“A-apa? coba kamu ulangi sekali lagi? Ayah ingin mendengar kalimat itu dari mulutmu!” Tuan Yoshio tampak menatap tajam ke arah putrinya. Ia bahkan terlihat sangat murka dengan ucapan Yura.“A-ayah, aku sedang mengandung dan aku tidak mungkin menikah dengan Oliver.” Yura berbicara dengan air mata yang menetes di pipinya. Cepat atau lambat ayahnya pasti akan tahu tentang berita kehamilannya.“Plak!” sebuah tamparan mendarat di wajah Yura. Tuan Yoshio tampak menahan sesuatu yang hampir meledak di dalam dadanya. Laki-laki itu bahkan terhuyung dengan wajah merah padam.“Ayah tidak menyangka kalau kamu telah berbuat serendah ini. Ayah pikir, kamu adalah wanita baik-baik dan bisa menjaga kehormatanmu. Namun, apa yang terjadi? Kamu justru mencorengkan arang di wajah orang tuamu!” Tuan Yoshio sangat kecewa dengan putrinya. Ia bahkan enggan memaafkan Yura yang tengah bersimpuh di bawah kakinya.“Ayah, maafkan aku dan aku benar-benar khilaf. Aku mohon maafkan aku,” ucap Yura dengan nada penuh pe
Sonya tampak tersenyum bahagai dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Wanita itu masih tidak percaya kalau ini adalah hari bahagianya bersama Oliver.“Sonya, kita harus turun ke bawah. Para tamu undangan sudah datang!” ucap Nyonya Dayana dengan penuh kelembutan.“Bu, aku benar-benar gugup. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku harus bertemu dengan Oliver di pelaminan.” Sonya tampak begitu canggung. Ia bahkan berkali-kali mematut-matut dirinya di depan cermin yang berukuran cukup besar.“Jangan gugup, Oliver pasti akan merasa kagum melihat kecantikanmu!” Nyonya Dayana memuji kecantikan putrinya. Ia merasa terharu melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Sonya.Mereka berdua segera turun ke bawah. Nyonya Dayana dan Tuan James sengaja memilih resort mewah yang terletak di tepi pantai sebagai lokasi pernikahan kedua anaknya. Mereka bahkan sudah mempersiapkan semuanya untuk memberikan kejutan bagi Sonya dan Oliver.Sesampainya di bawah, Tuan James tampak tersenyum dengan netra berk
"Cup!"Oliver mengecup lembut pundak Sonya, membuat wanita itu seketika meremang dan menegang.Apa yang akan dilakukan laki-laki itu? Pikir Sonya.Oliver kemudian melingkarkan tangannya dia tubuh Sonya dari arah belakang."Cup,"Kembali sebuah kecupan lembut mendarat di sana. Kedua pipi Sonya berubah bersemu kemerahan.Pasangan yang baru menikah itu tengah berdiri di kaca besar kamar yang menghadap ke lautan lepas.Aroma maskulin dan hangatnya napas Oliver menyapu lembut tengkuk Sonya."Terima kasih Sonya," bisik Oliver lembut."Terima kasih untuk apa Oliver?" balas Sonya dengan wajah yang semakin memerah menahan segala rasa yang tengah menyelubungi hati wanita berbulu mata lentik itu."Terima kasih telah mau menikah denganku," ucap Oliver penuh arti.Sonya memutar tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan. Posisi mereka begitu rapat.Sonya menengadahkan wajahnya menatap wajah Oliver yang begitu tampan malam ini."Oliver, apa kamu tidak menyesal menikah denganku?" ucap Sonya mena
“Selamat pagi, Sayang!” bisik Oliver kepada Sonya yang masih bergelung di bawah selimut. Wanita itu bahkan memejamkan matanya ketika sang suami membawakan segelas cokelat panas untuknya.Sonya mengerjapkan netranya dan melihat wajah Oliver yang tengah menatap lekat dirinya. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat mempesona dengan aroma parfum yang menguar dari tubuhnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Sonya dengan nada penuh kecanggungan. Ia merasa malu karena Oliver lebih dulu bangun dari pada dirinya.“Ya, aku sengaja ingin membuatkan segelas cokelat panas untukmu!” kekeh Oliver dengan senyum di wajahnya. Laki-laki itu mengecup kening Sonya dan kembali meninggalkan wanita yang masih berbaring di tempat tidur.“Oliver, kamu mau ke mana?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Ia merasa penasaran dengan gerak-gerik suaminya.“Aku akan membuatkan sarapan untukmu!” ucap laki-laki itu dengan nada penuh perhatian.Oliver tampak tersenyum kecil. Laki-laki itu masih mengingat dengan jelas permainan mer
“Kenapa harus malu? Kamu begitu menikmati permainkanku kan dan setelah sarapan aku ingin melakukannya lagi denganmu!” bisik laki-laki itu dengan tatapan penuh arti.“Setelah sarapan?” tanya Sonya dengan netra membola.Oliver mengangguk dan menatap wajah istrinya dengan tatapan penuh cinta. Laki-laki itu tengah mengagumi kecantikan wanita yang tengah duduk di hadapannya.“Habiskan sarapanmu!” ucap Oliver sambil mengacak puncak kepala Sonya.Sonya segera melanjutkan sarapannya. Wanita itu tampak tertunduk dengan pipi yang kemerah-merahan. Selama ini, dirinya tidak pernah menyangka kalau Oliver akan menjadi suaminya. Ia bahkan tidak pernah bermimpi untuk membina rumah tangga dengan pria yang telah memberikannya tiga orang anak.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Apa kamu sedang mengagumi ketampananku?” tanya Oliver dengan tatapan penuh arti.“Memangnya siapa yang sedang mengagumi ketampananmu? Apa kamu pikir kamu sangat tampan?” ucap Sonya sambil mencebikkan bibirnya.“Tentu saja, bukti
“I want you, Baby!” bisik Oliver dengan netra menggelap.Sonya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Wanita itu seakan ingin menutupi wajahnya yang tengah tersipu malu di hadapan suaminya. Meski ini bukan pertama kali mereka berada dalam satu ranjang, tetap saja ia masih terlihat canggung di hadapan Oliver.Dengan penuh kelembutan Oliver mengecup pipi Sonya dan menikmati setiap inci wajah istrinya. Laki-laki itu begitu kagum dengan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di hadapannya.“Sonya, apa kamu tahu? Aku sangat mencintaimu dan aku berjanji akan selalu ada di dekatmu. Aku tidak akan sedikitpun meninggalkan dirimu.” Oliver berbicara dengan tatapan lekat. Ia bahkan tengah menyalurkan perasaan cinta yang begitu hebat kepada wanita yang berbaring di sampingnya.“Y-ya, aku tahu,” jawab Sonya sambil memejamkan matanya. Ia tengah terlena dengan sentuhan yang diberikan oleh Oliver.Dengan senyum penuh kemenangan, laki-laki itu segera bangkit dan menggendong tubuh Sonya. Ia bahkan ti
“Bagaimana kalau kita lanjutkan di kamar saja?” ucap Oliver dengan penuh permohohan. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat tersiksa ketika sesuatu di bawah sana tengah berdiri tegak dan bersiap meminta bagiannya.Laki-laki itu segera membersihkan diri dan membiarkan Sonya membilas tubuhnya. Ia bergegas keluar menuju ke kamar dan memilih naik ke atas ranjang. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika menanti kedatangan wanita yang sangat dicintainya.“Sonya, kamu lama sekali. Apa kamu tidak tahu kalau aku tengah menahan hasratku yang menggila?” ucap laki-laki itu dengan nada menggereutu.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Sonya muncul di sana dengan senyum manis di wajahnya. Wanita itu segera menghampiri suaminya yang tengah duduk di atas ranjang.“Sonya, kamu cantik sekali. Aku benar-benar tidak sabar ingin menenggelamkan diri dalam lautan cinta yang tak bertepi.” Oliver berbicara dengan nada penuh kekaguman. Laki-laki itu menarik tangan istrinya dan m
“Apa kamu tahu kalau di dalam sana ada sebuah nama yang akan terus terukir indah sepanjang hidupku?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“S-siapa dia?” tanya Sonya dengan wajah terkejut. Wanita itu tampak tegang ketika Oliver menyinggung seseorang yang sangat spesial di dalam hidupnya. Ada rasa nyeri yang tengah melanda hatinya.“Dia adalah kamu dan selamanya namamu akan terukir di hatiku!” jawab Oliver sambil menatap lekat wajah istrinya.“Benarkah? Apa kamu tidak sedang bercanda?” tanya Sonya dengan tatapan yang begitu lekat. Wanita itu tengah mencari kebenaran di balik tatapan suaminya.“Tentu aku sedang tidak bercanda. Memangnya aku terlihat sedang bermain-main denganmu?” Oliver menatap lekat wajah istrinya. Ia membelai rambut Sonya dan mengecup puncak kepalanya.Sonya hanya tersenyum dan membalas kecupan Oliver. Wanita itu membelai wajah Oliver yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Sesekali wanita itu tersenyum kecil dan mencubit gemas pipi suaminya.“Kenapa kamu mencubit pipi