"Jawab aku." "Nenekku pingsan, penyakitnya kambuh karena mengetahui rencanaku untuk meninggalkannya." air mata Nami lebih banyak keluar dari matanya. Ia lalu menceritakan kejadian semalam di mana ia bertengkar dengan Takeshi lalu Nami mengatakan rencananya untuk pindah ke Indonesia. Tidak ada yang dututupi dari James. Nami menceritakan secara detail perseteruannya dengan Takeshi."Katakan padaku, apa yang harus kuperbuat? Dia satu-satunya keluarga yang aku miliki. Dia sudah banyak berkorban untuk mengasuhku setelah kematian kedua orang tuaku. Dia bahkan menjual beberapa hartanya untuk biaya kualiahku di Tokyo." Nami mulai menangis.'Sial!' umpat James dalam hati setelah mendengar pengakuan dari Nami. Takeshi menggunakan kebohongan murahan untuk membohongi Nami. James tidak akan membiarkan cara kotor ini bisa menang. Ia tidak akan mundur, Nami harus dimilikinya. 'Tidak akan, gue tidak akan kalah dari sepupu gadungan itu.'James tersenyum lalu mengelus pipi Nami. "Kamu bisa tinggal di s
Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang rahasia neneknya tapi Takeshi datang di saat yang tidak tepat."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Nami mencari tempat persembunyian, bagaimanapun ia harus membongkar rahasia neneknya. Hampir saja ia memutuskan James karena kesehatan neneknya yang memburuk. Ternyata neneknya dalam keadaan sehat wallboard, tidak terjadi apa pun dengan neneknya."Aku harus tahu alasan tentang kebohongan ini. Nenek pasti menolak jujur padaku jika aku bertanya secara langsung." Nami akhirnya meninggalkan kamar neneknya lalu bersembunyi untuk sementara waktu. Setelah melihat Takeshi masuk ke kamar rawat neneknya. Nami segera keluar dari persembunyiannya lalu mengendap-endap mencuri dengar pembicaraan antara neneknya dan Takeshi."Nami sudah kembali?" tanya Takeshi."T-tuan," wanita yang berpura-pura menjadi neneknya Nami kaget dengan kedatangannya Takeshi, "belum, Tuan."Nami semakin menajamkan pendengarannya ketika merasa aneh dengan cara bicara Takeshi dan nenek
Nami menangis, tubuhnya bergetar setelah membaca berita di media sosial itu dengan saksama. Ponsel Takeshi yang saat ini berada di tangannya hampir terjatuh jika posisinya saat ini tidak sedang duduk."Mungkin jika kamu berpikir berita itu adalah rekayasa dan meragukan keasliannya. Kamu bisa ketik di situs internet dengan kata kunci, DITINGGALKAN DI ALTAR DI DETIK-DETIK TERAKHIR PERNIKAHAN." Takeshi mengeratkan genggaman tangan Nami di ponsel miliknya.Mata Nami yang dipenuhi oleh air mata membuatnya buram. Namun ia mencoba mengikuti saran Takeshi untuk mengetahui berita lain tentang masalalunya. Setelah terketik kata kunci tentang dirinya. Hatinya semakin sakit, ia hampir tidak bisa bernapas. Apa yang dikatakan Takeshi benar adanya."Dia adalah casanova yang mempunyai segudang wanita. Bahkan ia mempunyai wanita simpanan yang tinggal bersamanya di apartemennya hingga saat ini. Kamu pasti paham jika wanita dan laki-laki dewasa tanpa hubungan darah tinggal bersama? Apa saja yang mereka l
"Aku membencimu, aku membencimu." teriak Nami."Aku tidak peduli, aku menyayangimu, Sayang." James pun tak kalah keras saat menjawab teriakan Nami."Lepaskan aku," suara Nami melemah lalu ia pingsan."Nami, Nami, Sayang, bangun." James melepaskan pelukannya lalu menepuk-nepuk pipinya Nami."Ya Tuhan," James mendesah khawatir setelah mengetahui jika Nami pingsan. Ia segera membopong tubuh Nami."Gue harus membawanya ke rumah sakit.""Tunggu dulu, rumah sakit?" James mengurungkan niatnya. Ia tidak mau bertemu dengan Takeshi yang memungkinkan hubungannya dengan Nami memburuk. "Sial, kenapa harus ada mahluk menyebalkan bernama Takeshi.""Mungkin hanya pingsan biasa karena terlalu syok setelah mengetahui rahasia gue." gumam James yang memutuskan untuk membawa pulang Nami ke rumah sewanya.James merebahkan tubuh Nami di ranjang lalu mengelap wajahnya yang pucat menggunakan air hangat. Setelah menyelimuti tubuh Nami menggunakan selimut, James duduk bersandar di dashboard ranjang sambil menata
Nami menangis, ia bingung dengan hatinya. Ia sangat membenci James tapi melihat wajah memohon laki-laki itu membuatnya luluh. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?"Jangan menangis lagi, maafkan aku." James ingin menghapus air mata Nami. Namun Nami menepis tangannya James."Aku ingin tidur," Nami ingin menghindar dari tatapan James. Mungkin ada benarnya untuk sementara waktu beristirahat di rumah James. Setelah fisiknya kembali bertenaga, ia akan memikirkan langkah berikutnya.James merasa tenang, setidaknya untuk sementara waktu ini masih bisa menahan Nami untuk berada di sampingnya. Namun secepatnya ia harus meninggalkan Hawaii agar Takeshi tidak datang untuk mengganggunya.James mengambil ponselnya lalu memesan beberapa menu makanan. Hari menjelang malam dan Nami harus makan agar kondisi gadis itu tidak jatuh sakit.Sudah lima jam saat Nami mengatakan ingin tidur, namun gadis itu belum juga bangun. James sedikit khawatir jika kesehatan Nami benar-benar bermasalah.James meraba dahi Nam
Nami menggeleng, ia lalu menatap James dan James pun tersenyum lembut kepadanya."Nami kamu jangan tertipu dengannya. Ayo ikut denganku, aku akan membantumu pulang ke Jakarta." Takeshi masih berusaha untuk menjauhkan Nami dari James"Nami lalu berjalan mendekati Takeshi. "Pulanglah Kak, aku sudah memutuskan untuk bersama James. Dia yang akan mengantarku kepada kedua orang tuaku.""Nami.""Sudahlah, aku pun juga harus menyelesaikan urusan masa laluku yang belum selesai.""Kamu dengar itu," cibir James kepada Takeshi. "Pulanglah, aku tidak ingin keributan kita didengar oleh tetangga."Takeshi hanya mengepalkan tangannya saat melihat James merangkul pundak Nami."Kalau kamu tidak mau pulang, terserah asal kamu jangan ribut." James menuntun Nami untuk masuk ke dalam rumah.Bahu Takeshi melorot, kini tidak ada kesempatan baginya untuk mendekati Nami. Dirinya telah kalah telak oleh James. Usahanya selama dua tahun yang berusaha untuk memenangkan hati Nami, sia-sia sudah. Karena Nami telah me
Nami tidak menolak ciuman dari James hatinya tidak bisa berpura-pura bahwa ia juga menginginkan ciuman itu. James mencium bibir Nami dengan pelan-pelan takut menyakiti gadis itu. Mengingat saat ini Nami masih dalam keadaan sakitNami lalu mendorong dadanya James. "Aku sedang sakit, aku tidak ingin menulari kakak penyakitku."James terkekeh, "kenapa baru sekarang berkata begitu? Kamu lupa tadi kita tidur berpelukan dalam keadaan polos?" Seketika pipi Nami memerah karena mengingat tadi dirinya tertidur dalam pelukan James dalam keadaan polos."Kakak sengaja memanfaatkan kesempatan itu untuk meniduri ku, kan?" tuduh Nami."Hahaha, tidak sayang. Aku hanya tidak tega melihatmu kedinginan sedangkan obat dan vitamin sudah aku berikan padamu. Tapi kamu masih mengadu kedinginan, apa boleh buat aku hanya mencontoh sebuah film yang mengisahkan sepasang kekasih yang kedinginan dan sang laki-laki memeluknya dengan keadaan polos."Mendengar kata polos, pipi Nathalie seketika memerah. "Sudah janga
Wajah James ditekuk, ia tidak setuju jika Nami menemui Takeshi. Ia cemburu karena mungkin saja Takeshi akan memanfaatkan kesempatan Ini untuk mempengaruhi Nami."Aku tidak ingin ribut dengannya," ucap James kesal."Oke, mungkin lain kali saja." Nami mengurungkan niatnya karena James tidak suka."Tadinya aku ingin mengajak kakak mandi bersama. Tapi kakak melarangku menemui Takeshi." canda Nami.James terbelalak matanya, tentu ia ingin mandi bersama Nami. Tapi jika ia harus mengizinkan Nami bertemu dengan Takeshi. Ia tidak rela.""Kamu memberiku pilihan sulit." keluh James."Lupakan saja, aku hanya bercanda." Nami terkikik lalu berlari ke kamar mandi ketika James ingin menangkapnya."Nami! Buka pintunya, Kakak ingin masuk.""Mimpi!" ***Setelah memastikan keadaan fisik Nami sembuh, James segera membawa Nami pergi ke Indonesia. Ia memesan tempat duduk kelas bisnis untuk membuat Nami bisa rileks."Kak Oliv," Nami menggenggam lengan James dengan erat ketika mereka akan memasuki pesawat te