Oliver tersenyum dan mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu segera melangkah menuju ke balkon yang ada di lantai dua.“Untuk apa?” ucap Oliver dengan tatapan lurus ke depan.“Oliver, ini bukan soal untuk apa dan mengapa. Ini adalah bentuk rasa penasaranku kepada kita. Aku berbicara apa adanya dan aku harap, kamu akan mempertimbangkan ucapanku.” Zack berbicara dengan tatapan sendu. Laki-laki itu tampak kecewa ketika Oliver menolak usulannya.“Zack, aku tidak bermaksud menolak usulanmu. Hanya saja, aku tidak ingin membuka luka masa laluku. Dengan keberadaanku di panti asuhan, itu sudah membuktikan kalau aku tidak pernah diinginkan. Aku bahkan sengaja dibuang ke sana dan itu sudah membuatku sadar kalau aku memang tidak diharapkan oleh orang tuaku. Tentunya itu berbeda denganmu kan? Kamu bahkan memiliki kehidupan sebaliknya.” Oliver berbicara dengan nada sinis. Laki-laki itu merasa Zack terlalu mengada-ada.Zack hanya pasrah, ia tidak mungkin memaksa Oliver untuk mengikuti caranya. Laki-
“Uncle Zack, aku ingin membukakan pintu. Aku ke depan dulu, ya!” ucap Vier dengan nada penuh semangat.Anak laki-laki itu segera berlari ke depan dan bergegas untuk membukakan pintu. Ketika ia membuka pintu, seketika netranya membola. Ia terdiam beberapa saat dengan mulut ternganga.“Vier, Opa sangat merindukanmu!” seru Tuan James dengan tatapan penuh cinta. Laki-laki itu bahkan sudah tidak sabar ingin memeluk cucu yang sangat ia rindukan.“Opa!” teriak Vier sambil memburu ke arah Tuan James. Ia memeluk erat laki-laki itu dengan netra berbinar.“Opa, kenapa lama sekali datang ke sini? Aku menunggu kedatangan Opa,” ucap Vier dengan nada merajuk.“Maaf, Opa tidak tahu kalau kamu sudah pindah ke sini. Ayahmu benar-benar keterlaluan, kenapa dia tidak mau memberitahu Opa mengenai kepindahan kalian? Opa tidak habis pikir dengan pikiran ayahmu!” Tuan James tampak memarahi cucunya. Laki-laki itu sangat kesal dengan sikap putranya.“Opa, jangan marahi ayah. Aku kasihan kalau ayah nanti sedih.
Laki-laki itu segera menghentikan kegitannya bersama Bian dan Biya. Ia segera memalingkan wajahnya ke arah Vier yang tengah berdiri tidak jauh darinya.“Opa, apa dia cantik?” tanya Vier dengan senyum di wajahnya.DEG!Tuan James tampak terdiam dengan netra membola. Mulutnya bahkan sudah membentuk huruf O melihat sosok yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Laki-laki itu terlihat pias melihat seseorang yang masih berdiri dengan tatapan nanar di sisi Vier.“Opa, apa Bundaku sangat cantik? “ tanya Vier dengan nada penuh semangat.Dengan wajah gugup, Tuan James terpaksa mengangguk dan mengiyakan pertanyaan cucunya. Ia bahkan tidak menyangka kalau Vier putra dari Sonya.“Bunda, ayo aku perkenalkan dengan Opa. Bunda belum pernah bertemu dengan Opa, kan?” ucap Vier dengan senyum yang begitu tulus. Anak itu bahkan terlihat sangat senang ketika berhasil mempertemukan ibu dan kakeknya.Tanpa penolakan, Sonya mengikuti langkah kaki putranya. Wanita itu bahkan terlihat begitu canggung mendekati
“Sonya, siapa tamu istimewa kita, aku ingin segera bertemu dengannya!” ucap Oliver dengan nada penuh semangat. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin menemui tamu yang datang ke kediamannya.Oliver datang mendekat, seketika wajah laki-laki itu berubah pias menyadari sosok yang tengah berbincang dengan Sonya di sana.“A-ayah!” seru Oliver dengan tatapan tidak percaya. Laki-laki itu sangat terkejut dengan kedatangan Tuan James di sana.“Sonya, pergilah dan temani anak-anakmu. Ayah ingin berbicara dengan Oliver!” ucap laki-laki itu dengan nada dingin.“Tapi Ayah, aku masih ingin di sini!” rajuk Sonya dengan nada penuh permohonan.“Sonya, ada beberapa hal yang ingin Ayah bicarakan dengan Oliver. Apa kamu bisa meninggalkan kami berdua?” Tuan James memaksa Sonya untuk meninggalkan mereka. Ia ingin berbicara empat mata dengan Oliver.Dengan penuh rasa terpaksa, Sonya meninggalkan Tuan James dan Oliver. Wanita itu bergegas menuju ke ruangan bermain yang jaraknya tidak jauh dari sana. Ia memil
“Ayah!” seru Sonya dengan netra membola. Wanita itu segera berlari ke arah Tuan James dengan tubuh bergetar.“Ayah, tolong jangan lakukan hal itu. Aku mohon hentikan!” Sonya meminta ayahnya untuk menghentikan kegilaannya. Ia merasa tidak tega melihat Oliver yang sudah babak belur terkulai di hadapannya.“Sonya, biarkan aku memberikan pelajaran kepadanya. Dia benar-benar tidak tahu caranya berterima kasih. Aku membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang, namun apa balasannya?” Tuan James berbicara dengan nada penuh amarah. Ia mencintai dan menyayangi Oliver, namun pengacara itu telah mematahkan hatinya.“Ayah, dia bisa mati dan anak-anakku akan kehilangan ayah kandungnya.” Sonya berbicara dengan nada penuh permohonan. Ia meminta Tuan James untuk melepaskan Oliver dan membiarkannya tetap hidup. Sonya bahkan berani berlutut dan memohon belas kasih dari ayah kandungnya.“Sonya, apa yang kamu lakukan?” tanya Tuan James dengan tatapan keheranan. Ia merasa terkejut melihat Sonya meminta
“Apa mereka tidak tahu kalau aku sedang bersenang-senang denganmu?” ucap Oliver dengan nada kesal. Ia benar-benar marah karena kesenangannya diganggu oleh seseorang yang tengah mengetuk pintu kamarnya.Sonya hanya terkikik melihat tingkah Oliver. Wanita itu segera bergegas untuk membuka pintu kamarnya.Ketika ia membuka pintu, seorang dokter tengah berdiri di hadapan Sonya. Ia tampak tersenyum manis dan menyapa Sonya dengan ramah.“Selamat sore, Nyonya!” ucap dokter itu dengan nada sopan.“Selamat sore, apa Anda dokter pribadi Tuan Oliver?” tanya Sonya dengan tatapan lekat. Ia harus memastikan kalau laki-laki itu adalah dokter pribadi calon suaminya.“Ya, saya dokter pribadi Tuan Oliver. Bagaimana kondisi Tuan Oliver sekarang?Apa saya boleh melihatnya?” tanya dokter itu dengan nada cemas. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi laki-laki itu.“Silakan masuk, Tuan Oliver ada di dalam.” Sonya segera mengajak dokter itu masuk ke dalam. Ia mengantarkan laki-laki itu menemui Oliver yang tengah t
“James, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu kusut sekali?” Alia tampak terkejut dengan kepulangan suaminya. Wanita itu merasa heran dengan sikap Tuan James yang terlihat begitu mencurigakan.“Aku lelah dan aku ingin beristirahat,” jawab Tuan James dengan nada ketus. Ia segera bergegas meninggalkan Alia yang masih berdiri dengan tatapan keheranan.“James, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu bersikap seperti itu padaku? Apa kamu sedang ada masalah di kantor?” Alia tampak keheranan dengan perubahan sikap suaminya. Wanita itu bahkan merasa kalau Tuan James sedang tidak baik-baik saja.Tuan James segera masuk ke dalam kamar. Ia bergegas menuju ke wastafel dan membasuh wajahnya di sana. Sebagai seorang ayah, tentu laki-laki itu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tidak terkecuali Sonya. Tuan James bahkan sudah berharap kalau Sonya kelak akan menjadi penerusnya dalam menangani perusahaan miliknya.“Oliver, aku sungguh sangat menyayangimu dan aku berharap banyak padamu. Aku pikir, kamu aka
“Dia adalah James Bogan!” ucap Sonya dengan tatapan lurus ke depan.DEG!Laki-laki itu terdiam dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang James Bodgan tega melakukan hal gila seperti ini? Ia bahkan masih belum yakin dengan ucapan wanita yang tengah berdiri di hadapannya.“N-nona, apa yang Anda maksud adalah Tuan James?” tanya Lorenzo dengan tatapan tidak percaya. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat syok mendengar jawaban dari Sonya.“Ya, kamu benar. Dialah yang sudah membuat Oliver terbaring di atas ranjang. Jadi, apa kamu masih berani mematahkan kaki dan tangannya? Apa kamu masih ingin menghajarnya?” tanya Sonya dengan tatapan yang begitu lekat.Lorenzo hanya terdiam dengan wajah tertunduk. Sonya benar, apa mungkin dirinya berani melakukan hal gila kepada Tuan James. Setelah bertahun-tahun dirinya mengabdi di keluarga Bodgan, rasanya tidak mungkin dirinya berani bersikap kurang ajar kepada sang tuan besar.“Bagaimana? Apa kamu masih ingin menghajar ayahku?” tanya Sonya