“Zack, sepagi ini kamu mau ke mana? Apa kamu tidak ingin sarapan bersamaku?” tanya Bibi Weni kepada keponakannya.“Maaf, hari ini aku sudah berjanji akan mengantarkan anak-anak Sonya ke sekolah. Jadi, aku tidak bisa sarapan bersamamu, Bi,” ucap Zack dengan nada penuh penyesalan.“Zack, kenapa akhir-akhir ini kamu sangat sibuk mengurus keluarga Sonya? Apa kamu tidak ingin kembali ke Labuan Bajo?” Bibi Weni bertanya dengan tatapan lekat. Ia berharap kalau keponakannya dapat segera kembali ke Labuan Bajo.“Bi, kenapa Bibi terus memintaku untuk kembali ke rumah? Ibuku bahkan tidak keberatan kalau aku menghabiskan waktuku di sini. Kebetulan, bulan depan aku akan mengadakan pameran di ibu kota. Jadi, rasanya tidak ada yang salah kalau aku berlama-lama tinggal di sini.” Zack tampak heran dengan sikap Bibi Weni. Ia semakin curiga kalau wanita itu tengah menyimpan rahasia besar yang tidak boleh diketahui olehnya.“Zack, aku hanya mencemaskan keadaan kakakku. Apa dia akan baik-baik saja selama
“Apa maksudmu?” tanya Zack dengan wajah gugup. Ia tidak menyangka kalau Biya akan bertanya seperti itu kepadanya.“Uncle, ini milik siapa? kenapa ada di mobil Uncle?” tanya Biya dengan tatapan lekat. Ia memainkan sepatu bayi yang terlihat sangat lucu dan menggemaskan.“I-itu kemarin Uncle beli di toko perlengkapan bayi. Kebetulan Uncle melihat benda ini dan entah kenapa, Uncle ingin membelinya.” Zack berbicara dengan wajah merah padam. Laki-laki itu merasa malu karena tertangkap basah menyimpan sepatu bayi di dalam mobilnya.“Uncle, sepatunya lucu sekali. Apa ini kado spesial untuk bundaku?” tanya Bian dengan netra berbinar. Selama ini, dirinya kerap meminta adik kepada Oliver dan Sonya. Ia bahkan merasa senang ketika melihat sepatu bayi yang tersimpan di mobil Uncle Zack.“Ya, kalau nanti bundamu hamil dan melahirkan adik bayi, Uncle akan membelikan sepatu untuknya. Kalian mau sepatu warna apa dari Uncle?” Zack berusaha mengalihkan pembicaraannya dengan anak-anak itu. Ia merasa tidak
Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Hal itu membuat Zack dan Yura saling pandang.“S-siapa dia?” tanya Yura dengan tatapan terkejut.“Aku saja yang membuka pintu dan kamu cukup diam di sini!” ucap Zack dengan nada setenang mungkin. Ia tahu kalau kondisi hati Yura sedang tidak baik-baik saja.Zack segera beranjak dari tempat duduknya. Ia membuka pintu dengan jantung yang berdetak kencang.“Cklek!” Zack membuka pintu dan menemukan seorang pria paruh baya yang tengah berdiri di sana.DEG!Pria paruh baya itu tampak terkejut dengan keberadaan Zack di sana. Ia menatap tajam Zack dan mengamati laki-laki itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.“Siapa kamu?” tanya laki-laki itu dengan nada dingin. Ia bahkan terlihat sangat terkejut ketika melihat seorang lelaki di apartemen putrinya.“Saya Zack, Tuan,” jawab laki-laki itu dengan nada ramah.“Zack? Di mana putriku? Apa yang kamu lakukan padanya?” Tuan Yoshio segera merangsak masuk ke dalam untuk memeriksa kondis
“A-apa? coba kamu ulangi sekali lagi? Ayah ingin mendengar kalimat itu dari mulutmu!” Tuan Yoshio tampak menatap tajam ke arah putrinya. Ia bahkan terlihat sangat murka dengan ucapan Yura.“A-ayah, aku sedang mengandung dan aku tidak mungkin menikah dengan Oliver.” Yura berbicara dengan air mata yang menetes di pipinya. Cepat atau lambat ayahnya pasti akan tahu tentang berita kehamilannya.“Plak!” sebuah tamparan mendarat di wajah Yura. Tuan Yoshio tampak menahan sesuatu yang hampir meledak di dalam dadanya. Laki-laki itu bahkan terhuyung dengan wajah merah padam.“Ayah tidak menyangka kalau kamu telah berbuat serendah ini. Ayah pikir, kamu adalah wanita baik-baik dan bisa menjaga kehormatanmu. Namun, apa yang terjadi? Kamu justru mencorengkan arang di wajah orang tuamu!” Tuan Yoshio sangat kecewa dengan putrinya. Ia bahkan enggan memaafkan Yura yang tengah bersimpuh di bawah kakinya.“Ayah, maafkan aku dan aku benar-benar khilaf. Aku mohon maafkan aku,” ucap Yura dengan nada penuh pe
Sonya tampak tersenyum bahagai dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Wanita itu masih tidak percaya kalau ini adalah hari bahagianya bersama Oliver.“Sonya, kita harus turun ke bawah. Para tamu undangan sudah datang!” ucap Nyonya Dayana dengan penuh kelembutan.“Bu, aku benar-benar gugup. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku harus bertemu dengan Oliver di pelaminan.” Sonya tampak begitu canggung. Ia bahkan berkali-kali mematut-matut dirinya di depan cermin yang berukuran cukup besar.“Jangan gugup, Oliver pasti akan merasa kagum melihat kecantikanmu!” Nyonya Dayana memuji kecantikan putrinya. Ia merasa terharu melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Sonya.Mereka berdua segera turun ke bawah. Nyonya Dayana dan Tuan James sengaja memilih resort mewah yang terletak di tepi pantai sebagai lokasi pernikahan kedua anaknya. Mereka bahkan sudah mempersiapkan semuanya untuk memberikan kejutan bagi Sonya dan Oliver.Sesampainya di bawah, Tuan James tampak tersenyum dengan netra berk
"Cup!"Oliver mengecup lembut pundak Sonya, membuat wanita itu seketika meremang dan menegang.Apa yang akan dilakukan laki-laki itu? Pikir Sonya.Oliver kemudian melingkarkan tangannya dia tubuh Sonya dari arah belakang."Cup,"Kembali sebuah kecupan lembut mendarat di sana. Kedua pipi Sonya berubah bersemu kemerahan.Pasangan yang baru menikah itu tengah berdiri di kaca besar kamar yang menghadap ke lautan lepas.Aroma maskulin dan hangatnya napas Oliver menyapu lembut tengkuk Sonya."Terima kasih Sonya," bisik Oliver lembut."Terima kasih untuk apa Oliver?" balas Sonya dengan wajah yang semakin memerah menahan segala rasa yang tengah menyelubungi hati wanita berbulu mata lentik itu."Terima kasih telah mau menikah denganku," ucap Oliver penuh arti.Sonya memutar tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan. Posisi mereka begitu rapat.Sonya menengadahkan wajahnya menatap wajah Oliver yang begitu tampan malam ini."Oliver, apa kamu tidak menyesal menikah denganku?" ucap Sonya mena
“Selamat pagi, Sayang!” bisik Oliver kepada Sonya yang masih bergelung di bawah selimut. Wanita itu bahkan memejamkan matanya ketika sang suami membawakan segelas cokelat panas untuknya.Sonya mengerjapkan netranya dan melihat wajah Oliver yang tengah menatap lekat dirinya. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat mempesona dengan aroma parfum yang menguar dari tubuhnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Sonya dengan nada penuh kecanggungan. Ia merasa malu karena Oliver lebih dulu bangun dari pada dirinya.“Ya, aku sengaja ingin membuatkan segelas cokelat panas untukmu!” kekeh Oliver dengan senyum di wajahnya. Laki-laki itu mengecup kening Sonya dan kembali meninggalkan wanita yang masih berbaring di tempat tidur.“Oliver, kamu mau ke mana?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Ia merasa penasaran dengan gerak-gerik suaminya.“Aku akan membuatkan sarapan untukmu!” ucap laki-laki itu dengan nada penuh perhatian.Oliver tampak tersenyum kecil. Laki-laki itu masih mengingat dengan jelas permainan mer
“Kenapa harus malu? Kamu begitu menikmati permainkanku kan dan setelah sarapan aku ingin melakukannya lagi denganmu!” bisik laki-laki itu dengan tatapan penuh arti.“Setelah sarapan?” tanya Sonya dengan netra membola.Oliver mengangguk dan menatap wajah istrinya dengan tatapan penuh cinta. Laki-laki itu tengah mengagumi kecantikan wanita yang tengah duduk di hadapannya.“Habiskan sarapanmu!” ucap Oliver sambil mengacak puncak kepala Sonya.Sonya segera melanjutkan sarapannya. Wanita itu tampak tertunduk dengan pipi yang kemerah-merahan. Selama ini, dirinya tidak pernah menyangka kalau Oliver akan menjadi suaminya. Ia bahkan tidak pernah bermimpi untuk membina rumah tangga dengan pria yang telah memberikannya tiga orang anak.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Apa kamu sedang mengagumi ketampananku?” tanya Oliver dengan tatapan penuh arti.“Memangnya siapa yang sedang mengagumi ketampananmu? Apa kamu pikir kamu sangat tampan?” ucap Sonya sambil mencebikkan bibirnya.“Tentu saja, bukti