Home / Romansa / Fatma Boussetta / CHAPTER 25 (Bertemu Lagi)

Share

CHAPTER 25 (Bertemu Lagi)

Author: Madam Assili
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah melalui diskusi singkat, Fatma dan Omar memutuskan untuk segera meninggalkan kota itu. Mereka memilih untuk pergi dengan menggunakan mobil. Dengan pertimbangan jika menggunakan pesawat komersial, kemungkinan posisi Fatma dapat dengan mudah terlacak oleh Faissal.

Di perjalanan, sesekali Fatma menjelaskan siapa pria yang mengejarnya, dan alasan mengapa dirinya memutuskan untuk pergi. Tanpa membahas masa lalu yang membawanya masuk ke dalam kemelut yang saat ini ia hadapi. Pandangan buruk Omar terhadap Fatma sebelumnya telah dipatahkan dengan penjelasan dari wanita itu. Omar merasa jauh lebih tenang setelah mendengar penuturan dari si kucing liar yang menggemaskan itu.

Pagi ini langit Marbella cukup cerah. Wajar saja, saat ini sudah memasuki musim panas. Momen dimana banyak pelancong berdatangan dari berbagai negara. Bahkan bukan hal aneh lagi jika menyaksikan berbagai jenis plat kendaraan yang berbeda berseliweran di jalan-jalan. Seperti mobil yang mereka kendar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 26 (Sayang?)

    Sikap Omar membuatnya begitu kesal. Beberapa saat setelahnya, Omar masuk ke dalam mobil dan segera menutup kaca jendela mobil sepenuhnya. "Maaf membuatmu menunggu." Omar menyalakan menggeser tuas persneling yang memisahkan posisinya dengan Fatma dan meninggalkan tempat itu. Sedangkan Fatma hanya bergeming tanpa memberikan jawaban apapun. Jangan pikir jika Omar tidak mengetahui perasaan Fatma saat ini. Dia masih bisa mengingat dengan jelas siapa pria yang berdiri di sisi mobil tadi. Pria yang semalam tertangkap oleh pandangan Omar sendiri ketika berada di lobi. Pria yang menyebut nama Fatma dengan sangat lantang. Beruntung resepsionis dan petugas keamanan yang berjaga saat itu baru saja berganti shift, sehingga mereka mengatakan hal yang sebenarnya jika mereka tidak mengetahui ciri-ciri yang Faissal maksud. Khawatir jika pria itu mencari Fatma dengan memeriksa kamar satu per satu, maka Omar berinisiatif meninggalkan kamarnya sendiri dan beralih ke kamar Fatma. Pada sa

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 27 (Oh! Barcelona)

    Karena terlalu fokus, Fatma tidak menyadari kalau seseorang membalas tatapannya, "Apa kamu baru saja mengagumiku?" Omar terkekeh melihat gestur yang ditunjukkan Fatma. Si kucing liar itu gelagapan membenarkan scarf yang ia kenakan untuk mengalihkan rasa gugup. Hal itu membuat Omar semakin gemas dengan melihat tingkah polah Fatma yang jengah dengan tuduhan yang ia berikan. Panas matahari berganti senja yang memerah di langit kota yang disebut-sebut tak pernah tidur ini. Menjadi salah satu kota tersibuk setelah kota Madrid, Barcelona memiliki keistimewaan tersendiri bagi sebagian orang. Iklim hangat yang disajikan salah satu kota terbesar di Spanyol ini memiliki perbedaan dari kota lainnya. Fatma masih dengan kekaguman yang terukir di wajahnya. Tak begitu jauh dari posisi mereka terlihat sebuah bangunan dengan bentuk yang sangat unik dan megah. "Bangunan yang kamu lihat itu adalah Gereja Katholik Roma." Menyadari Omar yang mengajaknya berbicara, Fatma menoleh

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 28 (Dia Istriku)

    Reaksi apa yang diinginkan Fatma dari seorang pria yang baru saja mendengar pernyataannya? Dia ingin Omar terkejut? Marah? Kecewa? Atau mungkin meninggalkannya begitu saja? Apa Fatma berpikir jika Omar akan merasa jijik kepadanya, karena dengan suka rela menolong hingga sejauh ini hanya untuk seorang wanita muda yang sedang mengandung, entah dari bibit pria mana? Jika Fatma berharap akan kemungkinan itu, maka dugaannya salah. Satu menit. Dua Menit. Tiga menit. Pria itu menoleh dengan wajah yang tenang, "Jika apa yang kamu ucapkan itu benar, maka akulah ayah dari bayi yang kamu kandung." "Eh, apa aku tidak salah dengar?" batin Fatma. Kini Fatma-lah yang menunjukkan ekspresi terkejut maksimal. Saat Omar selesai dengan ucapannya, Fatma meremas pakaiannya dalam diam. Dia kesal karena pria itu sempat-sempatnya mengucapkan lelucon saat Fatma berusaha untuk membahas hal yang serius. Suara empuk seorang remaja laki-laki hadir di antar

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 29 (Tiba di Paris)

    Tidak ada masalah dengan kondisi Fatma yang sedang mengandung, juga sama halnya dengan statusnya sebagai wanita bersuami. Bahkan andaipun Fatma adalah seorang wanita malam, Omar tidak memedulikan hal itu. Pertemuan singkat mereka membuat Omar enggan untuk membiarkan Fatma pergi dari pandangannya. Sejak awal, dia kerap kali merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya sendiri. Setiap menatap mata Fatma, jantungnya berdebar lebih cepat. Rasa yang tidak pernah dia alami sebelum bertemu dengan si kucing liar. Kini ia mengerti, cinta pada pandangan pertama bukanlah sebuah mitos. Dengan menekan kedua tangan di pinggiran kursi, Omar merasakan sakit di hatinya. Bukan terhadap Fatma, melainkan orang-orang yang terlibat atas penderitaan yang dialami wanita itu. "Sudahlah, ayo kembali ke dalam mobil." ucap Omar dengan suara parau. Malam itu mereka memutuskan untuk tidur di dalam mobil. Membiarkan kaca jendela sedikit terbuka. Keduanya memang sama-sama butuh istirahat.

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 30 (Mansion Untuk Masa Depan)

    "Anda sudah dapat memeriksa email yang saya kirimkan, Tuan. Semua informasi yang Anda butuhkan ada di sana." seseorang menghubungi Omar dari sambungan telpon genggam. Ketika mereka berada di Barcelona, saat itu Fatma sedang tertidur, Omar menghubungi seseorang untuk mencari tahu informasi tentang Tuan Ridwan. Dan dalam waktu singkat, semua informasi yang dia butuhkan sudah berada di dalam genggaman. Dia memutuskan sambungan telpon dan memasukkan benda itu ke dalam saku bersamaan dengan senyum yang terukir di wajah. "Bagaimana Fatma? Apa kamu menikmati perjalanan ini? Inilah kota Paris. Apa kamu pernah bermimpi berada di sini sebelumnya?" ujar Omar. Dia menangkap bayangan Fatma yang sedang mengagumi tiap sudut kota yang terlihat memukau. Tanpa menoleh, Fatma memberikan gelengan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Omar. Mobil yang sudah puluhan jam membelah jalanan kota Marbella hingga ke Paris itu berhenti tepat di depan sebuah bangunan mewah

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 31 (Pria Iblis Itu Sudah Meninggal?)

    Semenjak Omar meninggalkan dirinya di dalam kamar, Fatma mencoba mencerna setiap kejadian demi kejadian yang dia alami bersama pria itu. Pria yang entah memiliki motif apa sehingga bersikeras untuk menjadi ayah dari bayi yang ia kandung. Namun, yang terjadi padanya saat ini adalah layaknya seperti kisah-kisah fantasi. Di mana seorang gadis malang yang bertemu dengan seorang pangeran berkuda. Fatma selalu berpikir dengan rasional, bahwa tidak ada pria sempurna yang begitu saja mencintai wanita dengan serba kekurangan sepertinya. Akan tetapi tiap kali Fatma mencoba mencari setitik kebohongan di mata Omar, dia tidak menemukan apapun di sana. Dan, kisah fantasi itu benar-benar terjadi di dalam kehidupannya saat ini. Tidak, Fatma tidak bisa mengingkari bahwa dia tidak memiliki sedikitpun perasaan kepada pria itu meski dia sempat mengagumi. Di dalam kamar, Fatma kembali mengedarkan pandangan. Rasa takjub lagi-lagi membuatnya ternganga untuk ke sekian kali. Semua fasi

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 32 (Dua Pria Kembar yang Tampan)

    Omar menatap tajam saudara kembarnya yang terlihat berantakan. Dia sempat melihat Omran bertandang ke mansionnya beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, dia justru pergi begitu saja sebelum mengucapkan apapun kepada Omar. Sebelumnya, mereka sempat berkomunikasi melalui sambungan telpon. Karena itulah Omar segera menyusul Omran tanpa memberi tahu Fatma terlebih dahulu. Omar merampas gelas wine yang berada di atas meja lalu melepaskannya hingga serpihan kaca gelas yang pecah menyebar ke permukaan lantai. "Apa hanya dengan cara ini kamu menghabiskan waktu?" ucap Omar dengan wajah lelahnya. "Apa pedulimu? Pantas saja kamu tidak mendapatkan jantung itu untukku. Rupanya kamu sedang bersenang-senang dengan wanita murahan." Omran menatap sinis saudara kembarnya, " Cih! Aku pikir kamu peduli." Suasana club malam tiba-tiba menjadi sepi. Padahal sebelumnya terdengar riuh dengan dentuman-dentuman musik pengiring. Petugas keamanan bahkan menyuruh semua pe

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 33 (Ini Bayi Kita)

    Denting sendok dan garpu terdengar bersahutan di dalam ruang makan. Fatma dan Omar menikmati makan malam berdua dalam hening. Sesekali Omar memandang wajah Fatma yang sedang fokus dengan apa yang dia kunyah. Pria itu merasakan ada raut yang berbeda muncul di wajah Fatma. Si kucing liarnya terlihat lebih tenang dari pada sebelumnya. "Makanan ini ... Kamu yang memasaknya?" Omar membuka percakapan setelah keduanya selesai dengan piring mereka masing-masing. Tanpa memberikan jawaban, Fatma menaikkan kedua alisnya dengan wajah datar. "Aku rasa, aku baru saja menikmati hidangan dari restauran ternama," ucap Omar dengan jujur. "Jangan berlebihan, aku hanya sedikit membantu pekerjaan Bibi Halima." Omar tersenyum kecil, wanita cantik yang membalas ucapannya itu masih saja bersikap ketus. Akan tetapi, Omar bisa memastikan jika suasana hati Fatma saat ini dalam keadaan baik. Terlihat dari raut wajahnya yang tenang. Beberapa saat setelahnya ... "F

Latest chapter

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 133 (Bessalama ...)

    Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh ... Salam Sejahtera ... Dear, Sahabat Readers. Terima kasih atas kesediaan kalian mengikuti kisah FATMA BOUSSETTA ini dari awal hingga akhir. Semoga ada banyak pesan moral yang bisa kalian ambil dari kisah ini. Kisah ini sebagian besar diambil dari kisah nyata kehidupan milik mertua Author yang berasal dari Negara Maroko (Maghriby). Fatma Boussetta kini sudah berusia 87 tahun dan masih terlihat bugar, meskipun saat ini hidupnya ditunjang dengan pacemaker (sebuah alat pacu jantung yang menggunakan tenaga baterai yang ditanamkan melalui pembedahan ke dalam dada). Mohon kiranya Sahabat Readers berkenan meluangkan waktu untuk memberikan doa kepada beliau agar memiliki kesehatan serta umur yang panjang. Kisah ini sudah mendapatkan persetujuan dari beliau untuk dipublikasikan oleh Author. Semoga para Sahabat Readers menyukai kisah ini dan jangan lupa untuk terus memberikan dukungan d

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 132 (Assouira)

    "Maju satu langkah lagi, maka aku akan melenyapkan nyawa istrimu." Tuan Gamal memberikan ancaman yang serius. Ujung kayu itu sudah menyentuh perut tawanannya. Dia siap menghujamkan benda itu jika dirinya merasa terancam. Salah satu penjaga mendekati Tuan Gamal, kemudian membisikkan sesuatu. "Bagus, kau sudah menyiapkan helikopter itu." Tuan Gamal tersenyum puas, dengan satu kibasan tangan dia mengisyaratkan penjaga itu untuk berdiri tepat di belakang tubuh tawanannya. "Brengs**k!" umpat Omran. Tidak ada yang bisa dia lakukan, selain mengikuti kemauan Tuan Gamal. "Jangan banyak mengulur waktu, lepaskan cucuku sekarang juga!" ucap Tuan Besar Benmoussa. Matanya melirik ke arah wanita yang bersimbah darah terduduk dan terikat di kursi tua itu. Tuan Benmoussa tidak bisa membayangkan betapa sakit yang dirasakan cucu kesayangannya. Tapi dia bisa memastikan wanita itu masih bergerak. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala saat ujung kayu terasa menyentuh perutnya. Se

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 131 (Negosiasi)

    ["Bu, aku tidak bisa menemuimu, ada banyak orang-orang suruhan Keluarga Benmoussa sedang berkeliran mencari keberadaanku."] Pesan singkat diterima oleh Meryem yang berasal dari ponsel milik Sabrina. Sebenarnya Meryem ingin menyiksa Fatma secara bergantian bersama Sabrina--putri kesayangannya. Namun, sepertinya hal itu tidak memungkinkan saat ini."Ibu akan memastikan kamu mendapatkan apa yang semestinya kamu dapatkan, Sayang." Maryem kemudian mengirimkan video rekaman penyiksaan yang dia lakukan terhadap tawanannya.["Aku serahkan semuanya kepadamu, Bu. Aku menyesal tidak bisa membalaskan dendam itu dengan tanganku sendiri. Maafkan aku."]"Tenanglah, Sayang ... Sepertinya Keluarga Ahbity dan Benmoussa sudah masuk ke dalam perangkap, sebentar lagi ayahmu akan bernegosiasi dengan mereka. Ibu bisa pastikan setelah ini kita bisa hidup bebas." Meryem begitu bangga dengan pencapaiannya hari ini. Suara ringisan dan penyiksaan itu seolah membuatnya semakin bersemangat m

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 130 (Menghilang)

    Tuan Khaleed segera menghubungi Tuan Ayyoub melalui sambungan telepon untuk memastikan bahwa Fatma sudah tiba di kediaman mereka. Namun, sayangnya Tuan Ayyoub justru mengatakan bahwa putrinya dan Faissal tidak dapat dihubungi, setelah tadi Fatma sempat menghubunginya dan mengatakan bahwa mereka baru saja mendarat melalui bandara yang berada di Tangier.Kegelisahan tiba-tiba saja membuat semua orang kini tidak mampu mengenyahkan pikiran buruk mereka tentang Fatma. Sabrina mungkin belum lari terlalu jauh. Tapi, tidak menutup kemungkinan dia bisa melancarkan aksinya melalui orang lain.Kepanikan semakin menyerang membabi buta di dalam benak Omran kala cuaca buruk tiba-tiba saja menyelimuti langit Paris, sehingga tidak memungkinkan bagi Omran dan kedua orang tuanya untuk segera menyusul Fatma menggunakan jet pribadi yang mereka miliki. Waktu seolah tidak berpihak pada mereka. Di kala Fatma sedang terancam, seolah langkah mereka harus berhenti tanpa bisa melakukan apa-apa s

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 129 (Dokter Farouk Tidak Bersalah)

    "Apa kamu tidak sedang bercanda, Omar?" tanya Nyonya Adeline yang kini merasakan sendi-sendinya melemah sehingga dia seolah tidak lagi mampu berpijak. "Maaf, Ma ... Kami memiliki sebuah alasan menyembunyikannya yang kini alasan itu sudah tidak penting lagi." Omran menatap ke arah Sabrina yang kikuk, secepat mungkin wanita itu merubah raut wajahnya seolah terlihat bersalah, sehingga Omran yakin untuk tidak perlu membuka jati diri Sabrina yang menyamar sebagai Cassandra. "Kami benar-benar menikah sejak beberapa bulan yang lalu." Omran meneruskan ucapannya. "Ja-jadi ... Fatma mengandung janin siapa?" tanya Nyonya Adeline. "Janin si brengsek ini!" Omran menoleh kasar ke arah Dokter Farouk. "... Dia pasti sudah menjebak Fatma, karena aku yakin Fatma tidak serendah itu jika bukan karena dijebak," lanjutnya. "Benarkah itu, Dok?" tanya Soraya berusaha tegar. "Ibu sering melihat kebersamaan mereka di kantin." Bibi Halima menegaskan opini yang belum dipastikan kebe

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 128 (Salah Paham)

    "Wanita itu meninggalkanku," ucap Omran dengan suara yang lemah."Wanita itu meninggalkanku!" Dia mengulangi kalimat itu dengan suara yang sedikit lebih keras. Sesaat kemudian dia bangkit sambil meneriakkan kalimat yang sama, " Wanita itu meninggalkanku!" Kali ini suara Omran terdengar lebih keras lagi, bersamaan dengan kerasnya suara pecahan kaca meja rias yang baru saya dia pukul menggunakan genggaman tangannya."Aaaakh ..." Nyonya Adeline yang terkejut ikut berteriak histeris sambil memejamkan mata dengan kedua tangan mengepal menutupi wajah. Ketika matanya terbuka, dia harus kembali berteriak untuk kedua kali. Darah segar mengalir dari kepalan tangan Omran. Namun, pria itu seolah-olah tidak merasakan sakit sama sekali. Tentu, jika dibandingkan dengan luka itu, hatinya merasakan sakit yang jauh lebih besar.Tuan Khaleed refleks memeluk Nyonya Adeline yang terlihat syok."Omran! Kamu sadar apa yang baru saja kamu lakukan?" Tuan Khaleed meninggikan inton

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 127 (Perubahan Rencana)

    ***"Faissal, sepertinya rencana akan sedikit berubah. Aku pikir ada baiknya kita kembali ke Tangier bersama," ucap Fatma setelah membiarkan keheningan di antara mereka beberapa saat. Bukan tanpa sebab dia memutuskan ini. Dia sempat tersulut oleh sikap Sabrina sehingga harus memberikan beberapa petunjuk bagi wanita ular itu lebih cepat dari apa yang sudah dia rencanakan. Fatma yakin, Sabrina sudah bertindak dengan melibatkan Tuan Gamal dan Meryem dalam persoalan ini. Semestinya dia bisa menunda memberikan petunjuk, setidaknya sampai benar-benar siap. Namun, yang terpenting sekarang adalah berada satu langkah lebih cepat dari Sabrina dan kedua orang tuanya."Aku mengerti," jawab Faissal. Saat itu juga mereka menuju bandara. Ada beberapa itinerary yang dirubah melalui pemesanan tiket khusus yang dilakukan oleh Fatma. Sebenarnya ada cara yang lebih praktis, yakni dengan menggunakan jet pribadi milik Keluarga Besar Benmoussa, tapi sepertinya hal itu justru menjadi keputusa

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 126 (Aku Memaafkanmu)

    "Apa? Aku berkata yang sesungguhnya, 'kan? Dengar Fatma, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih egois dari pada kamu selama aku hidup. Jadi kamu pikir, dengan meminta perpisahan maka kamu akan bahagia?" Omran tak kuasa untuk mengungkapkan segala beban di dalam hatinya. Keberanian itu muncul begitu saja sejak dia mendengar pengakuan Fatma di hadapan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak mampu mencerna ucapan wanita itu.Sementara Fatma menutup kedua telinganya, Omran masih terus mencercanya dengan kenyataan yang tidak bisa terelakkan."Kamu berkhianat! Itu alasannya. Mari kita permudah ini, Omran! Hiduplah dengan normal bersama wanita ular itu.""... Kamu tahu kesalahanmu, kamu tahu siapa dia, dan kamu tahu semua ini tidak benar, lalu kamu dengan mudah melakukannya. Kamu tidak pantas untuk menerima cintaku!" Fatma menatap Omran dengan tatapan nyalang, seolah membuat lidah pria itu terkunci. Dia tahu, kesalahannya terhadap sang istri sulit untuk dimaafk

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 125 (Kamu Mencintaiku!)

    Wajah Sabrina memerah dengan rasa panik yang menguasai dirinya. Wanita itu merasa kecolongan dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Pantas saja sikap Omran terlihat berbeda ketika bersinggungan dengan Fatma. Rupanya mereka sudah merahasiakan pernikahan itu. Namun, hal yang masih belum dimengerti oleh Sabrina adalah bagaimana bisa Omran membiarkan istrinya yang sedang hamil pergi meninggalkan Paris. Tidak diragukan lagi bahwa Omran mengetahui kondisi Fatma yang sedang hamil. Akan tetapi, tampaknya pria itu tidak terlihat bahagia. Ada begitu banyak spekulasi di dalam kepala Sabrina, salah satunya adalah dugaan bahwa Omran tidak tahu bahwa janin yang dikandung Fatma adalah darah dagingnya sendiri. Meskipun selalu memandang rendah Fatma, hati kecil Sabrina tidak bisa mengelak bahwa Fatma tidak mungkin hamil dari pria lain selain dari suami sah nya. Kesetiaan wanita itu dalam ikatan pernikahan tidak bisa diragukan. Dugaan itulah yang paling masuk akal di antara dugaan-

DMCA.com Protection Status