“I want you, Baby!” bisik Oliver dengan netra menggelap.Sonya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Wanita itu seakan ingin menutupi wajahnya yang tengah tersipu malu di hadapan suaminya. Meski ini bukan pertama kali mereka berada dalam satu ranjang, tetap saja ia masih terlihat canggung di hadapan Oliver.Dengan penuh kelembutan Oliver mengecup pipi Sonya dan menikmati setiap inci wajah istrinya. Laki-laki itu begitu kagum dengan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di hadapannya.“Sonya, apa kamu tahu? Aku sangat mencintaimu dan aku berjanji akan selalu ada di dekatmu. Aku tidak akan sedikitpun meninggalkan dirimu.” Oliver berbicara dengan tatapan lekat. Ia bahkan tengah menyalurkan perasaan cinta yang begitu hebat kepada wanita yang berbaring di sampingnya.“Y-ya, aku tahu,” jawab Sonya sambil memejamkan matanya. Ia tengah terlena dengan sentuhan yang diberikan oleh Oliver.Dengan senyum penuh kemenangan, laki-laki itu segera bangkit dan menggendong tubuh Sonya. Ia bahkan ti
“Bagaimana kalau kita lanjutkan di kamar saja?” ucap Oliver dengan penuh permohohan. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat tersiksa ketika sesuatu di bawah sana tengah berdiri tegak dan bersiap meminta bagiannya.Laki-laki itu segera membersihkan diri dan membiarkan Sonya membilas tubuhnya. Ia bergegas keluar menuju ke kamar dan memilih naik ke atas ranjang. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika menanti kedatangan wanita yang sangat dicintainya.“Sonya, kamu lama sekali. Apa kamu tidak tahu kalau aku tengah menahan hasratku yang menggila?” ucap laki-laki itu dengan nada menggereutu.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Sonya muncul di sana dengan senyum manis di wajahnya. Wanita itu segera menghampiri suaminya yang tengah duduk di atas ranjang.“Sonya, kamu cantik sekali. Aku benar-benar tidak sabar ingin menenggelamkan diri dalam lautan cinta yang tak bertepi.” Oliver berbicara dengan nada penuh kekaguman. Laki-laki itu menarik tangan istrinya dan m
“Apa kamu tahu kalau di dalam sana ada sebuah nama yang akan terus terukir indah sepanjang hidupku?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“S-siapa dia?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Wanita itu tampak tegang ketika Oliver menyinggung seseorang yang sangat spesial di dalam hidupnya. Ada rasa nyeri yang tengah melanda hatinya.“Dia adalah kamu dan selamanya namamu akan terukir di hatiku!” jawab Oliver sambil menatap lekat wajah istrinya.“Benarkah? Apa kamu tidak sedang bercanda?” tanya Sonya dengan tatapan yang begitu lekat. Wanita itu tengah mencari kebenaran di balik tatapan suaminya.“Tentu aku sedang tidak bercanda. Memangnya aku terlihat sedang bermain-main denganmu?” Oliver menatap lekat wajah istrinya. Ia membelai rambut Sonya dan mengecup puncak kepalanya.Sonya hanya tersenyum dan membalas kecupan Oliver. Wanita itu membelai wajah Oliver yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Sesekali wanita itu tersenyum kecil dan mencubit gemas pipi suaminya.“Kenapa kamu mencubit pipi
“Tolong habiskan susunya dan jangan lupa diminum vitaminnya. Aku ingin dia tumbuh sehat di dalam sana!” ucap Zack dengan netra mengembun. Laki-laki itu mengusap lembut perut Yura dan membuat wanita itu tampak keheranan dengan sikapnya.Yura mengangguk patuh, wanita itu segera bangkit dan bergegas menuju ke mini bar yang ada di apartemennya. Ia mengambil segelas susu yang tersaji di sana dan meminumnya sampai habis. Entah kenapa, hatinya menghangat ketika mengingat perlakukan Zack kepada dirinya. Tanpa sadar, wanita itu mengusap perutnya dan merasakan getaran yang berbeda di dalam hatinya.Zack tersenyum kecil sambil mengamati gerak-gerik Yura. Laki-laki itu masih berharap kalau wanita itu mau menerima lamarannya.Yura tampak gugup ketika ekor netranya menangkap keberadaan Zack di sana. Ia segera menghentikan kegiatannya dan meminum vitamin yang sudah disediakan oleh laki-laki itu.“Zack, kenapa kamu selalu menggangguku? Apa kamu tidak sadar kalau kamu sudah menghancurkan kehidupanku?”
“Bian, tolong bawa makanan ini ke meja makan. Opa hari ini akan datang ke rumah!” seru Nyonya Dayana kepada cucunya.“Baik, Oma!” jawab anak itu dengan senyum di wajahnya. Ia merasa senang karena bisa membantu omanya menyiapkan makanan di meja makan.Selama Oliver dan Sonya pergi berbulan madu, Nyonya Dayana tinggal di kediaman mereka. Ia memutuskan untuk menjaga ketiga cucunya dan menghabiskan waktu bersama mereka. Sebagai seorang nenek, tentu saja wanita itu sangat menyayangi anak-anak Sonya. Nyonya Dayana bahkan tidak keberatan menemani mereka.“Oma, apa Opa akan datang ke sini?” tanya Biya dengan tatapan lekat.“Ya, Opa akan datang ke sini. Kita akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Oma Alia.” Nyonya Dayana memberitahu ketiga cucunya kalau mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Alia. Akhir-akhir ini, kondisi Alia semakin memburuk. Wanita itu bersikeras untuk bertahan di sini dan enggan menjalani pengobatan di luar negeri.“Oma, apa Oma Alia bisa sembuh?” Vier bertany
“Kalau Opa menyukai masakan Oma, kenapa Opa tidak tinggal bersama Oma?” tanya Biya dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!Tuan James dan Nyonya Dayana saling pandang. Wajah mereka tampak gugup dan terlihat sangat canggung di hadapan ketiga cucunya.“Biya, ayo habiskan makananmu. Sebentar lagi kita akan pergi menemui Oma Alia.” Nyonya Dayana sengaja mengalihkan pembicaraan untuk mengendalikan suasana. Ia tidak ingin anak-anak itu membahas sesuatu yang belum pantas mereka ketahui.Biya mengangguk dan segera menghabiskan makannya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia. Meski mereka hanya mengenal wanita itu sebentar saja, Alia sudah mampu meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati mereka.“Oma, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia!” ucap Vier dengan tatapan sendu. Anak itu terus memikirkan wanita yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.“Ya, setelah makan, kita akan berangkat ke rumah sakit. Oma Alia pasti sangat senang melihat kedatangan kalian. Oma
“Sebenarnya ada apa Weni, sehingga kamu sangat ingin bertemu denganku?” tanya Alia dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Ini terkait putra Anda, Oliver Bodgan,” jawab Bibi Weni dengan nada serius.“Putraku Oliver? Memangnya ada apa dengannya?” tanya Alia dengan tatapan terkejut.“Nyonya, saya tahu mengenai status putra Anda dan saya juga tahu kalau dia hanya anak angkat di keluarga Anda. Jadi, kedatangan saya ke sini terkait dengan masa lalu putra Anda.” Bibi Weni berbicara dengan tatapan lekat. Ia berbicara dengan nada penuh kelembutan.“Kamu siapa dan berani sekali mengusik masa lalu putraku? Meski Oliver itu adalah anak angkat, aku bahkan sudah menganggapnya seperti putraku. Jadi, jangan sekali-kali mengucapkan hal yang tidak-tidak tentang masa lalu putraku!” ucap Alia dengan tatapan yang begitu tajam.“Nyonya, saya tidak bermaksud mengusik masa lalu putra Anda. Saya hanya ingin menyampaikan kalau saya tahu betul latar belakang Oliver dan saya juga tahu siapa wanita yang telah mel
“Aku tidak melarang Oliver bertemu dengan kakakmu. Hanya saja, aku tidak akan mengizinkan kakakmu membawa Oliver kembali kepadanya.” Alia berbicara dengan tatapan yang begitu tajam.“Tidak, saya tidak akan melakukan hal itu kepada Anda. Oliver sudah bahagia bersama Anda dan saya tidak mungkin mengacaukan kehidupan Anda. Saya hanya ingin Oliver tahu kalau Prita adalah ibu kandungnya.” Bibi Weni berbicara dengan nada penuh permohonan. Wanita itu ingin menebus kesalahannya kepada Oliver dan Prita.“Apa kamu berjanji tidak akan membawanya pergi dariku? Aku sangat menyayanginya dan aku tidak mungkin membiarkan Oliver pergi dariku.” Alia masih meragukan keinginan Bibi Weni. Wanita itu takut kalau Prita akan mengambil putranya.“Nyonya Alia, Anda bisa mempercayai semua ucapanku. Jadi, apa Anda mengizinkan Oliver untuk bertemu dengan ibu kandungnya?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh harap. Ia masih berharap Alia mau memberikan kesempatan kepadanya.Cukup lama Alia terdiam dengan netra ber
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
“Ayah, apa dia…?” lirih Yura dengan wajah gugup.Tuan Yoshio hanya mengangkat bahu dan segera berjalan menuju ke ruang tamu. Laki-laki itu sudah tidak sabar melihat sosok yang tengah bertamu ke kediamannya.Dengan tatapan lekat, laki-laki itu mendekat ke sebuah ruangan yang tampak megah. Tubuhnya seketika menegang saat menyadari sosok yang tengah berada di ruang tamu rumahnya.“Weni,” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu berada di sana.Bibi Weni tampak tersentak, ia tidak pernah menduga kalau dirinya kembali akan dipertemukan dengan sosok yang sangat dikenalnya di masa lalu.“Weni, itukah kamu?” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan lekat. Laki-laki itu mendekat ke arah Bibi Weni yang tengah duduk di samping Zack.“Tuan, apa Anda dan bibiku saling mengenal?” tanya Zack dengan tatapan keheranan. Selama ini, Bibi Weni tidak pernah bercerita apa pun tentang Tuan Yoshio. Wanita itu bahkan terlihat sangat canggung ketika bertatap muka dengan laki-laki
Zack segera meraih sebuah kotak cincin yang ada di tangan ibunya. Laki-laki itu tampak terharu ketika bersiap menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Yura.“Yura, will you marry me?” ucap Zack dengan tatapan penuh harap. Laki-laki itu tengah menatap wanita yang tengah duduk di hadapannya.Yura terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita itu masih ragu dengan jawaban yang ingin dilontarkan kepada pria yang selama ini telah membersamainya.“Yura, ikuti kata hatimu,” ucap Nyonya Prita sambil mengusap lembut bahu wanita yang masih tertunduk di hadapannya.Zack tampak terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Ia bahkan sudah siap dengan segala jawaban yang akan diberikan oleh Yura.Tiba-tiba, Yura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. Ya, dia menerima lamaran Zack dan membuat laki-laki itu terdiam beberapa detik.“B-benarkah kamu mau menerima lamaranku?” tanya Zack dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu seketika tersenyum penuh keharuan ketika melihat Yura menganggukkan kepa
“A-apa menikah?” tanya Yura dengan wajah pias. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ya, menikah. Bukankah hubungan kalian sudah sangat jauh. Apa lagi kalian sebentar lagi akan menjadi orang tua. Jadi, sudah sepantasnya kalian segera menikah demi kebaikan anak yang ada di dalam kandunganmu. Ibu tidak ingin cucuku terlahir tanpa orang tua yang lengkap.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu ingin Yura dan Zack segera menikah.“A-apa Nyonya berbicara serius?” tanya Yura dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara hal yang sangat penting kepadanya.“Tentu saja aku serius. Kalian harus segera menikah dan tidak ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu?” Nyonya Prita menatap lembut wajah Yura. Wanita itu sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya.Yura hanya tersenyum dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Zack akan mengajaknya menikah