Dayana menarik napas panjang dan menatap lekat ke arah putrinya. Wanita itu sepertinya sudah menyiapkan jawaban untuk Sonya dan Oliver.“Anak-anak, selesai makan, kalian boleh masuk ke kamar Bunda,” ucap Nyonya Dayana kepada ketiga cucunya. Ia ingin mereka kembali masuk ke sana mengingat ada hal penting yang ingin dia bicarakan dengan Sonya dan Oliver.Anak-anak itu tampak patuh. Mereka segera menghabiskan menu makanan yang tersaji di meja. Ketiganya bahkan terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka di rumah Nyonya Dayana.“Oma, masakan Oma enak dan lezat. Kapan-kapan, aku mau makan di sini lagi. Apa boleh?” tanya Bian dengan nada semangat.“Tentu saja boleh. Kalian boleh datang kapan saja ke sini. Kalian itu cucu Oma dan sudah sepantasnya kalian berkunjung ke sini, kan?” kekeh Nyonya Dayana sambil mencubit pipi gembul cucunya.Sonya hanya tersenyum melihat kedekatan anak-anaknya dengan Nyonya Dayana. Wanita itu hanya berharap kalau ibunya mau memaafkan Oliver dan memberikan restu u
“Bibi, apa maksudmu? Hal apa yang tidak aku ketahui?” tanya Zack dengan tatapan yang begitu lekat.“Zack, memangnya aku berbicara apa? Sepertinya kamu salah dengar,” jawab Bibi Weni dengan wajah gugup.“Tidak, aku tidak salah dengar. Bibi jelas sekali bilang kalau ada hal yang tidak aku ketahui. Sebenarnya ada apa? Kenapa Bibi seolah menyembunyikan sesuatu dariku? Apa ini ada kaitannya dengan keluargaku atau ada kaitannya dengan kepindahan ibuku ke Labuan Bajo?” Zack tampak merasa penasaran. Ia terus mendesak wanita itu bercerita hal yang sesungguhnya.“Zack, Bibi tidak bisa memberitahumu. Bibi hanya ingin yang terbaik untukmu!” ucap Bibi Weni dengan wajah tertunduk. Wanita itu tampak gugup dan enggan menatap wajah keponakannya.“Bibi, jangan bersikap seperti ini, semakin Bibi berkelit dan menghindar, aku semakin merasa penasaran. Jadi, tolong katakan rahasia apa yang sedang disembunyikan kepadaku.” Zack tampak memohon kepada Bibi Weni untuk menceritakan rahasia yang diketahu wanita
“Sudah lupakan saja, silakan Anda masuk ke dalam,” ucap pelayan itu dengan nada ramah. Ia meminta Zack untuk masuk ke dalam. Wanita itu bahkan terus memikirkan sosok laki-laki yang kini tengah duduk di ruang tamu.“Anda ingin minum apa?” tanya pelayan itu dengan nada sopan. Meski Oliver tidak ada di sana, pelayan itu tetap bersikap ramah dan sopan kepada tamu tuannya.“Apa saja!” jawab Zack dengan nada singkat. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia tampak kagum dengan penataan ruangan yang begitu mewah dan elegan.Pelayan itu keluar dengan segelas jus jeruk di atas nampan. Ia segera mempersilakan tamunya untuk minum.“Silakan diminum, Tuan!” ucap sang pelayan dengan tatapan lekat. Ia berusaha menepis rasa penasaran di dalam hatinya.“Bibi, kenapa Anda menatapku terus menerus? Apa ada yang aneh denganku?” tanya Zack dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Tuan, maaf sebelumnya kalau saya bersikap lancang, kenapa Anda sangat mirip dengan Tuan Oliver? Apa Anda ma
“T-tuan, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda!” ucap sang pelayan yang tengah bekerja. Wanita itu tergopoh-gopoh menyusul Oliver yang tengah bersantai dengan Sonya.“Teman?” tanya Oliver dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak terkejut dengan ucapan sang pelayan.Pelayan itu hanya mengangguk dan berpamitan kepada Oliver untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Oliver memilih untuk bangkit dan berjalan ke ruang tamu untuk menemui tamu yang dimaksud.Oliver berjalan dengan langkah tergesa. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin menemui orang yang tengah menunggunya di depan sana. Setelah sampai di ruang tamu, Oliver tampak terkejut melihat seseorang yang tengah duduk di sofa dengan wajah tertunduk.“Zack, benarkah itu kamu? Sungguh, aku tidak menyangka kalau kamu akan datang ke sini. Maaf, aku tidak memberitahumu mengenai kepindahanku ke sini. Rafael dan anak buahnya terus memburuku.” Oliver berbicara dengan nada serius. Ia merasa senang karena Zack akhirnya berkunjung ke rum
Oliver tersenyum dan mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu segera melangkah menuju ke balkon yang ada di lantai dua.“Untuk apa?” ucap Oliver dengan tatapan lurus ke depan.“Oliver, ini bukan soal untuk apa dan mengapa. Ini adalah bentuk rasa penasaranku kepada kita. Aku berbicara apa adanya dan aku harap, kamu akan mempertimbangkan ucapanku.” Zack berbicara dengan tatapan sendu. Laki-laki itu tampak kecewa ketika Oliver menolak usulannya.“Zack, aku tidak bermaksud menolak usulanmu. Hanya saja, aku tidak ingin membuka luka masa laluku. Dengan keberadaanku di panti asuhan, itu sudah membuktikan kalau aku tidak pernah diinginkan. Aku bahkan sengaja dibuang ke sana dan itu sudah membuatku sadar kalau aku memang tidak diharapkan oleh orang tuaku. Tentunya itu berbeda denganmu kan? Kamu bahkan memiliki kehidupan sebaliknya.” Oliver berbicara dengan nada sinis. Laki-laki itu merasa Zack terlalu mengada-ada.Zack hanya pasrah, ia tidak mungkin memaksa Oliver untuk mengikuti caranya. Laki-
“Uncle Zack, aku ingin membukakan pintu. Aku ke depan dulu, ya!” ucap Vier dengan nada penuh semangat.Anak laki-laki itu segera berlari ke depan dan bergegas untuk membukakan pintu. Ketika ia membuka pintu, seketika netranya membola. Ia terdiam beberapa saat dengan mulut ternganga.“Vier, Opa sangat merindukanmu!” seru Tuan James dengan tatapan penuh cinta. Laki-laki itu bahkan sudah tidak sabar ingin memeluk cucu yang sangat ia rindukan.“Opa!” teriak Vier sambil memburu ke arah Tuan James. Ia memeluk erat laki-laki itu dengan netra berbinar.“Opa, kenapa lama sekali datang ke sini? Aku menunggu kedatangan Opa,” ucap Vier dengan nada merajuk.“Maaf, Opa tidak tahu kalau kamu sudah pindah ke sini. Ayahmu benar-benar keterlaluan, kenapa dia tidak mau memberitahu Opa mengenai kepindahan kalian? Opa tidak habis pikir dengan pikiran ayahmu!” Tuan James tampak memarahi cucunya. Laki-laki itu sangat kesal dengan sikap putranya.“Opa, jangan marahi ayah. Aku kasihan kalau ayah nanti sedih.
Laki-laki itu segera menghentikan kegitannya bersama Bian dan Biya. Ia segera memalingkan wajahnya ke arah Vier yang tengah berdiri tidak jauh darinya.“Opa, apa dia cantik?” tanya Vier dengan senyum di wajahnya.DEG!Tuan James tampak terdiam dengan netra membola. Mulutnya bahkan sudah membentuk huruf O melihat sosok yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Laki-laki itu terlihat pias melihat seseorang yang masih berdiri dengan tatapan nanar di sisi Vier.“Opa, apa Bundaku sangat cantik? “ tanya Vier dengan nada penuh semangat.Dengan wajah gugup, Tuan James terpaksa mengangguk dan mengiyakan pertanyaan cucunya. Ia bahkan tidak menyangka kalau Vier putra dari Sonya.“Bunda, ayo aku perkenalkan dengan Opa. Bunda belum pernah bertemu dengan Opa, kan?” ucap Vier dengan senyum yang begitu tulus. Anak itu bahkan terlihat sangat senang ketika berhasil mempertemukan ibu dan kakeknya.Tanpa penolakan, Sonya mengikuti langkah kaki putranya. Wanita itu bahkan terlihat begitu canggung mendekati
“Sonya, siapa tamu istimewa kita, aku ingin segera bertemu dengannya!” ucap Oliver dengan nada penuh semangat. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin menemui tamu yang datang ke kediamannya.Oliver datang mendekat, seketika wajah laki-laki itu berubah pias menyadari sosok yang tengah berbincang dengan Sonya di sana.“A-ayah!” seru Oliver dengan tatapan tidak percaya. Laki-laki itu sangat terkejut dengan kedatangan Tuan James di sana.“Sonya, pergilah dan temani anak-anakmu. Ayah ingin berbicara dengan Oliver!” ucap laki-laki itu dengan nada dingin.“Tapi Ayah, aku masih ingin di sini!” rajuk Sonya dengan nada penuh permohonan.“Sonya, ada beberapa hal yang ingin Ayah bicarakan dengan Oliver. Apa kamu bisa meninggalkan kami berdua?” Tuan James memaksa Sonya untuk meninggalkan mereka. Ia ingin berbicara empat mata dengan Oliver.Dengan penuh rasa terpaksa, Sonya meninggalkan Tuan James dan Oliver. Wanita itu bergegas menuju ke ruangan bermain yang jaraknya tidak jauh dari sana. Ia memil
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
“Ayah, apa dia…?” lirih Yura dengan wajah gugup.Tuan Yoshio hanya mengangkat bahu dan segera berjalan menuju ke ruang tamu. Laki-laki itu sudah tidak sabar melihat sosok yang tengah bertamu ke kediamannya.Dengan tatapan lekat, laki-laki itu mendekat ke sebuah ruangan yang tampak megah. Tubuhnya seketika menegang saat menyadari sosok yang tengah berada di ruang tamu rumahnya.“Weni,” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu berada di sana.Bibi Weni tampak tersentak, ia tidak pernah menduga kalau dirinya kembali akan dipertemukan dengan sosok yang sangat dikenalnya di masa lalu.“Weni, itukah kamu?” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan lekat. Laki-laki itu mendekat ke arah Bibi Weni yang tengah duduk di samping Zack.“Tuan, apa Anda dan bibiku saling mengenal?” tanya Zack dengan tatapan keheranan. Selama ini, Bibi Weni tidak pernah bercerita apa pun tentang Tuan Yoshio. Wanita itu bahkan terlihat sangat canggung ketika bertatap muka dengan laki-laki
Zack segera meraih sebuah kotak cincin yang ada di tangan ibunya. Laki-laki itu tampak terharu ketika bersiap menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Yura.“Yura, will you marry me?” ucap Zack dengan tatapan penuh harap. Laki-laki itu tengah menatap wanita yang tengah duduk di hadapannya.Yura terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita itu masih ragu dengan jawaban yang ingin dilontarkan kepada pria yang selama ini telah membersamainya.“Yura, ikuti kata hatimu,” ucap Nyonya Prita sambil mengusap lembut bahu wanita yang masih tertunduk di hadapannya.Zack tampak terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Ia bahkan sudah siap dengan segala jawaban yang akan diberikan oleh Yura.Tiba-tiba, Yura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. Ya, dia menerima lamaran Zack dan membuat laki-laki itu terdiam beberapa detik.“B-benarkah kamu mau menerima lamaranku?” tanya Zack dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu seketika tersenyum penuh keharuan ketika melihat Yura menganggukkan kepa
“A-apa menikah?” tanya Yura dengan wajah pias. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ya, menikah. Bukankah hubungan kalian sudah sangat jauh. Apa lagi kalian sebentar lagi akan menjadi orang tua. Jadi, sudah sepantasnya kalian segera menikah demi kebaikan anak yang ada di dalam kandunganmu. Ibu tidak ingin cucuku terlahir tanpa orang tua yang lengkap.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu ingin Yura dan Zack segera menikah.“A-apa Nyonya berbicara serius?” tanya Yura dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara hal yang sangat penting kepadanya.“Tentu saja aku serius. Kalian harus segera menikah dan tidak ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu?” Nyonya Prita menatap lembut wajah Yura. Wanita itu sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya.Yura hanya tersenyum dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Zack akan mengajaknya menikah