“Kenapa harus malu? Kamu begitu menikmati permainkanku kan dan setelah sarapan aku ingin melakukannya lagi denganmu!” bisik laki-laki itu dengan tatapan penuh arti.“Setelah sarapan?” tanya Sonya dengan netra membola.Oliver mengangguk dan menatap wajah istrinya dengan tatapan penuh cinta. Laki-laki itu tengah mengagumi kecantikan wanita yang tengah duduk di hadapannya.“Habiskan sarapanmu!” ucap Oliver sambil mengacak puncak kepala Sonya.Sonya segera melanjutkan sarapannya. Wanita itu tampak tertunduk dengan pipi yang kemerah-merahan. Selama ini, dirinya tidak pernah menyangka kalau Oliver akan menjadi suaminya. Ia bahkan tidak pernah bermimpi untuk membina rumah tangga dengan pria yang telah memberikannya tiga orang anak.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Apa kamu sedang mengagumi ketampananku?” tanya Oliver dengan tatapan penuh arti.“Memangnya siapa yang sedang mengagumi ketampananmu? Apa kamu pikir kamu sangat tampan?” ucap Sonya sambil mencebikkan bibirnya.“Tentu saja, bukti
“I want you, Baby!” bisik Oliver dengan netra menggelap.Sonya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Wanita itu seakan ingin menutupi wajahnya yang tengah tersipu malu di hadapan suaminya. Meski ini bukan pertama kali mereka berada dalam satu ranjang, tetap saja ia masih terlihat canggung di hadapan Oliver.Dengan penuh kelembutan Oliver mengecup pipi Sonya dan menikmati setiap inci wajah istrinya. Laki-laki itu begitu kagum dengan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di hadapannya.“Sonya, apa kamu tahu? Aku sangat mencintaimu dan aku berjanji akan selalu ada di dekatmu. Aku tidak akan sedikitpun meninggalkan dirimu.” Oliver berbicara dengan tatapan lekat. Ia bahkan tengah menyalurkan perasaan cinta yang begitu hebat kepada wanita yang berbaring di sampingnya.“Y-ya, aku tahu,” jawab Sonya sambil memejamkan matanya. Ia tengah terlena dengan sentuhan yang diberikan oleh Oliver.Dengan senyum penuh kemenangan, laki-laki itu segera bangkit dan menggendong tubuh Sonya. Ia bahkan ti
“Bagaimana kalau kita lanjutkan di kamar saja?” ucap Oliver dengan penuh permohohan. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat tersiksa ketika sesuatu di bawah sana tengah berdiri tegak dan bersiap meminta bagiannya.Laki-laki itu segera membersihkan diri dan membiarkan Sonya membilas tubuhnya. Ia bergegas keluar menuju ke kamar dan memilih naik ke atas ranjang. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika menanti kedatangan wanita yang sangat dicintainya.“Sonya, kamu lama sekali. Apa kamu tidak tahu kalau aku tengah menahan hasratku yang menggila?” ucap laki-laki itu dengan nada menggereutu.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Sonya muncul di sana dengan senyum manis di wajahnya. Wanita itu segera menghampiri suaminya yang tengah duduk di atas ranjang.“Sonya, kamu cantik sekali. Aku benar-benar tidak sabar ingin menenggelamkan diri dalam lautan cinta yang tak bertepi.” Oliver berbicara dengan nada penuh kekaguman. Laki-laki itu menarik tangan istrinya dan m
“Apa kamu tahu kalau di dalam sana ada sebuah nama yang akan terus terukir indah sepanjang hidupku?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“S-siapa dia?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Wanita itu tampak tegang ketika Oliver menyinggung seseorang yang sangat spesial di dalam hidupnya. Ada rasa nyeri yang tengah melanda hatinya.“Dia adalah kamu dan selamanya namamu akan terukir di hatiku!” jawab Oliver sambil menatap lekat wajah istrinya.“Benarkah? Apa kamu tidak sedang bercanda?” tanya Sonya dengan tatapan yang begitu lekat. Wanita itu tengah mencari kebenaran di balik tatapan suaminya.“Tentu aku sedang tidak bercanda. Memangnya aku terlihat sedang bermain-main denganmu?” Oliver menatap lekat wajah istrinya. Ia membelai rambut Sonya dan mengecup puncak kepalanya.Sonya hanya tersenyum dan membalas kecupan Oliver. Wanita itu membelai wajah Oliver yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Sesekali wanita itu tersenyum kecil dan mencubit gemas pipi suaminya.“Kenapa kamu mencubit pipi
“Tolong habiskan susunya dan jangan lupa diminum vitaminnya. Aku ingin dia tumbuh sehat di dalam sana!” ucap Zack dengan netra mengembun. Laki-laki itu mengusap lembut perut Yura dan membuat wanita itu tampak keheranan dengan sikapnya.Yura mengangguk patuh, wanita itu segera bangkit dan bergegas menuju ke mini bar yang ada di apartemennya. Ia mengambil segelas susu yang tersaji di sana dan meminumnya sampai habis. Entah kenapa, hatinya menghangat ketika mengingat perlakukan Zack kepada dirinya. Tanpa sadar, wanita itu mengusap perutnya dan merasakan getaran yang berbeda di dalam hatinya.Zack tersenyum kecil sambil mengamati gerak-gerik Yura. Laki-laki itu masih berharap kalau wanita itu mau menerima lamarannya.Yura tampak gugup ketika ekor netranya menangkap keberadaan Zack di sana. Ia segera menghentikan kegiatannya dan meminum vitamin yang sudah disediakan oleh laki-laki itu.“Zack, kenapa kamu selalu menggangguku? Apa kamu tidak sadar kalau kamu sudah menghancurkan kehidupanku?”
“Bian, tolong bawa makanan ini ke meja makan. Opa hari ini akan datang ke rumah!” seru Nyonya Dayana kepada cucunya.“Baik, Oma!” jawab anak itu dengan senyum di wajahnya. Ia merasa senang karena bisa membantu omanya menyiapkan makanan di meja makan.Selama Oliver dan Sonya pergi berbulan madu, Nyonya Dayana tinggal di kediaman mereka. Ia memutuskan untuk menjaga ketiga cucunya dan menghabiskan waktu bersama mereka. Sebagai seorang nenek, tentu saja wanita itu sangat menyayangi anak-anak Sonya. Nyonya Dayana bahkan tidak keberatan menemani mereka.“Oma, apa Opa akan datang ke sini?” tanya Biya dengan tatapan lekat.“Ya, Opa akan datang ke sini. Kita akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Oma Alia.” Nyonya Dayana memberitahu ketiga cucunya kalau mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Alia. Akhir-akhir ini, kondisi Alia semakin memburuk. Wanita itu bersikeras untuk bertahan di sini dan enggan menjalani pengobatan di luar negeri.“Oma, apa Oma Alia bisa sembuh?” Vier bertany
“Kalau Opa menyukai masakan Oma, kenapa Opa tidak tinggal bersama Oma?” tanya Biya dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!Tuan James dan Nyonya Dayana saling pandang. Wajah mereka tampak gugup dan terlihat sangat canggung di hadapan ketiga cucunya.“Biya, ayo habiskan makananmu. Sebentar lagi kita akan pergi menemui Oma Alia.” Nyonya Dayana sengaja mengalihkan pembicaraan untuk mengendalikan suasana. Ia tidak ingin anak-anak itu membahas sesuatu yang belum pantas mereka ketahui.Biya mengangguk dan segera menghabiskan makannya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia. Meski mereka hanya mengenal wanita itu sebentar saja, Alia sudah mampu meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati mereka.“Oma, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia!” ucap Vier dengan tatapan sendu. Anak itu terus memikirkan wanita yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.“Ya, setelah makan, kita akan berangkat ke rumah sakit. Oma Alia pasti sangat senang melihat kedatangan kalian. Oma
“Sebenarnya ada apa Weni, sehingga kamu sangat ingin bertemu denganku?” tanya Alia dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Ini terkait putra Anda, Oliver Bodgan,” jawab Bibi Weni dengan nada serius.“Putraku Oliver? Memangnya ada apa dengannya?” tanya Alia dengan tatapan terkejut.“Nyonya, saya tahu mengenai status putra Anda dan saya juga tahu kalau dia hanya anak angkat di keluarga Anda. Jadi, kedatangan saya ke sini terkait dengan masa lalu putra Anda.” Bibi Weni berbicara dengan tatapan lekat. Ia berbicara dengan nada penuh kelembutan.“Kamu siapa dan berani sekali mengusik masa lalu putraku? Meski Oliver itu adalah anak angkat, aku bahkan sudah menganggapnya seperti putraku. Jadi, jangan sekali-kali mengucapkan hal yang tidak-tidak tentang masa lalu putraku!” ucap Alia dengan tatapan yang begitu tajam.“Nyonya, saya tidak bermaksud mengusik masa lalu putra Anda. Saya hanya ingin menyampaikan kalau saya tahu betul latar belakang Oliver dan saya juga tahu siapa wanita yang telah mel