G.A.L.E

G.A.L.E

By:  Nadca  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
27Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ditempah dalam kehidupan yang keras membuat Gale tumbuh jadi pemuda baja. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga di dunia ini selain kebahagiaan sang ayah. Akan tetapi, rupanya semesta masih berbaik hati padanya. Karena ternyata hati sekeras baja itu tetap bisa luluh oleh seorang perempuan biasa seperti Sea. Seperti namanya, Sea datang dengan keindahan dan ketenangan yang biasa disuguhkan oleh sebuah lautan. Keduanya merencanakan pesta pernikahan yang luar biasa indah. Namun, kado pernikahan yang didapat juga tak kalah luar biasa, kematian ayahnya. Darah Gale langsung mendidih sampai ke ubun-ubun ketika tahu kalau ia sudah dikhianati. Orang yang paling ia percaya ternyata bisa menusuknya dari belakang. Dengan dendam tak berkesudahan, ia berikrar akan menukar nyawa dengan nyawa. Pertumpahan darah harus dibayar dengan darah. Tidak ada sedikitpun maaf yang akan ia berikan. Akankah dendam tersebut akan sampai pada alamat yang tepat? Siapa yang sudah berkhianat sebenarnya? Apakah lautan yang selama ini dipercaya sebagai sesuatu yang indah, benar seperti itu adanya? Atau malah menyimpan misteri jauh di kedalaman sana? Temukan jawabannya sampai baris terakhir cerita ini!

View More

Latest chapter

Free Preview

Akulah Pemain Ulung!

“Sial! Kenapa jalanan bisa semacet ini?” Seorang lelaki berambut ikal mengomel sendirian di balik kemudi. Mobil hitam yang dikendarainya melaju dengan cepat menuju kemacetan.Beberapa meter di depan sana, mobil dan motor sudah berjajar antre. Tampaknya juga sudah mengular entah dari jarak berapa. Yang pasti, sampai belokan di depan sana pun masih macet. Benar-benar tidak bergerak. Entah apa penyebab semua kemacetan ini.“Oh, God! Please! Aku tidak punya banyak waktu!” serunya dengan frustrasi.Hanya dalam beberapa detik, mobil yang dikendarainya juga akan terjebak macet. Matanya melirik ke kaca spion, di belakangnya juga banyak kendaraan. Kalau sampai ia berhenti, sudah bisa dipastikan mobil ini tidak akan bisa berkutik lagi. Itu artinya, ia sedang menggadaikan nyawa seseorang pada malaikat maut.Seorang pengendara lain dalam mobil tampak suntuk. Sepertinya sudah berjam-jam ia terjebak di sini. “Apa aku haru

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hr Hendri
smg sukses
2022-03-02 20:13:35
0
27 Chapters

Akulah Pemain Ulung!

“Sial! Kenapa jalanan bisa semacet ini?” Seorang lelaki berambut ikal mengomel sendirian di balik kemudi. Mobil hitam yang dikendarainya melaju dengan cepat menuju kemacetan.Beberapa meter di depan sana, mobil dan motor sudah berjajar antre. Tampaknya juga sudah mengular entah dari jarak berapa. Yang pasti, sampai belokan di depan sana pun masih macet. Benar-benar tidak bergerak. Entah apa penyebab semua kemacetan ini.“Oh, God! Please! Aku tidak punya banyak waktu!” serunya dengan frustrasi.Hanya dalam beberapa detik, mobil yang dikendarainya juga akan terjebak macet. Matanya melirik ke kaca spion, di belakangnya juga banyak kendaraan. Kalau sampai ia berhenti, sudah bisa dipastikan mobil ini tidak akan bisa berkutik lagi. Itu artinya, ia sedang menggadaikan nyawa seseorang pada malaikat maut.Seorang pengendara lain dalam mobil tampak suntuk. Sepertinya sudah berjam-jam ia terjebak di sini. “Apa aku haru
Read more

Siapa yang Menelepon?

Arizona, 1985“Tolong angkat teleponnya, Jam.” Seorang wanita dengan perut besar tampak khawatir. Wajahnya sudah pucat pasi. Sementara sebelah tangan sibuk mengelus perut. Bulatan besar itu seolah siap mengeluarkan isinya kapan saja.Gagang telepon di tangannya hanya mengeluarkan suara deringan. Namun, suara lelaki yang sejak tadi diharapkannya sama sekali tidak terdengar. Ia semakin panik karena kontraksi di perutnya terasa semakin hebat. Untuk kesekian kali, ia mencoba untuk menelepon ulang nomor yang sama. Meski harapannya sudah semakin mengecil sekarang.Titik-titik keringat mulai bermunculan di kening ibu hamil. “Jam, kau di mana? Rasa sakit ini benar-benar menyiksaku sekarang.”Ruangan besar itu terasa sunyi. Di atas kursi, sang ibu hamil sudah terduduk dengan lemas. Bahkan tenaganya pun sudah tidak cukup kuat untuk memanggil pelayan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah. Namun, mulutnya tak henti-he
Read more

Ancaman

“Apa Anda suami pasien?” tanya seorang perawat menghampiri Frank.“Saya pelayannya,” jawab Frank.Menilik dari ekspresi perawat tersebut, sepertinya ada sesuatu yang mengkhawatirkan. “Ada apa, Sus?”“Pasien harus dioperasi, Pak. Keadaannya sangat tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan secara normal,” ucap perawat tersebut dengan wajah serius.“Lakukan saja, Sus.” Tanpa banyak berpikir Frank langsung menyetujui.“Tapi kami harus meminta tanda tangan keluarga atau suami.” Perawat berkata dengan tegas.Jawaban itu semakin membuat Frank gusar. Ia tidak tahu Jam sudah sampai di mana sekarang. Belum tentu juga lelaki itu akan tiba di sini dalam waktu singkat mengingat hujan sudah mulai turun di luar.“Apa tidak bisa diwakilkan?” Frank menaikkan sebelah alis. Mencoba untuk membuat negosiasi.Sang perawat tersenyum. “Prosedur rumah sakit se
Read more

Apa Maksud Anda?

Frank menoleh ke asal suara. Jam berjalan tergopoh. Kemejanya terlihat kusut tidak karuan. Sama kusut dengan wajahnya. Belum lagi ditambah titik-titik air yang jatuh dari rambut. “Ada di ujung dunia belahan mana kau?” tanya Frank tanpa basa-basi. Raut wajahnya tampak kesal. Meski hanya pelayan, Frank sudah dianggap saudara sendiri oleh Jam. Bahkan di antara mereka sudah tidak ada sekat antara pelayan dan majikan. Tak jarang Jam yang harus menunduk pada Frank jika merasa dirinya salah. “Ruangan ini memang cukup tenang, Frank. Sampai kau tidak sadar kalau di luar sedang terjadi badai hebat.” Jam berusaha untuk membela diri. Tangannya menyisir rambut yang sedikit berantakan dan basah. Saat Frank menelepon dan mengatakan Aleda masuk rumah sakit, Jam memang langsung pergi menyusul. Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Angin bergerak kencang sampai merobohkan sebuah pohon besar. Tentu saja hal itu juga melumpuhkan lalu lintas. Ke
Read more

Sial!

Bunyi peluru di udara entah sudah terdengar berapa kali sejak tadi. Belum lagi suara teriakan yang terus-menerus memecahkan konsentrasi. Hiruk pikuk kota sama sekali tidak peduli dengan dua mobil hitam yang terus berkejaran sejak tadi. Entah sudah berapa kilometer mereka habiskan untuk hal itu.“Belok kanan, Gale!” teriak Ben sembari menunjuk pertigaan di depan mereka.Pria bernama Gale itu langsung membelokkan kemudi dengan cepat. Sesuai dengan instruksi sahabatnya. Mobil di belakang mereka juga ikut membelok dengan akurat. Seperti bisa membaca gerakan mobil ini.Jalanan yang mereka lewati cukup ramai. Gale harus pintar-pintar menyesuaikan diri agar mobilnya bisa melaju dengan cepat dan tanpa hambatan. Begitu ada sedikit celah, ia tidak akan menyia-nyiakannya. Langsung bermanuver dengan gerakan yang begitu memesona. Skill mengemudinya memang sudah terlihat sejak pertama kali ia mencuri pakai mobil milik ayahnya.“Coba tembak, B
Read more

Awas!

Sementara itu, Gale masih diam terpaku di tempat. Matanya menatap lurus menembus kaca depan mobil. Di zebra cross sana beberapa anak berbaris menuju ke seberang jalan. Namun, bukan itu yang berhasil menyita perhatiannya. Melainkan seorang gadis yang sedang mengatur anak-anak itu.“Ayo, anak-anak.” Sang gadis tampak memberikan instruksi agar anak-anak mulai berjalan.Rambut panjang gadis itu dibiarkan terurai begitu saja. Tampak terayun-ayun dengan indah. Belum lagi ditambah dengan caranya mengarahkan anak-anak. Meski terlihat sedikit kesulitan, ia tetap tersenyum dengan manis. Jiwa keibuan terpancar dari sosoknya.Benar-benar sihir yang hebat untuk seorang Gale. Ia sampai lupa diri kalau mereka sedang dikejar-kejar oleh musuh sekarang. Pesona yang sangat kuat dari seorang pengasuh anak-anak di tengah jalan. Bahkan Gale merasa dunianya seperti berhenti sekarang. Tidak ada yang bergerak, bahkan detak jantungnya sendiri.“Seperti m
Read more

Kate

Arizona, 1984Hujan mengguyur kota sejak dua jam yang lalu. Hawa dinginnya terasa begitu menusuk tulang. Jalanan juga terlihat lebih lengang dibanding biasanya. Sepertinya orang-orang enggan untuk pergi keluar rumah. Penghangat ruangan memang lebih baik dibanding dinginnya jalanan. Hanya mereka yang memiliki kepentingan mendesak yang terpaksa harus ada di jalanan.“Kate, kau belum pulang?” tanya rekan kerjanya sembari mengunci pintu.Kate masih berdiri di depan toko. Memandang titik-titik air hujan yang turun bersusulan sejak tadi. “Aku masih menunggu hujan reda,” jawabnya.“Kenapa tidak naik angkutan umum saja?” Rekan kerjanya menunjuk sebuah bus yang melaju pelan di depan mereka. Bus kota itu terlihat kosong. Hanya ada beberapa orang di dalamnya.Hanya gelengan kepala yang diberikan oleh Kate sebagai jawaban. Ia bisa saja naik bus malam ini dan duduk dengan santai di dalamnya. Namun, uang yang ada di k
Read more

Jangan Mendekat!

“Eh, siapa in ....” Kate merasa kesulitan untuk bernapas karena tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulutnya. Bukan hanya itu, Kate merasa dirinya ditarik oleh sosok tak dikenal itu.Bukannya tidak melawan, Kate malah berusaha untuk melepaskan diri dengan cara menendang-nendang. Sayangnya, orang di belakangnya yang entah siapa itu seperti memiliki kekuatan super. Sama sekali tidak terpengaruh oleh pemberontakan yang dilakukan oleh Kate.“Diam!” Suara di belakang Kate terdengar berat dan kasar.Tangan besar yang menutupi wajah Kate cukup membuatnya hampir kehabisan oksigen. Bahkan pandangannya pun sudah mulai berkunang-kunang. Malam yang gelap dan mencekam semakin terasa menakutkan. Kate melihat bulan di atas sana bergerak mengikuti gerakannya yang terus diseret oleh penculiknya.Entah akan dibawa ke mana ia. Yang pasti, mereka terus menjauh dari jalanan utama. Bahkan sekarang kaki Kate sudah tidak lagi menapak ke tanah. Ia se
Read more

Diam!

Keluar kandang harimau, masuk ke kandang singa.Kate bahkan tidak menyadari saat tubuhnya menabrak sesuatu dan membuatnya jatuh terjerembap ke tanah. Setelah beberapa detik, barulah ia tahu kalau keadaan sangat tidak berpihak padanya. Di depan sana, menjulang sosok raksasa yang sama besar dengan raksasa sebelumnya. Ditambah wajahnya juga tak kalah menyeramkan.Untuk menghadapi satu orang saja Kate kewalahan. Apalagi dua. Dunia benar-benar terasa mengerikan sekarang. Ia tidak bisa lagi berpikir jernih atau berusaha untuk berpikir positif. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bayangan hal-hal yang tidak menyenangkan.“Berhenti di sana!” Kate mencoba memberi peringatan pada lelaki kedua agar tidak mendekat.Sayangnya, peringatan itu hanya dibalas dengan seringai. “Tidak perlu berteriak-teriak. Kita bisa mengobrol dengan lebih akrab,” ucapnya.Kate menoleh. Di ujung sana, lelaki yang pertama sedang berdiri sembari tersenyum. A
Read more

Cepat Masuk!

Di dalam mobil, Ben merasa risau. Setiap gerakan Gale di luar sana terasa lambat sekali. Sementara mobil musuh mereka sudah semakin mendekat. Hanya tinggal berbicara detik. Semuanya bisa berakhir begitu saja.Akhirnya, Ben memberanikan diri untuk membuka kaca jendela dan menjulurkan kepala ke luar. Sebenarnya ia tahu apa konsekuensi dari tindakannya ini. Tentu saja hal itu memberikan kesempatan pada musuh untuk memecahkan kepalanya. Namun, sekarang tidak ada yang bisa dilakukan selain hal itu. Pasalnya, ia juga tidak bisa keluar dari mobil. Lebih berbahaya.“Gale! Cepat!” teriak Ben dari jendela.Di jalur lain, kendaraan terlihat memadati jalanan. Suara mesin-mesin kendaraan menelan suara Ben begitu saja. Jangankan sampai ke telinga Gale, dari jarak satu meter saja suaranya sudah tidak terdengar. Entah terbawa angin ke sebelah mana. Yang pasti, ada atau tidak teriakannya, sama sekali tidak memengaruhi Gale.Lihatlah! Pemuda itu malah berjalan
Read more
DMCA.com Protection Status