“Apa kamu tahu kalau di dalam sana ada sebuah nama yang akan terus terukir indah sepanjang hidupku?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“S-siapa dia?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Wanita itu tampak tegang ketika Oliver menyinggung seseorang yang sangat spesial di dalam hidupnya. Ada rasa nyeri yang tengah melanda hatinya.“Dia adalah kamu dan selamanya namamu akan terukir di hatiku!” jawab Oliver sambil menatap lekat wajah istrinya.“Benarkah? Apa kamu tidak sedang bercanda?” tanya Sonya dengan tatapan yang begitu lekat. Wanita itu tengah mencari kebenaran di balik tatapan suaminya.“Tentu aku sedang tidak bercanda. Memangnya aku terlihat sedang bermain-main denganmu?” Oliver menatap lekat wajah istrinya. Ia membelai rambut Sonya dan mengecup puncak kepalanya.Sonya hanya tersenyum dan membalas kecupan Oliver. Wanita itu membelai wajah Oliver yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Sesekali wanita itu tersenyum kecil dan mencubit gemas pipi suaminya.“Kenapa kamu mencubit pipi
“Tolong habiskan susunya dan jangan lupa diminum vitaminnya. Aku ingin dia tumbuh sehat di dalam sana!” ucap Zack dengan netra mengembun. Laki-laki itu mengusap lembut perut Yura dan membuat wanita itu tampak keheranan dengan sikapnya.Yura mengangguk patuh, wanita itu segera bangkit dan bergegas menuju ke mini bar yang ada di apartemennya. Ia mengambil segelas susu yang tersaji di sana dan meminumnya sampai habis. Entah kenapa, hatinya menghangat ketika mengingat perlakukan Zack kepada dirinya. Tanpa sadar, wanita itu mengusap perutnya dan merasakan getaran yang berbeda di dalam hatinya.Zack tersenyum kecil sambil mengamati gerak-gerik Yura. Laki-laki itu masih berharap kalau wanita itu mau menerima lamarannya.Yura tampak gugup ketika ekor netranya menangkap keberadaan Zack di sana. Ia segera menghentikan kegiatannya dan meminum vitamin yang sudah disediakan oleh laki-laki itu.“Zack, kenapa kamu selalu menggangguku? Apa kamu tidak sadar kalau kamu sudah menghancurkan kehidupanku?”
“Bian, tolong bawa makanan ini ke meja makan. Opa hari ini akan datang ke rumah!” seru Nyonya Dayana kepada cucunya.“Baik, Oma!” jawab anak itu dengan senyum di wajahnya. Ia merasa senang karena bisa membantu omanya menyiapkan makanan di meja makan.Selama Oliver dan Sonya pergi berbulan madu, Nyonya Dayana tinggal di kediaman mereka. Ia memutuskan untuk menjaga ketiga cucunya dan menghabiskan waktu bersama mereka. Sebagai seorang nenek, tentu saja wanita itu sangat menyayangi anak-anak Sonya. Nyonya Dayana bahkan tidak keberatan menemani mereka.“Oma, apa Opa akan datang ke sini?” tanya Biya dengan tatapan lekat.“Ya, Opa akan datang ke sini. Kita akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Oma Alia.” Nyonya Dayana memberitahu ketiga cucunya kalau mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Alia. Akhir-akhir ini, kondisi Alia semakin memburuk. Wanita itu bersikeras untuk bertahan di sini dan enggan menjalani pengobatan di luar negeri.“Oma, apa Oma Alia bisa sembuh?” Vier bertany
“Kalau Opa menyukai masakan Oma, kenapa Opa tidak tinggal bersama Oma?” tanya Biya dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!Tuan James dan Nyonya Dayana saling pandang. Wajah mereka tampak gugup dan terlihat sangat canggung di hadapan ketiga cucunya.“Biya, ayo habiskan makananmu. Sebentar lagi kita akan pergi menemui Oma Alia.” Nyonya Dayana sengaja mengalihkan pembicaraan untuk mengendalikan suasana. Ia tidak ingin anak-anak itu membahas sesuatu yang belum pantas mereka ketahui.Biya mengangguk dan segera menghabiskan makannya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia. Meski mereka hanya mengenal wanita itu sebentar saja, Alia sudah mampu meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati mereka.“Oma, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Oma Alia!” ucap Vier dengan tatapan sendu. Anak itu terus memikirkan wanita yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.“Ya, setelah makan, kita akan berangkat ke rumah sakit. Oma Alia pasti sangat senang melihat kedatangan kalian. Oma
“Sebenarnya ada apa Weni, sehingga kamu sangat ingin bertemu denganku?” tanya Alia dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Ini terkait putra Anda, Oliver Bodgan,” jawab Bibi Weni dengan nada serius.“Putraku Oliver? Memangnya ada apa dengannya?” tanya Alia dengan tatapan terkejut.“Nyonya, saya tahu mengenai status putra Anda dan saya juga tahu kalau dia hanya anak angkat di keluarga Anda. Jadi, kedatangan saya ke sini terkait dengan masa lalu putra Anda.” Bibi Weni berbicara dengan tatapan lekat. Ia berbicara dengan nada penuh kelembutan.“Kamu siapa dan berani sekali mengusik masa lalu putraku? Meski Oliver itu adalah anak angkat, aku bahkan sudah menganggapnya seperti putraku. Jadi, jangan sekali-kali mengucapkan hal yang tidak-tidak tentang masa lalu putraku!” ucap Alia dengan tatapan yang begitu tajam.“Nyonya, saya tidak bermaksud mengusik masa lalu putra Anda. Saya hanya ingin menyampaikan kalau saya tahu betul latar belakang Oliver dan saya juga tahu siapa wanita yang telah mel
“Aku tidak melarang Oliver bertemu dengan kakakmu. Hanya saja, aku tidak akan mengizinkan kakakmu membawa Oliver kembali kepadanya.” Alia berbicara dengan tatapan yang begitu tajam.“Tidak, saya tidak akan melakukan hal itu kepada Anda. Oliver sudah bahagia bersama Anda dan saya tidak mungkin mengacaukan kehidupan Anda. Saya hanya ingin Oliver tahu kalau Prita adalah ibu kandungnya.” Bibi Weni berbicara dengan nada penuh permohonan. Wanita itu ingin menebus kesalahannya kepada Oliver dan Prita.“Apa kamu berjanji tidak akan membawanya pergi dariku? Aku sangat menyayanginya dan aku tidak mungkin membiarkan Oliver pergi dariku.” Alia masih meragukan keinginan Bibi Weni. Wanita itu takut kalau Prita akan mengambil putranya.“Nyonya Alia, Anda bisa mempercayai semua ucapanku. Jadi, apa Anda mengizinkan Oliver untuk bertemu dengan ibu kandungnya?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh harap. Ia masih berharap Alia mau memberikan kesempatan kepadanya.Cukup lama Alia terdiam dengan netra ber
“Alia, kami hanya ingin kamu sembuh. Bagaimanapun kami sangat menyayangimu. Begitupun cucu-cucu kita. Mereka sangat berharap kesembuhan untukmu.” Nyonya Dayana berbicara dengan netra berkaca-kaca. Wanita itu ingin yang terbaik untuk madunya.“Dayana, apa pun yang terjadi, aku ingin tetap berada di sini. Ketika aku berada di sini, aku merasa lebih tenang. Aku bahkan merasakan kedamaian yang belum pernah aku alami. Kalian adalah penyemangat untukku saat ini.” Nyonya Dayana berbicara dengan tatapan sendu. Wanita itu merasa sedih mendengar ucapan Alia.Alia hanya menggeleng, wanita itu mencoba meyakinkan James dan Dayana kalau semuanya akan baik-baik saja.“Apa kamu percaya dengan ucapanku?” tanya Alia dengan senyum di wajahnya.Nyonya Dayana mengangguk dan memeluk erat tubuh ringkih Alia. Tidak ada kemarahan di sana, yang ada hanya rasa kasih sayang yang tengah bersemi di antara mereka.Tuan James menghapus setitik air mata yang menetes di wajahnya. Laki-laki itu merasa terharu dengan s
“Kenapa kamu datang lagi ke sini?” ucap Yura dengan nada ketus.“Yura, bukankah kamu berjanji akan ikut bersamaku pergi ke rumah sakit? Kita akan memeriksakan kehamilanmu,” jawab Zack dengan penuh kelembutan.“Aku berubah pikiran dan sepertinya aku tidak akan ikut bersamamu.” Yura berbicara sambil memalingkan wajahnya. Ia bahkan terlihat tidak suka dengan kehadiran Zack di apartemennya.“Kenapa? Apa kamu tidak ingin melihat dia? Apa kamu tidak ingin tahu perkembangannya? Melihat dia di dalam sana, pasti sangat menyenangkan.” Zack berbicara dengan netra berbinar. Laki-laki itu sudah membayangkan pertemuannya dengan calon anaknya.“Untuk apa? Aku tidak tertarik untuk melihatnya. Dia hanya menyusahkanku saja. Kalau bukan karena dia, aku sudah terbang ke Korea untuk menjalani pemotretan. Aku sudah menikmati salju dan bermain bersama teman-temanku. Aku tidak akan terkurung di apartemen ini dengan rasa mual dan muntah yang menyiksa.” Yura berbicara dengan nada berapi-api. Ia merasa kesal ka