Share

Kecelakaan

Penulis: Novi Aprilia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Part 85

"Kecelakaan, Ma? Dimana?" tanyaku panik.

Aku berusaha menenangkan Mama Rina yang histeris. Setelahmendengar kabar duka tentang musibah yang Satria alami dari orang yang tidak di kenal.

"Ma, katakan pada Tania, dimana lokasi kecelakaan Satria, Ma?" tanyaku lembut. Hatiku mulai tidak tenang.

"Di puncak," jawab Mama Rina dengan air mata yang berlinang.

"Mama tenang, kita berangkat ke sana sekarang juga," ujarku pada nya.

Aku membantu Mama Rina berdiri, lalu, mencari keberadaan Ibu dan Ayahku. Menceritakan tentang kondisi Satria yang mengalami kecelakaan di puncak. Degup jantungku mulai tidak beraturan.

Beribu kali dia menjahati dan melukaiku. Rasa sayang itu masih ada di dalam hatiku paling dalam. Ayah keberatan dengan keinginanku untuk datang ke lokasi kejadian. Trauma masih bertahta di dalam hati Ayah dengan ulah Satria beberapa waktu lalu yang menjebakku.

Perdebatan alot pun terjadi antara aku dan ayah. Ibu hanya diam dan sesekali memberi komentar. Mama Rina meraung-meraung me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Wartawan

    Part 86"Iya, sekarang kita tempat Satria, Ma," sahutku. Aku melajukan kembali mobilku. Kebingungan menguasai alam pikiranku. Aku tidak tahu arah, tempat mana yang harus aku datangi. Lokasi puncak itu sangat luas, aneh rasanya, harus ngecek ke setiap rumah sakit di sana. Aku beristighfar untuk menenangkan diri. Masalah yang bertubi kuhadapi membuat fisik dan mental tidak stabil. Mulut boleh berucap aku sanggup, tetapi, hatiku rapuh.Kling! Kling!Notifikasi pesan whatsapp berbunyi, kuraih dengan sebelah tangan. Ku gesek layar ponsel mewahku untuk melihat pesan masuk.[Bu, benar nggak, ni?] tanya Dara sektretaris Satria di kantor yang di sertai link tentang kejadian yang di alami Satria.[Bu, dimana?] tanyanya lagi.Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna berita yang dikirimkan oleh Dara. Hatiku kembali hancur, setelah, membaca deretan kalimat yang disusun rapi oleh si pembuat berita. Air mataku meleleh dengan sendirinya."Sehina itukah kamu sekarang, Sat?" tanyaku seorang diri.Ponsel

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Kamar Jenazah

    Part 87"Mereka Wartawan, Tan, kenapa mereka tahu kita ada di sini," ujar Mama kembali panik. Pandangannya tidak tenang. Mama Rina lebih banyak menunduk, takut dengan cahaya kamera yang menyentuh wajahnya. Tubuhku semakin bergetar, seluruh sendi lemah tak bertenaga. Bagaimana bisa kasus ini, sangat cepat diketahui media. Anak-anak yang pertama kali aku cemaskan. Tidak rela, jika, mereka melihat kasus yang memalukan seperti ini. Bagaimana kalau mereka dibully di sekolah? Arrrgh! Kenapa masalah terus dan terus menghantuiku. Hati menjerit pilu, tapi tak bisa kuungkapkan. "Buk Tania, bagaimana perasaan Ibu, setelah, melihat berita kematian Pak Satria?" tanya salah seorang wanita."Buk Rina, bagaimana tanggapan anda tentang berita Pak Satria yang beredar di media," tanya salah seorangnya lagi.Mereka mengambil foto dan video kami tanpa izin. Jiwaku terguncang dengan kejadian ini, di tambah lagi, para wartawan yang menanyakan hal yang tidak mampu aku ungkapkan ke publik."Maaf, kami baru

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Dia

    Part 88Kuseret langkahku perlahan. Tubuh ini sangat berat untuk digerakkan. Aku semakin terisak, tidak pernah terlintas dalam bayangan mengunjungi kamar yang menakutkan seperti ini.Hawa dingin menerpa wajah, detak jantung saling bersahutan dengan cepatnya. Saat netraku menangkap sosok jenazah yang ditutupi kain putih dengan bercak darah. Rasa takut semakin mengrogoti jiwaku. Langkahku semakin berat."Ini jenazah Pak Satria, Bu," ujar lelaki berbaju putih di hadapanku.Aku hanya menatap ke arahnya. Lidahku kelu tidak mampu berkata."Pak Satria menghembuskan nafas terakhir di lokasi kejadian, di samping ada seorang wanita yang sedang kritis di ruang ICU," ujar lelaki itu.Air mataku terus berderai dengan derasnya, kepalaku mendadak pusing. Jiwaku tidak sanggup menerima semua ini, terlalu berat untuk aku lalui seorang diri.Aku melangkah mendekati jenazah yang terbujur kaku di hadapanku. Tanganku berusaha mengangkat kain yang menutupi tubuhnya."Jangan dibuka kalau Ibu tidak sanggup me

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Sadar

    Part 89Saat aku sadar, tubuhku sudah di atas ranjang rumah sakit. Di dalam sebuah kamar yang mewah dengan fasilitas yang lengkap. Netraku menjelajah ke sekeliling ruangan, tidak ada satu pun yang menungguiku.Penglihatanku masih belum terlalu jelas. Rasa pusing teramat jelas terasa. Seluruh persendian terasa luluh lantak tak bersisa."Ya Allah, kenapa engkau mengujiku seberat ini, salah aku apa ya Allah?" Aku kembali terisak pilu dengan air mata yang berderai dengan sendirinya."Aaarrrrggghhh!" pekikku seraya menutup telinga dengan kedua tanganku."Ini mimpi, ini bukan kenyataan, ini hanya hayalan. Aku sedang bermimpi, aku sedang bermimpi," ucapku berulang-ulang."Satria, kenapa kau terus saja menyakitiku, sampai mati pun, kau menyisakan lara yang begitu dashyatnya untukku?" tanyaku dalam hati.Aku meracau seorang diri, emosi yang meninggi dengan sendirinya. Aku mencari tasku, mungkin ada panggilan dari Ayah dan Ibu, tidak sanggup di sini sendiri. Jiwa tidak mampu melaluinya seorang

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Marsya

    Part 90"Mama Rina ... mama Rina kemana, Van?" tanyaku pada Revan. Aku melupakan wanita itu. Terakhir kali dia pingsan dan dibawa oleh Dara.Aku beranjak turun dari ranjang, memakai sepatu dan melangkah keluar. Rasa malu dan takut merajai hati dan jiwa. Namun, aku tidak mungkin membiarkan wanita itu sendiri menanggung pilu. Tatapan puluhan pasang mata membuat nyaliku menciut. Padahal sebagian besar dari mereka tidak mengetahui permasalahan yang kuhadapi. Revan membantuku mencari keberadaan Mama Rina. Beberapa saat kemudian, aku mendapati Mama Rina berjalan dengan seorang dokter ke kamar jenazah. Langkahnya terseok-seok penuh beban. Gerakan tangannya pun terlihat sangat lemat, tidak jauh berbeda denganku. Langkah kupercepat untuk menemui Mama Rina. Tidak peduli dengan keberadaan Revan di sisi. Akankah dia sanggup melihat jasad anaknya yang tidak lagi berbentuk? Rasa takut akan jiwanya yang akan terganggu, semakin menghantuiku."Mama!" teriakku. Mama Rina menoleh ke belakang. Dia men

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Dia Hamil

    Part 91Melihat Marsya membuat lukaku, semakin menganga lebar. Dokter Andre membuka map di tangannya. Aku memeluk Mama Rina dari belakang. Menyuruhnya beristighfar dan bersabar."Marsya ini adiknya Pak Satria, Dok," timpal Revan. Dokter Andre melirik ke arahku dan Mama."Adiknya Pak Satria, Pak?" tanyanya kepada Revan dengan nada tidak percaya."Iya," jawab Revan."Bagaimana ini semua bisa terjadi? Apa mereka melakukan melakukan hubungan sedarah?""Nggak, Marsya anak angkat dalam keluarga Pak Satria," sahut Revan cepat. Dokter Andre terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya.Pertanyaan Dokter Andre membuat Mama Rina histeris, ia menjerit-jerit seperti orang gila. Kata umpatan dan makian dia arahkan kepada Marsya. Jelas tergambar kekecewaan di raut wajah senjanya. Dia tidak berdaya dalam pelukanku.Dokter Andre menjelaskan kembali kepada Mama Rina bahwa mereka ditemukan dalam kondisi setengah telanjang. Mama Rina tidak menjawab, tatapannya kosong ke arah Marsya. Napasnya tidak beraturan.

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Diculik

    Part 92Aku terbangun karena rasa dingin yang menjalar ke dalam urat sarafku. Membuka mata perlahan dengan kepala yang masih agak berat. Kaki dan tangannku tidak bisa digerakkan sesuka hati. Pandangan kuedarkan ke seluruh ruangan, asing. Sepertinya, aku berada di sebuah gudang atau bagunan tua yang terlihat dari beberapa perabotan yang sudah usang. "Tania, bangun!" teriak wanita yang empat tahun lalu sudah menjadi adik maduku.Dia berdiri di hadapanku, tubuhnya dibalut mini dress selutut yang menampakkan betis putihnya, bagian atas tanpa lengan. Rambut pirangnya dibiarkan tergerai. Polesan make up full di wajahnya menambah kecantikan yang miliki. Namun, cara hidup yang dia pilih salah. Merebut milikku, menjadi madu dalam diam untukku. Hari ini, ia menatapku penuh kebencian. Netranya seakan keluar, melotot ke arahku.Mencoba menenangkan diri, tidak boleh gegabah, ikuti saja permainan yang di mainkannya. Aku sungingkan senyum manis untuk Karmila. Pandangan bersahabat kuarahkan pada adi

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Negosiasi

    Part 93Dia menatapku lekat. Bertanya berulang kali tentang kalimat yang baru kucapkan. Aku mengiyakan dengan raut wajah serius. Aku sadar, kesalahan yang Karmila lakukan, bukan kesilapan Karmila sepenuhnya. Satria peran utama dalam pengkhianatan yang mereka lakukan.Bagaimana bisa aku menghukum Karmila, ia berada di posisi yang sama denganku. Hubungan mereka sah di mata Allah. Aku bukan manusia yang tidak punya hati. Nurani tidak membenarkan kuberlaku kejam pada Karmila. Namun, batin juga tidak mampu ikhlas akan kehadirannya. Lelah hati dan jiwa menghadapi semua. Semakin aku melawan keinginan Karmila, permasalahan ini tidak akan pernah selesai. Lari dan menjauh bukanlah solusi. "Ayo, lepaskan ikatannya, aku akan mengabulkan permintaanmu," ujarku penuh harap. Kutatap manik cokelatnya intens, sorot kesedihan juga terbaca di dalam sana."Kau tidak membohongiku, kan?" tanya Karmila untuk memastikan. "Aku bukan pembohong, kamu bisa mempercayaiku." Aku berusaha meyakinkan Karmila.Dia m

Bab terbaru

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ending

    Part 143"Pak Revan, Bu Marsya perlu penanganan kejiwaaan," suara yang terdengar dari ponsel Revan."Baik, sebentar lagi kami ke sana," ujar Revan dengan helaan nafas.Awalnya Revan melarangku. Namun, setelah aku membujuknya , lelaki tampanku mengizinkanku ikut bersamanya."Apa mungkin Marsya gila?" tanyaku pada Revan, saat kami berada di dalam mobil."Mungkin saja, kita belum tahu kejelasannya."Kasian Marsya," lirihku."Nggak usah kasihan sama orang seperti Marsya. Dia pantas mendapatkannya," sahut Revan cepat.Setengah jam perjalanan, mobil Revan memasuki halaman kantor polisi di daerah rumah Ayah. Untuk kesekian kalinya menginjakkan kaki di tempat ini. Dalam situasi yang berbeda.Pihak kepolisian mengajak kami menuju ruangan sel Marsya. Kondisinya sangat menyedihkan. Dia meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya. Langkah kaki kami yang semakin mendekat mengusik alam khayalnya."Tania, akhirnya kau datang menemuiku, apa kabar Kakak Iparku yang paling bo

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menuju Akhir

    Part 142 Air mata ini mengalir, bukan karena takut atau kecewa. Akan tetapi, karena bahagia melihat semangat Revan untuk mengukir senyum di wajahku."Kalian lihat istriku, wanita tegar dan hebat. Dia masih bisa berdiri tegar, setelah beragam prahara menguncang jiwanya. Saya mendengar ada beberapa yang berbicara miring tentang istri saya. Perlu kalian ketahui yang kalian katakan itu semuanya benar. Dia ....""Cukup, Van!" teriakku seraya melangkah menaiki panggung utama.Semua mata menatapku dengan berbagai tatapan yang tidak mampu aku definisikan. Kuberanikan diri meraih mikrofon di tangan Revan. Awalnya Revan ragu memberikannya padaku. Namun, aku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja."Tentunya kalian bertanya-tanya dalam benak kalian, mengapa seorang Revan Adiwiguna menikah seorang janda sepertiku. Ya ... aku seorang janda dengan tiga orang anak, yang dua anakku meninggal karena polemik yang tercipta oleh suamiku terdahulu. Dan wanita tadi, dia adalah adik iparku "Marsya". Adiknya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ungkapan yang Ditunggu

    Part 141Brruuuukk!Tubuh Revan terjatuh, ujung sepatunya menyentuh sisi karpet merah yang terbentang antara pintu keluar sampai ke depan panggung utama."Tania, awas!" teriak Revan seraya mencabut pistol di pinggangnya.Aku mencoba berlari menjauh, tapi gaun yang kukenakan menghalangi langkahku.Dor!Aaaaaaaa!Suara letusan senjata, di ikuti teriakan wanita di belakangku. Belati di tanganya terjatuh ke atas rumput, terlihat kilatan cahaya yang menandakan ketajamannya. Suara riuh para tamu undangan mengema memekakkan telinga. Revan bangkit, berlari merengkuh tubuhku yang kaku."Sayang, kamu tidak apa-apa, 'Kan?" tanyanya panik seraya meraba setiap inci tubuhku. Aku mengeleng pelan, wajah panik tergambar nyata di wajahku.Beberapa anggota polisi yang berjaga-jaga berlarian menerobos kerumunan para tamu undangan. Revan beranjak mendekati wanita yang sedang meringgis kesakitan akibat terkena pelurunya. Wanita itu berusaha bangkit, tangannya meraih belati yang tergeletak di atas rumput."

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Siapa yang Tertusuk Pisau?

    Part 140Seiring berjalannya waktu, cinta tidak kunjung saya utarakan. Tania bersikap layaknya sahabat sejati untuk saya, membantu biayai kuliah, membuatkan makanan kesukaan saya. Semua dia lakukan yang terbaik untuk saya, begitu juga saya selalu pasang badan untuk membuatnya bahagia. Namun kembali ke awal, label sahabat yang tercipta. Semakin hari, cinta saya semakin dalam untuknya. Akan tetapi rasa tidak pantas terus saja mendera hati. Hingga, jantung saya seperti berhenti berdetak tatkala Tania mengenalkan lelaki yang dulu menjadi suaminya. Dunia saya hancur, terpuruk dalam.Tegar ... sikap itulah yang saya tunjukkan padanya. Saya sempat percaya akan kalimat "AKU JUGA BAHAGIA ASAL DIA BAHAGIA" , tapi kenyataanya saya kalah, kalah pada perasaan sendiri. Memilih lari dari pada mati melihatnya menjadi milik orang lain." Revan menjeda ucapannya. Dia menatapku penuh cinta, para tamu diam tanpa bicara, acara begitu terasa sakral."Terima kasih," bisikku pelan."Boleh kah saya melanjutkan

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Bahagia yang Terusik

    Part 139Kami bergerak menuju ruangan CCTV, degup jantungku tidak tenang. Kenapa masih ada yang mengangguku? Padahal aku tidak pernah menganggu orang.Suami tampanku mengotak-atik isi di dalam layar monitor, mata awasku mengamati setiap pegerakan gambar yang tertera di layar monitor. Beberapa menit melihat secara rinci, tapi tidak ada yang terlihat membawa gaunku."Aaaaarrrrggghhh! Kenapa Tuhan terus mengujiku dengan begitu banyak masalah? Salah aku apa, hah?!" teriakku histeris. Kepalaku tidak sanggup memikirkan beban berat yang menyerang otakku.Mama memelukku erat, keringat dingin memabasahi tubuhku. Ini masih pagi, tapi hawa panas menyelimutiku. Tubuhku gemetar, wajahku mendadak pias, bermacam pikiran mengitari kepalaku."Van, gimana, ni?" tanya mama saat melihatku tersungkur dilantai.Terlihat Revan mengusap wajahnya kasar, menarik nafas dalam lalu membuangnya. Dia mondar-mandir di hadapanku, wajahnya panik, terlihat kekecewaan di wajahnya."Mama jaga Tania, Revan mau ke bawah se

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Hilangnya Gaun Pegantin

    Part 138Malam ini semua orang di rumah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan untuk menyambut acara besok pagi. Rumah Ayah sudah di sulap bak negeri dongeng, dekorasi sungguh sangat sempurna. Melihat semua yang Revan persiapkan untukku membuatku takjub.Bersujud syukur kepada Allah menganugerahi lelaki yang mampu menjadi imam yang baik untukku. Suasana hati tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Bahagia yang tiada duanya, meski ini bukan yang pertama."Tidak lama lagi kalian akan jauh dari kami," ujar Mama dengan raut wajah sedih."Ma ... kita 'kan bisa VC, telpon-telponan, lagian belum tentu kami selamanya di sana," ujarku lembut seraya membelai pundaknya Mama yang mulai terisak."Mama cuma sedih jauh dari kalian, tapi ... mama bisa apa, ini yang terbaik untuk kehidupan kalian, biarkan mama menanggung rindu ini seorang diri sampai waktu mempertemukan kita lagi," ujar mama seraya menyeka air mata di wajah senjanya."Maafkan Tania, Ma. Kehadiran Tania membuat Revan menjauh dari Mama

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menjelang Hari H

    part 137"Orang dalam? Memangnya siapa yang Mama curigai?" tanya Revan, matanya berbalik menatapku."Ya ... Mama juga tidak tahu siapa," ujarku pelan."Kalau nggak tahu, nggak boleh curiga dosa yang ada," pungkas Revan.Aku hanya mengangguk pelan, meski rasa penasaran masih di bertahta di hati. Revan memintaku untuk lebih waspada dalam menjaga Arisya dan diriku sendiri. Sangat tidak enak hidup di penuhi rasa was-was yang membuat gerak dan ruang lingkup kita terbatas.Mau tidak mau, hal itu yang harus aku lakukan untuk sementara ini. Berbagai prahara yang terjadi membuatku takut dalam menghadapi dunia, melihat keramaian saja membuat pikiranku tidak tenang.****Hari ini membongkar barang-barang di dalam lemari. Memilih beberapa barang dan pakaian yang akan aku bawa ke Amerika.Banyak sekali barang-barang yang aku bawa pulang dari rumahku dulu. Ratusan sepatu dan tas pemberian Satria masih tersimpan rapi. Sangat tidak masuk akal jika aku membawa semuanya ke Amerika. Yang ada pesawatnya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Teror

    part 136Aku berjalan setengah berlari menuju ke luar Mall. Puluhan orang sudah berkerumun di pos satpam."Dasar wanita gila!" teriak lelaki dalam kerumunan."Tangkap saja!""Bunuh!"Beragam teriakan dan hujatan terdengar dari warga yang berkerumun. Suara tangisan Arisya mengema di antara riuh suara kerumunan manusia."Maaf! Permisi!" teriak Revan meminta jalan di antara kerumunan warga.Aku berhasil mencapai ke dalam ruangan. Ku lihat Arisya dalam pelukan lelaki yang tidak aku kenali. Secepat kilat, ku raih Arisya kecilku. Kudekapnya erat, kuciumi wajahnya berkali-kali. Meringsek menuju sudut ruangan.Revan meraih tubuhku dan mendekap erat memberikan kenyaman yang sejenak yang sempat hilang."Van, ini wanita yang bersama anak kamu," ujar lelaki yang memegang Arisya tadi.Aku menyerahkan Arisya pada Revan, mataku beralih menatap benci ke arah wanita yang mengunakan cadar di hadapanku."Kamu siapa, hah? Kenapa kau mengambil anakku?" tanyaku berusaha menahan emosi.Wanita di hadapanku d

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Benarkah Marsya kembali?

    part 135Kami berkumpul di meja makan, sarapan pagi sebelum kami kembali ke rumah ayah. Mama sudah mempersiapkanya sebelum aku turun ke dapur."Makan yang banyak, biar mama cepat dapat cucu baru," ujar mama dengan senyum merekah, membuatku salah tingkah dan hampir tersedak."Mama mau punya berapa cucu," ujar Revan seraya memasukkan roti ke mulutnya, dengan sengaja kuinjak kakinya di bawah kolong meja."Ooooouuucch!" pekik Revan."Kenapa, Van?" tanya papa dengan wajah serius.Revan melirik ke arahku, ku balas tatapannya dengan raut wajah mengancam."Nggak apa-apa, Pa," ujar pelan."Mama pingin punya cucu 12 orang, pasti lucu-lucu, ya 'kan, pa?" ucapan mama di sambut gelak tawa papa dan Revan. Giliran aku yang meringis."Seru tu, Ma. Di buat tim sepak bola," ujar Revan dengan cengiran di sudut bibirnya."Iya, seru pastinya!" mama tertawa bahagia.Kami melanjutkan sarapan dengan suka cita. Kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Banyak wejangan yang diberikan orang tua Revan untuk kami

DMCA.com Protection Status