Beranda / Romansa / Fatma Boussetta / CHAPTER 111 (Sebuah Kunjungan)

Share

CHAPTER 111 (Sebuah Kunjungan)

Penulis: Madam Assili
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Fatima merasakan kesedihan yang mendalam sehingga dia terpaksa membiarkan tangisannya tumpah seperti ini. Bayang-bayang pria di masa lalu kembali melintas di dalam benaknya. Dia merasakan pria itu masih ada di sisinya dan masih mencintainya. Namun, jika memang cinta itu masih ada, mengapa Tuan Ayyoub tidak berusaha mencari dan menyelamatkan Fatima yang tersiksa seperti saat ini.

Andaipun Tuan Ayyoub sudah berusaha menemukan Fatima, apakah cintanya masih sedalam dulu setelah melihat keadaan Fatima yang terlihat begitu buruk seperti sekarang? Fatima begitu merindu masa-masa yang telah berlalu. Atau mungkin pria itu kini sudah memiliki keluarga baru.

"A-Ayyoub ... Fff-Fatma," ucapnya terbata-bata dengan air mata yang membasahi bantal busuk dan berbau itu.

Fatima akhirnya lelah dalam keadaan kelaparan dan kehausan.  Sepertinya, pria yang selalu datang membawakannya makanan melupakan tugasnya malam ini. Biasanya, Fatima akan mengenali aroma makanan yang datang m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 112 (Kecurigaan)

    Tuan Ayyoub menyapu pandangannya ke sekitar. Ada beberapa bagian bangunan yang menurutnya perlu dibenahi."Aku pikir sepertinya tempat ini perlu dilakukan perombakan total." Tuan Ayyoub berjalan ke arah berlawanan dari arah yang ditunjukkan Dokter Habiba sebelumnya. Tadinya, Dokter Habiba berusaha menggiring pria itu menuju ruang pribadinya. Namun, Tuan Ayyoub justru semakin mendekat ke bagian belakang bangunan. Sesekali melirik bagian toilet umum yang tampilannya sedikit berbeda dari apa yang dia saksikan semalam. Untuk saat ini dia tidak ingin membahas itu, meskipun ada hal yang menurutnya tidak wajar.Tatapan Tuan Ayyoub beralih ke arah mata Faissal. Keduanya seolah saling memahami satu sama lain, mereka berkedip sekilas memberikan isyarat. Toilet yang semalam terlihat baik-baik saja, kini tampilannya seolah menunjukkan ruangan yang tidak layak pakai dengan cara disegel, dan Tuan Ayyoub yakin jika penyegelan itu baru saja dilakukan."Sebaiknya kita beralih te

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 113 (Menyelidiki)

    "Aku sangat berterima kasih kepadamu, Dok. Pengabdianmu terhadap rumah sakit perlu diperhitungkan. Kau pantas mendapatkan penghargaan lebih dari ini. Sepertinya aku tertarik untuk sering berkunjung ke sini," ucap Tuan Ayyoub tersenyum ke arah Dokter Habiba. Wanita itu berpikir jika akan mendapatkan kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan sang pria pujaan. Dengan malu-malu Dokter Habiba menyelipkan rambut ke sisi telinganya sambil tersenyum."Dengan senang hati," balasnya."Apa kau sudah memiliki pasangan, Dok?" tanya Tuan Ayyoub. Pertanyaan itu tentu membuat Dokter Habiba semakin takjub. Tidakkah itu merupakan sebuah pertanyaan pancingan untuknya sebagai lawan jenis. Sebelum Dokter Habiba menjawab, Tuan Ayyoub lebih dulu melanjutkan ucapannya, "Aku juga sebenarnya berpikir untuk memiliki pendamping."'Tapi sayangnya hanya Fatima yang boleh menempati posisi itu.' Tuan Ayyoub melanjutkan kalimat terakhirnya di dalam hati.Dokter Habiba terlanjur percaya di

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 114 (Tampilan Memprihatinkan)

    Tuan Ayyoub menoleh ke belakang, memastikan jika Faissal sedang menyusulnya, dan benar saja, pria itu sudah berada pada jarak yang tidak terlalu jauh lagi. Dia kemudian memberikan isyarat kepada Faissal untuk terus bergerak, apapun yang terjadi. Tanpa ragu Tuan Ayyoub bergegas masuk ke dalam bangunan itu. Dia harus mengabaikan akses masuk yang terhalang oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang menutupi.Saat memasuki ruangan itu, aroma busuk dan bau kotoran menguar ke indra penciumannya. Tuan Ayyoub hampir saja muntah, tapi dia mencoba untuk mengabaikan rasa itu, karena apa yang dia saksikan saat ini benar-benar membuatnya terkejut."Dokter Habiba!" ucapnya dengan lantang. Si pemilik nama terhenyak saat merasa dirinya terciduk sedang melakukan kekerasan kepada wanita gila yang saat ini berusaha membebaskan diri dari jeratan tali di lehernya. Dokter Habiba yang terkejut lantas melepaskan tangannya dari dua simpul tali yang sudah menjerat leher Fatima. Wajahnya menegang diliputi

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 115 (Rasa Bersalah)

    "Argh!" Tuan Ayyoub menggeram kesal setelah Fatima sudah dipastikan sedang ditangani di dalam ruang gawat darurat. Apa yang dia alami hari ini benar-benar di luar dugaan. Dia memang mencurigai berbagai keganjilan yang terlihat. Akan tetapi dia tidak pernah mengira jika keganjilan itu ada hubungannya dengan Fatima.Apakah senandung yang dia dengar semalam berasal dari suara sang istri. Pantas saja Tuan Ayyoub merasakan hal yang berbeda saat mendengarnya."Jangan hubungi pihak keamanan, sementara waktu. Biarkan dokter iblis itu menikmati malamnya di sana," ucap Tuan Ayyoub kepada Faissal."Dengar! Ini adalah perintah! Jangan ada satu pun di antara kalian yang memmbocorkan kejadian ini, bahkan kepada keluarga-keluarga kalian di rumah. Dan satu hal lagi, jangan ada yang mendekati bangunan di belakang. Jika ada yang melanggar, aku pastikan kalian akan menerima akibatnya." Tuan Ayyoub mengucapkan kalimat itu dengan lantang. Beruntung saat itu tak ada

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 116 (Pil Pencegah Kehamilan)

    ***"Kopi? Teh?" tawar Sabrina."Tidak usah, terima kasih." Omran duduk bersandar di kursi pelataran villa pribadi miliknya. Pandangannya menatap lurus ke arah pantai yang terlihat tenang di bawah tebing. Sejak kejadian itu, dia enggan untuk pulang ke rumah. Rasa bersalah terhadap Fatma membuatnya semakin dilanda rasa ketakutan untuk bertemu dengan wanita itu. Sementara itu, Sabrina memanfaatkan keadaan untuk terus mengekori keberadaan Omran."Pulanglah Cassandra, aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini," pinta Omran.Sabrina duduk di samping Omran yang terlihat melamun, "A-aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian," ucapnya.'Kamu pikir aku tidak tahu wajah palsumu itu, Sabrina," rutuk Omran di dalam hati. Namun, kali ini dia akan membiarkan Sabrina berada di dekatnya untuk sementara waktu selama wanita licik itu tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Bagi Omran, perselisihan dengan Fatma yang mungkin akan muncul saat dia pulang nanti adalah hal

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 117 (Kabar mengejutkan)

    "Sudah cukup lama kamu berada di sini, Fatma. Apa tidak sebaiknya kamu kembali ke Paris?" tanya Tuan Ayyoub saat mendapati sang putri tengah berbaring mandi matahari di atas kursi berjemur yang tersedia di taman terbuka, yang terletak di belakang bangunan kediamannya. Lebih tepatnya Fatma tidak sedang berjemur, dia hanya mengabaikan kehadiran matahari yang semakin meninggi. Dia sudah berada di tempat itu sejak pukul enam pagi dengan pakaian tertutup yang sungguh bukan kostum yang cocok untuk berjemur."Ibu belum pulih," balas Fatma membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.Tuan Ayyoub tentu tahu jika itu hanyalah sebuah alasan klise. Fatma nampak murung akhir-akhir ini, dan pasti ada hubungannya dengan seseorang di Paris."Ibumu baik-baik saja. Dia hanya butuh waktu untuk kembali pulih. Dokter mengatakan bahwa kondisi ibumu sebenarnya sudah bisa dikatakan pulih. Namun, entah mengapa dia masih bersikap seperti itu," ucap Tuan Ayyoub lesu. Ta

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 118 (Pelukan Keluarga)

    *** "Berhentilah berpura-pura, Bu. Aku tahu kau mencoba bersembunyi di balik topengmu. Aktingmu sangat mengesankan" Mendadak Fatima melepaskan tangannya dari tirai yang dia remas. Tadinya dia mencoba untuk mengintip keadaan di luar kediaman suaminya. Namun, entah sejak kapan Fatma masuk dan memerhatikan gelagatnya itu. "Aku tahu apa yang kau lakukan sepanjang waktu." Fatma melangkah maju tanpa ragu mendekati ibunya. "Jadi, apa kau tidak lelah berpura-pura?" tanyanya. Fatima menelan ludah. Dia tidak takut, tapi sikap yang ditunjukkan Fatma membuatnya merasa malu karena tanpa dia sadari Fatma sudah mengetahui kebohongannya sejak awal mereka bertemu. Fatima bukanlah sosok yang pandai berpura-pura, sementara Fatma sudah terbiasa dengan sikap kepura-puraan orang-orang di sekitarnya. Dia terlalu peka untuk hal-hal seperti ini. "Tidak perlu khawatir, aku hanya ingin berpamitan denganmu." Fatma melanjutkan kata-katanya. Dia mengikis jarak di antara me

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 119 (Bertanggung Jawab)

    Fatma mengambil penerbangan tercepat untuk tiba ke Paris. Setibanya di mansion, kondisi sudah dini hari. Jika biasanya tempat itu terlihat sepi di waktu malam, beda halnya dengan apa yang Fatma saksikan saat ini.Bersama Faissal dia memasuki ruang utama. Samar-samar terdengar suara perbincangan dari beberapa orang yang berasal dari ruang keluarga. Fatma menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Alisnya berkerut, merasakan sesuatu hal yang tidak masuk akal. Bukankah terlalu malam untuk berkumpul di ruang keluarga.Fatma menghentikan langkah Faissal dengan salah satu tangannya yang berada di awang-awang. Dia menajamkan pendengarannya. Terdengar isakan tangis dari Nyonya Adeline di antara suara pria yang terdengar sedang menjelaskan sesuatu. Ya, suara itu tak asing bagi Fatma. Suara dari pria yang masih berstatus sebagai suaminya sendiri."Aku tidak bisa menikahi Cassandra secara hukum agama sekarang. Setidaknya tunggu hin

Bab terbaru

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 133 (Bessalama ...)

    Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh ... Salam Sejahtera ... Dear, Sahabat Readers. Terima kasih atas kesediaan kalian mengikuti kisah FATMA BOUSSETTA ini dari awal hingga akhir. Semoga ada banyak pesan moral yang bisa kalian ambil dari kisah ini. Kisah ini sebagian besar diambil dari kisah nyata kehidupan milik mertua Author yang berasal dari Negara Maroko (Maghriby). Fatma Boussetta kini sudah berusia 87 tahun dan masih terlihat bugar, meskipun saat ini hidupnya ditunjang dengan pacemaker (sebuah alat pacu jantung yang menggunakan tenaga baterai yang ditanamkan melalui pembedahan ke dalam dada). Mohon kiranya Sahabat Readers berkenan meluangkan waktu untuk memberikan doa kepada beliau agar memiliki kesehatan serta umur yang panjang. Kisah ini sudah mendapatkan persetujuan dari beliau untuk dipublikasikan oleh Author. Semoga para Sahabat Readers menyukai kisah ini dan jangan lupa untuk terus memberikan dukungan d

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 132 (Assouira)

    "Maju satu langkah lagi, maka aku akan melenyapkan nyawa istrimu." Tuan Gamal memberikan ancaman yang serius. Ujung kayu itu sudah menyentuh perut tawanannya. Dia siap menghujamkan benda itu jika dirinya merasa terancam. Salah satu penjaga mendekati Tuan Gamal, kemudian membisikkan sesuatu. "Bagus, kau sudah menyiapkan helikopter itu." Tuan Gamal tersenyum puas, dengan satu kibasan tangan dia mengisyaratkan penjaga itu untuk berdiri tepat di belakang tubuh tawanannya. "Brengs**k!" umpat Omran. Tidak ada yang bisa dia lakukan, selain mengikuti kemauan Tuan Gamal. "Jangan banyak mengulur waktu, lepaskan cucuku sekarang juga!" ucap Tuan Besar Benmoussa. Matanya melirik ke arah wanita yang bersimbah darah terduduk dan terikat di kursi tua itu. Tuan Benmoussa tidak bisa membayangkan betapa sakit yang dirasakan cucu kesayangannya. Tapi dia bisa memastikan wanita itu masih bergerak. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala saat ujung kayu terasa menyentuh perutnya. Se

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 131 (Negosiasi)

    ["Bu, aku tidak bisa menemuimu, ada banyak orang-orang suruhan Keluarga Benmoussa sedang berkeliran mencari keberadaanku."] Pesan singkat diterima oleh Meryem yang berasal dari ponsel milik Sabrina. Sebenarnya Meryem ingin menyiksa Fatma secara bergantian bersama Sabrina--putri kesayangannya. Namun, sepertinya hal itu tidak memungkinkan saat ini."Ibu akan memastikan kamu mendapatkan apa yang semestinya kamu dapatkan, Sayang." Maryem kemudian mengirimkan video rekaman penyiksaan yang dia lakukan terhadap tawanannya.["Aku serahkan semuanya kepadamu, Bu. Aku menyesal tidak bisa membalaskan dendam itu dengan tanganku sendiri. Maafkan aku."]"Tenanglah, Sayang ... Sepertinya Keluarga Ahbity dan Benmoussa sudah masuk ke dalam perangkap, sebentar lagi ayahmu akan bernegosiasi dengan mereka. Ibu bisa pastikan setelah ini kita bisa hidup bebas." Meryem begitu bangga dengan pencapaiannya hari ini. Suara ringisan dan penyiksaan itu seolah membuatnya semakin bersemangat m

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 130 (Menghilang)

    Tuan Khaleed segera menghubungi Tuan Ayyoub melalui sambungan telepon untuk memastikan bahwa Fatma sudah tiba di kediaman mereka. Namun, sayangnya Tuan Ayyoub justru mengatakan bahwa putrinya dan Faissal tidak dapat dihubungi, setelah tadi Fatma sempat menghubunginya dan mengatakan bahwa mereka baru saja mendarat melalui bandara yang berada di Tangier.Kegelisahan tiba-tiba saja membuat semua orang kini tidak mampu mengenyahkan pikiran buruk mereka tentang Fatma. Sabrina mungkin belum lari terlalu jauh. Tapi, tidak menutup kemungkinan dia bisa melancarkan aksinya melalui orang lain.Kepanikan semakin menyerang membabi buta di dalam benak Omran kala cuaca buruk tiba-tiba saja menyelimuti langit Paris, sehingga tidak memungkinkan bagi Omran dan kedua orang tuanya untuk segera menyusul Fatma menggunakan jet pribadi yang mereka miliki. Waktu seolah tidak berpihak pada mereka. Di kala Fatma sedang terancam, seolah langkah mereka harus berhenti tanpa bisa melakukan apa-apa s

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 129 (Dokter Farouk Tidak Bersalah)

    "Apa kamu tidak sedang bercanda, Omar?" tanya Nyonya Adeline yang kini merasakan sendi-sendinya melemah sehingga dia seolah tidak lagi mampu berpijak. "Maaf, Ma ... Kami memiliki sebuah alasan menyembunyikannya yang kini alasan itu sudah tidak penting lagi." Omran menatap ke arah Sabrina yang kikuk, secepat mungkin wanita itu merubah raut wajahnya seolah terlihat bersalah, sehingga Omran yakin untuk tidak perlu membuka jati diri Sabrina yang menyamar sebagai Cassandra. "Kami benar-benar menikah sejak beberapa bulan yang lalu." Omran meneruskan ucapannya. "Ja-jadi ... Fatma mengandung janin siapa?" tanya Nyonya Adeline. "Janin si brengsek ini!" Omran menoleh kasar ke arah Dokter Farouk. "... Dia pasti sudah menjebak Fatma, karena aku yakin Fatma tidak serendah itu jika bukan karena dijebak," lanjutnya. "Benarkah itu, Dok?" tanya Soraya berusaha tegar. "Ibu sering melihat kebersamaan mereka di kantin." Bibi Halima menegaskan opini yang belum dipastikan kebe

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 128 (Salah Paham)

    "Wanita itu meninggalkanku," ucap Omran dengan suara yang lemah."Wanita itu meninggalkanku!" Dia mengulangi kalimat itu dengan suara yang sedikit lebih keras. Sesaat kemudian dia bangkit sambil meneriakkan kalimat yang sama, " Wanita itu meninggalkanku!" Kali ini suara Omran terdengar lebih keras lagi, bersamaan dengan kerasnya suara pecahan kaca meja rias yang baru saya dia pukul menggunakan genggaman tangannya."Aaaakh ..." Nyonya Adeline yang terkejut ikut berteriak histeris sambil memejamkan mata dengan kedua tangan mengepal menutupi wajah. Ketika matanya terbuka, dia harus kembali berteriak untuk kedua kali. Darah segar mengalir dari kepalan tangan Omran. Namun, pria itu seolah-olah tidak merasakan sakit sama sekali. Tentu, jika dibandingkan dengan luka itu, hatinya merasakan sakit yang jauh lebih besar.Tuan Khaleed refleks memeluk Nyonya Adeline yang terlihat syok."Omran! Kamu sadar apa yang baru saja kamu lakukan?" Tuan Khaleed meninggikan inton

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 127 (Perubahan Rencana)

    ***"Faissal, sepertinya rencana akan sedikit berubah. Aku pikir ada baiknya kita kembali ke Tangier bersama," ucap Fatma setelah membiarkan keheningan di antara mereka beberapa saat. Bukan tanpa sebab dia memutuskan ini. Dia sempat tersulut oleh sikap Sabrina sehingga harus memberikan beberapa petunjuk bagi wanita ular itu lebih cepat dari apa yang sudah dia rencanakan. Fatma yakin, Sabrina sudah bertindak dengan melibatkan Tuan Gamal dan Meryem dalam persoalan ini. Semestinya dia bisa menunda memberikan petunjuk, setidaknya sampai benar-benar siap. Namun, yang terpenting sekarang adalah berada satu langkah lebih cepat dari Sabrina dan kedua orang tuanya."Aku mengerti," jawab Faissal. Saat itu juga mereka menuju bandara. Ada beberapa itinerary yang dirubah melalui pemesanan tiket khusus yang dilakukan oleh Fatma. Sebenarnya ada cara yang lebih praktis, yakni dengan menggunakan jet pribadi milik Keluarga Besar Benmoussa, tapi sepertinya hal itu justru menjadi keputusa

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 126 (Aku Memaafkanmu)

    "Apa? Aku berkata yang sesungguhnya, 'kan? Dengar Fatma, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih egois dari pada kamu selama aku hidup. Jadi kamu pikir, dengan meminta perpisahan maka kamu akan bahagia?" Omran tak kuasa untuk mengungkapkan segala beban di dalam hatinya. Keberanian itu muncul begitu saja sejak dia mendengar pengakuan Fatma di hadapan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak mampu mencerna ucapan wanita itu.Sementara Fatma menutup kedua telinganya, Omran masih terus mencercanya dengan kenyataan yang tidak bisa terelakkan."Kamu berkhianat! Itu alasannya. Mari kita permudah ini, Omran! Hiduplah dengan normal bersama wanita ular itu.""... Kamu tahu kesalahanmu, kamu tahu siapa dia, dan kamu tahu semua ini tidak benar, lalu kamu dengan mudah melakukannya. Kamu tidak pantas untuk menerima cintaku!" Fatma menatap Omran dengan tatapan nyalang, seolah membuat lidah pria itu terkunci. Dia tahu, kesalahannya terhadap sang istri sulit untuk dimaafk

  • Fatma Boussetta   CHAPTER 125 (Kamu Mencintaiku!)

    Wajah Sabrina memerah dengan rasa panik yang menguasai dirinya. Wanita itu merasa kecolongan dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Pantas saja sikap Omran terlihat berbeda ketika bersinggungan dengan Fatma. Rupanya mereka sudah merahasiakan pernikahan itu. Namun, hal yang masih belum dimengerti oleh Sabrina adalah bagaimana bisa Omran membiarkan istrinya yang sedang hamil pergi meninggalkan Paris. Tidak diragukan lagi bahwa Omran mengetahui kondisi Fatma yang sedang hamil. Akan tetapi, tampaknya pria itu tidak terlihat bahagia. Ada begitu banyak spekulasi di dalam kepala Sabrina, salah satunya adalah dugaan bahwa Omran tidak tahu bahwa janin yang dikandung Fatma adalah darah dagingnya sendiri. Meskipun selalu memandang rendah Fatma, hati kecil Sabrina tidak bisa mengelak bahwa Fatma tidak mungkin hamil dari pria lain selain dari suami sah nya. Kesetiaan wanita itu dalam ikatan pernikahan tidak bisa diragukan. Dugaan itulah yang paling masuk akal di antara dugaan-

DMCA.com Protection Status