...
Mereka tidak tahu apa makna dibalik kartu gold seperti pengetahuan teman-teman Gina. Mereka hanya khawatir jika Awan telah menguras semua isi tabungannya untuk mentraktir mereka makan. Sebagai teman, bagaimana bisa mereka merasa baik-baik saja dengan semua itu? Namun tidak begitu dengan Awan dan juga Hanna. Mereka tampak biasa-biasa saja, seolah pegeluaran sebesar itu hanya biasa bagi mereka. Untuk Hanna, mungkin mereka bisa memakluminya, karena Hanna berasal dari kalangan atas dan memiliki kekayaan yang melimpah dari hasil menyanyinya selama ini. Lah Awan? Mereka tahunya, Awan bekerja keras untuk bertahan hidup di Ibu Kota dan juga membiayai kuliahnya. Mereka berniat hendak membantu dengan ikut menyumbang untuk membayar makanan. Tapi, reaksi Awan justru cuek dan meminta mereka untuk tidak memikirkannya. "Ya sudah, kita balik yuk. Aku juga mesti kerja setelah ini." Ujar Awan santai. Tidak ada yang berkomentar dan mereka semua terpaksa menyetujui saran Awan. Mereka pergi ke tempat
Sang putri hanya mengerucutkan bibirnya dan menunggu penjelasan Ayahnya lebih lanjut. Ia terlalu malas untuk menyela dan memilih menunggu Ayahnya menjelaskan maksudnya terlebih dahulu. "Ini." Batara melemparkan sebuah berkas ke atas meja. "Ini?" Kening sang putri berkerut tajam. Tidak biasanya, Ayahnya memberikan sebuah berkas tanpa menjelaskan kasusnya terlebih dahulu. "Buka saja." Pertintah Batara. Putrinya membuka berkas tersebut dan begitu melihat sebuah foto terpajang dihalaman pertama, rasa penasarannya terusik. "Apa perintahnya?" Tanyanya serius. Inilah yang membuat Ayahnya patut berbangga dengan putrinya, dalam situasi seperti apapun, dia tahu kapan saatnya dia harus serius. "Amanda, kamu awasi dia. Saat ini, kamu akan menjadi mata sekaligus senjata Divisi Zero, berhubungan dengan orang tersebut. Tugasmu mengawasi dan melindunginya. Kamu tahu sendiri, apa yang terjadi dengan calon ayah mertuamu. Tanpa perlindungan Kelvin, anak itu hanya akan menjadi sasaran empuk bagi Th
Flash back empat tahun sebelumnya.Hari itu, Amanda baru saja datang dari Jepang setelah kompetisi sains tingkat Asia. Perasaannya begitu senang karena telah berhasil membawa medali emas pulang ke tanah air. Mungkin bagi keluarga Pitaloka, prestasi seperti itu bukanlah apa-apa.Tapi bagi Amanda, ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Karena ini adalah hasil jerih payahnya sendiri di bidang yang digemarinya. Ya, sedari kecil Amanda begitu tergila-gila dengan yang namanya sains dan Ia mengidolakan sosok Habibie yang terkenal akan kejeniusannya.Dulu waktu Ibu Amanda masih ada, beliau pernah berkata, "Nak, lakukan apa yang menurutmu benar dan kamu menyukainya."Selain pekerjaan utama keluarganya, sains adalah bidang lainnya yang menurut Amanda benar dan Ia menyukainya. Meski hobinya ini tidak mendapat dukungan dari keluarga besar, bagi klan Pitaloka, Amanda adalah pewaris utama keluarga, karena dia adalah yang 'terpilih'.Amanda sendiri tidak ada masalah dengan semua itu, karena pekerj
No-no, bullshit. Amanda paling tidak percaya sama yang namanya cinta didunia ini. Lihatlah, betapa banyak gadis seusianya yang mengagung-agungkan yang namanya cinta. Lalu ditinggalkan begitu saja oleh pria yang mengaku mencintai mereka dan si gadis hancur begitu saja. Entah hancur karena keperawanan mereka yang telah dirampas para romeo brengsek yang telah merayu mereka dengan ribuan kata-kata cinta mereka atau mereka yang hamil terus ditinggal pergi begitu saja, belum lagi mereka-mereka yang diselingkuhi.Mereka yang hanya dimanfaatkan oleh si cowok brengsek yang merayu mereka dengan kata-kata penuh cinta, terus setelah mereka tidak lagi bermanfaat, para gadis tersebut dibuang begitu saja.Lalu apa definisi cinta menurut Amanda? Apa itu seperti Ayah dan Ibunya? Ia sendiri tidak tahu, karena dimata Amanda, Ayahnya lebih sering meninggalkan Ibunya karena alasan tugas negara.'Cinta bagiku adalah sayangnya Ibu padaku, Ia yang selalu ada untuk menyayangiku. Ia yang selalu ada bahkan keti
Pixie dengan pakaian hijau dan sayap tipisnya melayang-layang sebentar diatas kepala Amanda. Ia membuat sebuah pentagram ramalan dunia peri untuk mencari petunjuk yang diinginkan oleh Amanda. Setelah berkutat dengan pentagram ramalannya selama hampir setangah jam, Pixie membuka matanya. Ekspresinya juga menunjukkan keheranan yang sama, Ia berkata, "Nona, sebentar lagi akan ada seseorang yang akan datang menemui anda. Namun, tamu yang akan datang menemui anda bukanlah manusia. Ia sudah tiada, namun karena suatu alasan ruhnya tidak bisa pergi dari dunia ini dengan tenang.""Tapi, masalahnya bukanlah Ia masih hidup atau sudah tiada. Tapi, ruh ini membawa ikatan takdirnya dengan anda. Takdir itu juga akan mempengaruhi masa depan anda." Tambah Pixie setelah menguraikan firasat aneh yang didapat Amanda."Mempengaruhi masa depanku?" Kening Amanda berkerut heran. Jika itu alasannya, wajar saja Ia dibingungkan dengan firasat aneh tersebut sejak awal. Satu-satunya yang tidak bisa diprediksi ad
Amanda melambaikan tangannya ke depan, Ia tahu kalau permintaan tersebut terdengar tidak sopan untuk mereka yang baru pertama kali bertemu. Namun, patut disadari jika mereka berbeda alam. Melihat kedatangan Renata, Amanda sadar jika Renata sengaja melepaskan keabadiannya di Syurga untuk bisa turun ke bumi. Pengorbanan sebesar itu pasti memiliki alasan yang sama besarnya, karena itu Amanda tidak terlalu memikirkan ketidaksopanan Renata. Apalagi menurut ramalan takdirnya, kedatangan Renata juga membawa pengaruh terhadap masa depannya sendiri. "Katakan, apa permintaanmu. Aku akan mempertimbangkannya jika itu memenuhi kapasitasku." "Nona.." Pixie hendak mengingatkan, namun Amanda kembali melambaikan tangannya ke depan dan meminta Pixie untuk menahan bicaranya. "Aku ingin memintamu untuk menjaga seseorang untukku. Dia.. adalah seseorang yang begitu berarti bagiku." Ada kesedihan dalam nada suara Renata. "Menjaga seseorang? Pasti dia seorang pria. Sepertinya dia orang yang sangat ber
Puncaknya Amanda menyaksikan perpisahan mengharukan antara kedua orang yang saling mencintai itu, dimana Amanda yang mengikhlaskan Awan untuk memilih menyelamatkan wanita lain yang memiliki peluang hidup paling tinggi diantara mereka.Amanda menyaksikan sendiri betapa hancurnya Awan saat dipaksa harus memilih untuk melepaskan Renata. 'Apa pemuda itu benar-benar bisa mengikhlaskan Renata?' Bathin Amanda.Entah kenapa, Ia merasa tidak rela jika keduanya harus berpisah dengan cara menyakitkan seperti itu. Amanda seakan ikut merasakan perasaan sakit dan penderitaan yang harus ditanggung oleh kedua orang yang saling mencintai tersebut. Bahkan tanpa sadar, air matanya ikut mengalir deras.Amanda mengira jika itu adalah kenangan terakhir dalam memori Renata, namun tanpa diduga oleh Amanda. Sebuah pengalaman spritual selanjutnya menampakkan sosok Awan yang selalu datang setiap waktu kemakamnya Amanda. Pemuda tampan yang ditemuinya di Bandara itu, terlihat sangat berbeda. Seolah Amanda meliha
Pixie langsung tertawa keras mengejek pernyataan Renata, "Penyakit? Sepertinya kamu hanya arwah gentayangan yang tidak tahu apa-apa. Nonaku sehat begini, bagaimana bisa kamu mengatakan jika nonaku sedang sakit. Kamu hanya membual. Pergilah dari sini, jika tidak Aku akan membakar ruhmu dan membuatmu bergentayangan untuk selamanya dan tidak akan pernah bisa bereinkarnasi untuk selamanya."Pixie mengangkat tangannya dan membuat sebuah pentagram pemusnah ruh.Hal itu membuat Renata cemas, Ia menatap Amanda memohon tanggapannya. "Amanda, kumohon. Hanya kamu yang dapat memenuhi harapanku."Amanda mengangkat wajahnya, dia melambaikan tangannya ke depan untuk mencegah Pixie mewujudkan keinginannya, "Pixie, hentikan!""Tapi, nona."Amanda menggelengkan kepalanya, "Tidak, kamu tidak boleh menyerangnya." Pixie langsung menarik kekuatannya kembali, Ia masih tampak keberatan. Namun perintah nonanya adalah kewajiban dan Pixie tidak berani membantahnya. Ia berharap jika nona-nya tidak benar-benar m