"Nami," James memeluk Nami saat mereka bertemu di sebuah kafe."Baru semalam kita berpisah, aku sudah merindukanmu.""Kak Oliver.""Duduklah, kamu mau pesan apa?" James melihat-lihat menu di buku menu."Tidak usah.""Kamu pasti belum sarapan sehingga terlihat lemas.""Permisi," James melambaikan tangannya memanggil pelayan."Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?""Saya ingin pesan paket A dua porsi. Tambah salad sayur, minumnya yang satu diganti jus lemon." James tidak mendengarkan penolakan Nami."Terima kasih atas pesanannya, Tuan. Kami akan segera memproses pesanan anda." Setelah mencatat pesanan James,pelayan kafe itu mengambil buku menu yang berada di meja."Apakah kamu butuh koper? Aku akan membelikannya untukmu. Tidak usah membawa banyak barang, jika kurang kamu bisa membelinya di Indonesia nanti. Pilih yang kamu mau, aku yang akan membayarnya."James meneguk segelas air putih sampai habis. Ia lalu menarik kedua tangannya Nami, "tanganmu dingin, lain kali pakai pakaian yang lebih t
"Jawab aku." "Nenekku pingsan, penyakitnya kambuh karena mengetahui rencanaku untuk meninggalkannya." air mata Nami lebih banyak keluar dari matanya. Ia lalu menceritakan kejadian semalam di mana ia bertengkar dengan Takeshi lalu Nami mengatakan rencananya untuk pindah ke Indonesia. Tidak ada yang dututupi dari James. Nami menceritakan secara detail perseteruannya dengan Takeshi."Katakan padaku, apa yang harus kuperbuat? Dia satu-satunya keluarga yang aku miliki. Dia sudah banyak berkorban untuk mengasuhku setelah kematian kedua orang tuaku. Dia bahkan menjual beberapa hartanya untuk biaya kualiahku di Tokyo." Nami mulai menangis.'Sial!' umpat James dalam hati setelah mendengar pengakuan dari Nami. Takeshi menggunakan kebohongan murahan untuk membohongi Nami. James tidak akan membiarkan cara kotor ini bisa menang. Ia tidak akan mundur, Nami harus dimilikinya. 'Tidak akan, gue tidak akan kalah dari sepupu gadungan itu.'James tersenyum lalu mengelus pipi Nami. "Kamu bisa tinggal di s
Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang rahasia neneknya tapi Takeshi datang di saat yang tidak tepat."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Nami mencari tempat persembunyian, bagaimanapun ia harus membongkar rahasia neneknya. Hampir saja ia memutuskan James karena kesehatan neneknya yang memburuk. Ternyata neneknya dalam keadaan sehat wallboard, tidak terjadi apa pun dengan neneknya."Aku harus tahu alasan tentang kebohongan ini. Nenek pasti menolak jujur padaku jika aku bertanya secara langsung." Nami akhirnya meninggalkan kamar neneknya lalu bersembunyi untuk sementara waktu. Setelah melihat Takeshi masuk ke kamar rawat neneknya. Nami segera keluar dari persembunyiannya lalu mengendap-endap mencuri dengar pembicaraan antara neneknya dan Takeshi."Nami sudah kembali?" tanya Takeshi."T-tuan," wanita yang berpura-pura menjadi neneknya Nami kaget dengan kedatangannya Takeshi, "belum, Tuan."Nami semakin menajamkan pendengarannya ketika merasa aneh dengan cara bicara Takeshi dan nenek
Nami menangis, tubuhnya bergetar setelah membaca berita di media sosial itu dengan saksama. Ponsel Takeshi yang saat ini berada di tangannya hampir terjatuh jika posisinya saat ini tidak sedang duduk."Mungkin jika kamu berpikir berita itu adalah rekayasa dan meragukan keasliannya. Kamu bisa ketik di situs internet dengan kata kunci, DITINGGALKAN DI ALTAR DI DETIK-DETIK TERAKHIR PERNIKAHAN." Takeshi mengeratkan genggaman tangan Nami di ponsel miliknya.Mata Nami yang dipenuhi oleh air mata membuatnya buram. Namun ia mencoba mengikuti saran Takeshi untuk mengetahui berita lain tentang masalalunya. Setelah terketik kata kunci tentang dirinya. Hatinya semakin sakit, ia hampir tidak bisa bernapas. Apa yang dikatakan Takeshi benar adanya."Dia adalah casanova yang mempunyai segudang wanita. Bahkan ia mempunyai wanita simpanan yang tinggal bersamanya di apartemennya hingga saat ini. Kamu pasti paham jika wanita dan laki-laki dewasa tanpa hubungan darah tinggal bersama? Apa saja yang mereka l
"Aku membencimu, aku membencimu." teriak Nami."Aku tidak peduli, aku menyayangimu, Sayang." James pun tak kalah keras saat menjawab teriakan Nami."Lepaskan aku," suara Nami melemah lalu ia pingsan."Nami, Nami, Sayang, bangun." James melepaskan pelukannya lalu menepuk-nepuk pipinya Nami."Ya Tuhan," James mendesah khawatir setelah mengetahui jika Nami pingsan. Ia segera membopong tubuh Nami."Gue harus membawanya ke rumah sakit.""Tunggu dulu, rumah sakit?" James mengurungkan niatnya. Ia tidak mau bertemu dengan Takeshi yang memungkinkan hubungannya dengan Nami memburuk. "Sial, kenapa harus ada mahluk menyebalkan bernama Takeshi.""Mungkin hanya pingsan biasa karena terlalu syok setelah mengetahui rahasia gue." gumam James yang memutuskan untuk membawa pulang Nami ke rumah sewanya.James merebahkan tubuh Nami di ranjang lalu mengelap wajahnya yang pucat menggunakan air hangat. Setelah menyelimuti tubuh Nami menggunakan selimut, James duduk bersandar di dashboard ranjang sambil menata
Nami menangis, ia bingung dengan hatinya. Ia sangat membenci James tapi melihat wajah memohon laki-laki itu membuatnya luluh. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?"Jangan menangis lagi, maafkan aku." James ingin menghapus air mata Nami. Namun Nami menepis tangannya James."Aku ingin tidur," Nami ingin menghindar dari tatapan James. Mungkin ada benarnya untuk sementara waktu beristirahat di rumah James. Setelah fisiknya kembali bertenaga, ia akan memikirkan langkah berikutnya.James merasa tenang, setidaknya untuk sementara waktu ini masih bisa menahan Nami untuk berada di sampingnya. Namun secepatnya ia harus meninggalkan Hawaii agar Takeshi tidak datang untuk mengganggunya.James mengambil ponselnya lalu memesan beberapa menu makanan. Hari menjelang malam dan Nami harus makan agar kondisi gadis itu tidak jatuh sakit.Sudah lima jam saat Nami mengatakan ingin tidur, namun gadis itu belum juga bangun. James sedikit khawatir jika kesehatan Nami benar-benar bermasalah.James meraba dahi Nam
Nami menggeleng, ia lalu menatap James dan James pun tersenyum lembut kepadanya."Nami kamu jangan tertipu dengannya. Ayo ikut denganku, aku akan membantumu pulang ke Jakarta." Takeshi masih berusaha untuk menjauhkan Nami dari James"Nami lalu berjalan mendekati Takeshi. "Pulanglah Kak, aku sudah memutuskan untuk bersama James. Dia yang akan mengantarku kepada kedua orang tuaku.""Nami.""Sudahlah, aku pun juga harus menyelesaikan urusan masa laluku yang belum selesai.""Kamu dengar itu," cibir James kepada Takeshi. "Pulanglah, aku tidak ingin keributan kita didengar oleh tetangga."Takeshi hanya mengepalkan tangannya saat melihat James merangkul pundak Nami."Kalau kamu tidak mau pulang, terserah asal kamu jangan ribut." James menuntun Nami untuk masuk ke dalam rumah.Bahu Takeshi melorot, kini tidak ada kesempatan baginya untuk mendekati Nami. Dirinya telah kalah telak oleh James. Usahanya selama dua tahun yang berusaha untuk memenangkan hati Nami, sia-sia sudah. Karena Nami telah me
Nami tidak menolak ciuman dari James hatinya tidak bisa berpura-pura bahwa ia juga menginginkan ciuman itu. James mencium bibir Nami dengan pelan-pelan takut menyakiti gadis itu. Mengingat saat ini Nami masih dalam keadaan sakitNami lalu mendorong dadanya James. "Aku sedang sakit, aku tidak ingin menulari kakak penyakitku."James terkekeh, "kenapa baru sekarang berkata begitu? Kamu lupa tadi kita tidur berpelukan dalam keadaan polos?" Seketika pipi Nami memerah karena mengingat tadi dirinya tertidur dalam pelukan James dalam keadaan polos."Kakak sengaja memanfaatkan kesempatan itu untuk meniduri ku, kan?" tuduh Nami."Hahaha, tidak sayang. Aku hanya tidak tega melihatmu kedinginan sedangkan obat dan vitamin sudah aku berikan padamu. Tapi kamu masih mengadu kedinginan, apa boleh buat aku hanya mencontoh sebuah film yang mengisahkan sepasang kekasih yang kedinginan dan sang laki-laki memeluknya dengan keadaan polos."Mendengar kata polos, pipi Nathalie seketika memerah. "Sudah janga
Pov Nami Aku tidak menyangka Kak Oliv masih memperlakukanku dengan romantis. Bahkan ia tidak peduli ketika aku sudah hamil besar. Ia sudah paham bagaimana cara memperlakukan ibu hamil ketika bercinta. Aku perhatikan suamiku sangat rajin bertanya tentang seputar kehamilan dan kegiatan seks yang harus dihindari dengan wanita hamil. Ia tidak sungkan bertanya dan berkonsultasi. Aku juga sempat memergokinya sedang mencari artikel yang membahas percintaan dengan wanita hamil dengan segala resikonya. Tentu saja ia tidak lupa mencari tahu bagaimana posisi bercinta dengan ibu hamil agar aman untuk bayinya. "Kak," aku medongakkan wajahku ketika kejantanannya memompa kewanitaanku. Entah kenapa aku selalu bergairah ketika berdekatan dengannya. Mungkin karena efek hormon kehamilanku. Padahal dulu sebelum hamil aku tidak seperti ini. Tidak menginginkan percintaan setiap hari. Dulu Kak Oliv sering merayuku agar aku mau bercinta dengannya. Namun beda ketika aku hamil, tanpa dirayu pun kadang aku me
Pov James Delapan bulan kemudian. Aku menatap istri kecilku yang sedang terlelap dalam dekapanku dengan perutnya yang membuncit. Ia tidur miring menghadap ke arahku dengan perutnya yang diganjal oleh sebuah bantal kecil khusus. Setelah kepulangan kami dari bulan madu, Nami dinyatakan positif hamil. Saat itu aku sangat bahagia karena sesuai dengan harapan kedua orang tuaku yang menginginkan cucu. Nami langsung hamil. Aku yang dari pertama juga menginginkan seorang anak melarang Nami untuk melakukan program KB dan untungnya Nami menyetujuinya sehingga tidak ada penundaan kehamilan setelah pernikahan kami. Dan sekarang Nami sudah hamil tujuh bulan. Namun yang membuat aku heran badannya tidak mengalami perubahan hanya bagian perutnya saja yang membesar. Dengan tubuhnya yang mungil, kadang aku merasa kasihan karena sepasang kaki kecilnya harus menahan beban beberapa kilo yang berada di perutnya. Kami sudah pergi ke dokter melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak kami. Karena kami
POV James Aku tersenyum mengingat percintaan panas kami di jet waktu itu. Nami sangat liar, membuat gairahku naik beberapa kali lipat dibanding biasanya. "Kamu serius? Aku masih bertanya di saat Nami telah melepas kaosnya. Tentu aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku pun segera melepas semua pakaianku tanpa terkecuali. Langsung kudekati Nami lalu kupeluk tubuhnya yang hangat. Aku sangat merindukan momen ini. Sejak kami berbaikan, terhitung hanya beberapa kali kami bercinta. Aku haus kehangatan, aku ingin memasuki kewanitaannya yang sempit. Merasakan setiap pijatan lembut di kejantananku. Istri kecilku bagaikan candu untukku. Membuatku melayang dan puas pada saat yang bersamaan. "Kak Oliv," Nami mendesah saat kukecup tengkuknya. Tubuhnya menggeliat setelah mendapat rangsangan dari tanganku. "Kakak sudah memastikan semua kru tidak akan melihat kita?" tanya Nami dengan suara yang sudah terengah. "Tentu Sayang, aku tidak mungkin memperlihatkan percintaan kita kepada orang l
Lima jam sebelumnya. "Hei, kamu kan gadis tadi?" tanya Becky saat melihat Nami keluar dari kamar hotelnya. "Kamu bicara denganku?" Nami pura-pura tidak paham dengan maksud Becky. "Kemarin James memanggilmu Sayang." "Sayang? Apa maksudmu?" Hati Nami yang sedikit membaik berubah kesal dengan kehadiran Becky. "Laki-laki tampan yang bersamamu, ke mana dia?" Nami menghela napasnya, "aku tidak mengenalnya." "Kumohon pertemukan aku dengannya. Aku sangat mencintainya dan aku ingin menikah dengannya." "Dengar Nona aku tidak tahu tentang keberadaannya dan kamu ingin aku membawamu …." Nami terkesiap melihat Becky berlutut di hadapannya. "Tolonglah, aku mohon. Aku tidak bisa melupakannya. Aku mencoba bercinta dengan laki-laki lain tapi itu tidak bisa menghapus kenanganku bersama James. Hanya James yang bisa memuaskanku di ranjang. Perlakuannya sangat manis dan lembut. Sungguh aku tidak bisa melupakannya." Nami langsung emosi mendengar Becky menceritakan percintaan James dengannya. "Nona
"Babe!" James mencari Nami di kamarnya. Istrinya itu memutuskan pisah kamar setelah pertemuan mereka dengan Becky. Apalagi setelah James jujur mengatakan jika pernah bercinta dengan Becky. Nami langsung marah sehingga tidak mau tidur sekamar dengan James. Jangankan bulan madu indah, makan malam saja Nami tidak ingin bersama James. Dan pagi ini Nami sudah menghilang dari kamarnya. "Bodohnya gue, harusnya gue lebih mengawasi keberadaannya." James memang berada di kamar lain. Tapi ia mengawasi keberadaan Nami dari balik pintu. Tadinya ia akan menunggui di depan pintu kamarnya Nami. Namun karena beberapa pengunjung hotel menatapnya curiga, James memutuskan kembali ke kamarnya. Lagipula James takut Becky datang lagi dan membuat Nami semakin marah. "Ke mana dia, ya?" James berjalan mondar-mandir di lobi hotel. "Mungkin dia ke sana, menemui Takeshi." James terkesiap saat mengingat Takeshi. Teman Nami yang berpura-pura menjadi sepupunya dengan tujuan ingin memiliki Nami sebagai kekasih. "T
'Becky?' Alis Nami terangkat, siapa lagi wanita ini? Wanita yang mempunyai bentuk tubuh seperti model artis panas. Tinggi tubuh Becky sebatas telinga James. Rambutnya panjang di atas pinggul yang diwarnai merah. Kulitnya cokelat eksotis dan wajahnya cantik. Buah dada dan pantatnya menonjol sempurna. Jika dibandingkan dengan dirinya, sungguh Nami tidak ada apa-apanya. James langsung menarik tangan Nami untuk masuk ke dalam. Ia ingin menjelaskan identitas Becky agar tidak salah paham "James," Becky memeluk James dari belakang. Tubuh seksi wanita itu menempel dan kedua buah dada montoknya menekan punggung James. Mata Nami melotot, ia kesal karena Becky cuma mengenakan bikini two-piece dan saat ini buah dada montoknya tersingkap separuh. Puncak dada kecoklatan itu menyembul keluar dan Nami bisa melihat jika puncak dada itu sudah menegang, menandakan wanita seksi itu sedang bergairah. James langsung melepas tangan Becky, "maaf saya tidak mengenal Anda. Anda salah orang." "Tidak mungkin
"Lo sedang chat dengan siapa?" tanya James kepada Doni. "Dela, Bos." "Dela? Kalian berpacaran? " "Ck, Bos, saya hanya menganggap Dela sebagai adik kandung saya sendiri. Kami berteman dan bekerja sama selama dua tahun di Surabaya. Walaupun dia kadang menyebalkan, tapi Dela banyak membantu pekerjaan saya." James nenggedikkan bahunya, "gue udah putus dengan Dela. Kalau lo suka, deketin aja. Dela bukan cewek matre." "Ck, saya dan Dela teman biasa. Saya menyukai gadis lain." "Gadis macam apa? Siapa?" "Ups, Anda menjebak saya, Bos." Doni mendengkus. "Hahaha, gue udah anggap lo sebagai saudara kandung gue, Don. Lo bisa cerita ke gue, mungkin gue bisa bantu lo." "Tapi saya belum berhasil mendapatkan hatinya," keluh Doni. "Payah, bawa bunga, ajak dia makan malam. Setelah itu mampir di toko tas branded lalu ajak dia ke hotel untuk bercìnta." "Itu jurus Anda dulu saat menjadi playboy." gerutu Doni. James hanya tergelak saat menggoda Doni. "Harusnya Bos memberitahu saya bagaimana cara
"May," panggil Rico. Saat ini laki-laki itu sedang berada di sebuah rumah sakit swasta di mana Malika yang baru saja melahirkan.Malika memalingkan mukanya saat Rico membawa bayi laki-laki yang baru dilahirkannya. Ia masih belum menerima kenyataan jika hubungannya dengan James telah berakhir. Setelah terbongkarnya kebohongannya di restauran saat itu. Rico memaksa Malika untuk tinggal bersama di apartemennya. Bagaimanapun Rico ingin bertanggung jawab penuh kepada Malika dan bayinya. Walaupun Malika menunjukkan sikap yang menyebalkan. Rico tidak menyerah, ia bertekat akan meluluhkan hati Malika, terlebih ada bayi yang sudah dilahirkan oleh gadis itu. Darah daging yang diharapkan Rico bisa menjadi jembatan bersatunya hubungan antara dirinya dan Malika."Bawa dia pergi." Malika enggan melihat bayi yang baru saja dilahirkannya.Mendengar kata-kata ketus Malika, dokter dan suster saling berpandangan. Mereka heran karena baru pertama kali ini mereka mendengar seorang ibu yang tidak mau menima
James terkesiap mendengar penuturan Nami. Jadi yang menyebabkan Nami melarikan diri di hari pernikahan mereka karena Malika mengirimkan video percintaan mereka. 'Sial,' umpat James dalam hati. James mengetatkan rahangnya, tidak menyangka jika Malika akan begitu licik menggagalkan pernikahannya dengan merekam kegiatan panas mereka. 'Oh, malam di mana gue mabuk itu dia sengaja merekamnya lalu mengirimkannya kepada Nami.' James sangat menyesal karena telah berpikiran buruk kepada Nami selama dua tahun ini. Ternyata dirinya sendiri yang menyebabkan Nami patah hati lalu meninggalkan Jakarta hingga kecelakaan dan amnesia. Beruntung Nami selamat dan belum bisa dimanipulasi oleh Takeshi. Jika tidak, James akan menghukum dirinya sendiri karena kecerobohannya. Namun karena peristiwa itu James patut bersyukur karena hilang ingatan, Nami gampang didekati oleh James. Dan niatnya balas dendam urung dilaksanskan karena tanpa sadar James jatuh cinta kepada Nami. "Hei, dengar. Kakak sudah jujur pada