Nami menangis, ia bingung dengan hatinya. Ia sangat membenci James tapi melihat wajah memohon laki-laki itu membuatnya luluh. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?"Jangan menangis lagi, maafkan aku." James ingin menghapus air mata Nami. Namun Nami menepis tangannya James."Aku ingin tidur," Nami ingin menghindar dari tatapan James. Mungkin ada benarnya untuk sementara waktu beristirahat di rumah James. Setelah fisiknya kembali bertenaga, ia akan memikirkan langkah berikutnya.James merasa tenang, setidaknya untuk sementara waktu ini masih bisa menahan Nami untuk berada di sampingnya. Namun secepatnya ia harus meninggalkan Hawaii agar Takeshi tidak datang untuk mengganggunya.James mengambil ponselnya lalu memesan beberapa menu makanan. Hari menjelang malam dan Nami harus makan agar kondisi gadis itu tidak jatuh sakit.Sudah lima jam saat Nami mengatakan ingin tidur, namun gadis itu belum juga bangun. James sedikit khawatir jika kesehatan Nami benar-benar bermasalah.James meraba dahi Nam
Nami menggeleng, ia lalu menatap James dan James pun tersenyum lembut kepadanya."Nami kamu jangan tertipu dengannya. Ayo ikut denganku, aku akan membantumu pulang ke Jakarta." Takeshi masih berusaha untuk menjauhkan Nami dari James"Nami lalu berjalan mendekati Takeshi. "Pulanglah Kak, aku sudah memutuskan untuk bersama James. Dia yang akan mengantarku kepada kedua orang tuaku.""Nami.""Sudahlah, aku pun juga harus menyelesaikan urusan masa laluku yang belum selesai.""Kamu dengar itu," cibir James kepada Takeshi. "Pulanglah, aku tidak ingin keributan kita didengar oleh tetangga."Takeshi hanya mengepalkan tangannya saat melihat James merangkul pundak Nami."Kalau kamu tidak mau pulang, terserah asal kamu jangan ribut." James menuntun Nami untuk masuk ke dalam rumah.Bahu Takeshi melorot, kini tidak ada kesempatan baginya untuk mendekati Nami. Dirinya telah kalah telak oleh James. Usahanya selama dua tahun yang berusaha untuk memenangkan hati Nami, sia-sia sudah. Karena Nami telah me
Nami tidak menolak ciuman dari James hatinya tidak bisa berpura-pura bahwa ia juga menginginkan ciuman itu. James mencium bibir Nami dengan pelan-pelan takut menyakiti gadis itu. Mengingat saat ini Nami masih dalam keadaan sakitNami lalu mendorong dadanya James. "Aku sedang sakit, aku tidak ingin menulari kakak penyakitku."James terkekeh, "kenapa baru sekarang berkata begitu? Kamu lupa tadi kita tidur berpelukan dalam keadaan polos?" Seketika pipi Nami memerah karena mengingat tadi dirinya tertidur dalam pelukan James dalam keadaan polos."Kakak sengaja memanfaatkan kesempatan itu untuk meniduri ku, kan?" tuduh Nami."Hahaha, tidak sayang. Aku hanya tidak tega melihatmu kedinginan sedangkan obat dan vitamin sudah aku berikan padamu. Tapi kamu masih mengadu kedinginan, apa boleh buat aku hanya mencontoh sebuah film yang mengisahkan sepasang kekasih yang kedinginan dan sang laki-laki memeluknya dengan keadaan polos."Mendengar kata polos, pipi Nathalie seketika memerah. "Sudah janga
Wajah James ditekuk, ia tidak setuju jika Nami menemui Takeshi. Ia cemburu karena mungkin saja Takeshi akan memanfaatkan kesempatan Ini untuk mempengaruhi Nami."Aku tidak ingin ribut dengannya," ucap James kesal."Oke, mungkin lain kali saja." Nami mengurungkan niatnya karena James tidak suka."Tadinya aku ingin mengajak kakak mandi bersama. Tapi kakak melarangku menemui Takeshi." canda Nami.James terbelalak matanya, tentu ia ingin mandi bersama Nami. Tapi jika ia harus mengizinkan Nami bertemu dengan Takeshi. Ia tidak rela.""Kamu memberiku pilihan sulit." keluh James."Lupakan saja, aku hanya bercanda." Nami terkikik lalu berlari ke kamar mandi ketika James ingin menangkapnya."Nami! Buka pintunya, Kakak ingin masuk.""Mimpi!" ***Setelah memastikan keadaan fisik Nami sembuh, James segera membawa Nami pergi ke Indonesia. Ia memesan tempat duduk kelas bisnis untuk membuat Nami bisa rileks."Kak Oliv," Nami menggenggam lengan James dengan erat ketika mereka akan memasuki pesawat te
wajah James menegang."Perutku sakit, aku ingin ke toilet." cengir NamiJames memegang dadanya. Hampir saja ia akan bersimpuh di kaki Nami dan memohon. Rupanya gadis itu pandai membuat lelucon. 'Tidak lucu sama sekali,' keluh James dalam hati."Kak Oliver," Nami meremas ujung jaketnya."Ayo kuantar," James segera berdiri lalu membimbing Nami untuk pergi ke toilet. James tahu dalam ingatan Nami ini adalah pengalaman pertamanya naik pesawat. Jadi ia akan menemani Nami ke mana pun Nathalie membutuhkannya. Seperti saat ini, James berdiri di depan pintu toilet menunggu Nami yang sedang bang air besar. Beberapa pramugari berbisik-bisik melihat keberadaan James."Permisi, Tuan. Tidak seharusnya anda berdiri di sini. Keberadaan anda mengganggu penumpang yang berada di dalam toilet. Anda bisa mengantri agak jauh dari jarak pintu toilet."Oh, ya? Yang di dalam adalah pacar saya, dia baru saja sembuh dari sakitnya. Apakah ada aturan di maskapai ini yang melarang seorang pacar mengkhawatirkan kek
"Hai, Tampan," Mandy mengedipkan matanya lalu menarik tubuh James masuk ke dalam toilet."Apa yang kamu lakukan?" bentak James."Aku akan melayanimu. Kamu pasti tersiksa, bukan?" Mandy mengunci pintu toilet lalu membuka kancing kemejanya satu persatu.""Sialan, wanita murahan!" maki James.Namun Mandy tidak peduli dengan bentakan James. Ia telah buta, salah mengartikan jika saat ini James sangat marah karena menahan sakit di kandung kemihnya. Mandy menghalanginya untuk kencing."Plak!" James menampar pipi Mandy hingga wanita itu terhuyung ke belakang. Ia merasakan pipinya seperti dibelah dua. Panas, sakit dan terasa nyeri."K-kenapa kamu menamparku?" tanya Mandy sambil memegang pipinya."Kamu sudah berbuat kurang ajar, aku akan membuatmu dipecat."Mandy tersadar dari halusinasinya. 'Kenapa dia tidak terangsang? Apakah obat itu tidak diminumnya?' batin Mandy."A-aku pikir kamu ingin mengulang kisah manis kita di toilet." ucap Mandy dengan sedih."Tiga minggu yang lalu kita bercinta di
"May, lo baik-baik saja?" tanya Cindy yang melihat Malika mematung dengan tatapan mata yang kosong."May," panggil Cindy.Semenit kemudian Malika sadar dari lamunannya. Namun tiba-tiba ia menangis. "May, ada apa?" Cindy kebingungan."Aku melihatnya, aku melihatnya, Cindy.""Siapa maksud lo? Hue nggak mengerti siapa yang lo maksud?""Gue melihat James.""Oh, lo melihat pacar lo. Lalu kenapa lo menangis? Di mana dia?" Cindy celingukan mencari keberadaan James."Dia sudah pergi.""Terus kenapa lo menangis? Telepon dia katakan lo ada di sini atau lo gue antar pulang. Mungkin dia membutuhkan lo setelah pulang dari luar negeri. Lo sudah hafal kan dengan kebiasaannya? Setelah pulang dari luar negeri, mungkin dia ingin dilayani.""Gue sudah tidak dibutuhkannya lagi, Cindy." Malika lalu menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya."Apa maksud lo?""Gue baru saja melihat James bersama dengan seorang gadis.""Hufft," Cindy langsung mencebik. "Lo sudah tahu kalau pacar lo itu seorang playboy,
"Baiklah, atur pertemuan dengan Amanda." ucap James yang terpaksa harus mau menemui Amanda demi kelancaran hubungannya dengan Nami."Baik, Bos.""Itu saja atau ada yang lain?""Hanya itu saja yang mengganggu, Bos.""Lalu apakah dia menarik habis sahamnya?""Waktu itu ia sempat menarik lima puluh persen saham di perusahaan kita. Namun seminggu kemudian ia kembali menyuntikkan dana ke dalam perusahaan kita.""Dasar wanita plin-plan," gerutu James.""Lalu apa langkah selanjutnya, Bos.""Maksud lo?""Apa antisipasi Anda dalam menyingkirkan wanita-wanita simpanan Anda karena kini ada Nona Nami."Wajah James mendadak murung. "Gue belum tahu, masalah ini sangat rumit.""Gue tidak menyangka akan jatuh cinta kepada Nami. Gue pikir setelah pengkhianatan Malika, aku tidak akan bisa jatuh cinta lagi kepada wanita. Namun pertemuan gue dengan Nami kali ini membuat gue sadar bahwa gue telah jatuh cinta padanya. Jatuh cinta kepada tunangan gue sendiri yang telah meninggalkan gue dua tahun yang lalu."