga mesti kerja setelah ini." Ujar Awan santai. Tidak ada yang berkomentar dan mereka semua terpaksa menyetujui saran Awan. Mereka pergi ke tempat
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di
"Kakak, apa yang terjadi padamu sebenarnya" Tanya Charlote heran."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang apa yang terjadi padaku, dik. Sekarang, keluarga ini butuh kamu. Aku sudah mewariskan posisiku pada Awan, dialah yang bertanggung jawab terhadap keluarga kita di masa depan. Karena itu, aku butuh kamu untuk membimbingnya."Begitu mendengar Kelvin menyinggung tentang Awan, Charlote baru sadar jika sedari tadi ia tidak melihat ada Awan di sana."Sekarang Awan dimana? Kenapa Aku tidak merasakan keberadaannya?"Kelvin tersenyum tipis dan berkata, "Ia berada di tempat yang aman. Nanti, kamu dapat bertanya pada paman Abimana dimana Awan. Sekali lagi, aku butuh kamu dan yang lainnya untuk membimbing Awan dalam memimpin keluarga kita."Charlote melihat Kelvin lebih dalam, ia merasa perasan tidak nyaman. Terutama karena ucapan Kelvin yang seolah menyiratkan sedang memberikan wasiat terakhir untuknya."Kakak, apa maksudmu? Bukankah kamu bisa melakukannya? Kenapa aku merasa kamu akan per
Saat madam Gao melarikan diri setelah dibiarkan pergi oleh Kelvin sebelumnya. Ternyata para pengikutnya juga ikut melarikan diri ke arah lain, karena merasa pemimpin mereka sudah kalah. Sehingga, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Kelvin melirik Abimana sejenak, lalu menjawab pertanyaan Lin, "Tidak udah! Divisi Zero akan mengurus sisanya. Dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak mungkin lagi berani menginjakkan kakinya di Negeri ini. Bukankah begitu, paman Abimana?"Abimana sambil mengusap jenggotnya, mengangguk setuju dan membenarkan pernyataan Kelvin. "Benar, bukti persekongkolan tujuh keluarga naga dengan the shadow sangat jelas. Segera, negara akan memasukkan nama mereka ke dalam daftar hitam."Tidak berhenti sampai disitu, Abimana segera menambahkan, "Serta.. semua aset mereka akan disita oleh negara."Kening Kelvin dibuat berkerut, ia sama sekali tidak menyangka jika Abimana telah merencanakan ini semua. Semula, ia sudah berencana untuk men
Kelvin melakukan persis seperti janjinya pada Huo, mengirim Awan langsung pada Annisa. Hanya saja, Kelvin sengaja tidak pergi bersama mereka karena berbagai pertimbangan. Untuk menjaga kondisi Awan tetap stabil saat pembukaan penuh segel yang terdapat dalam dirinya, butuh seseorang yang cukup kuat, Amanda adalah orang yang cocok untuk tugas seperti itu."Kemana mereka perginya?" Tanya Abimana penasaran begitu melihat cucunya dan juga Awan tiba-tiba menghilang, setelah sebelumnya Kelvin sempat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Amanda ketika bertemu wanita yang dapat membuka segel Awan. Hanya sebatas itu, Kelvin tidak menjelaskan lebih banyak.Apalagi ketika mereka menghilang, Kelvin ternyata tidak ikut pergi bersama mereka.Kelvin batuk-batuk sejenak dan bersikap seolah semuanya berjalan normal, "Hmn, tidak apa-apa, paman. Mereka masih di kota ini, tenang saja! hahaha!""Benarkah?" Tanya Abimana ragu, "Lalu, kenapa kamu tidak ikut bersama mereka?""Yah... tentu saja karena masi