Hal pertama yang menyambut pandangan Fatma adalah begitu banyak pasangan muda mudi bercumbu di tiap-tiap sudut ruangan. Mereka seolah tak lagi merasa risih dengan banyaknya pasang mata yang menyaksikan. Seketika Fatma merasakan sesuatu bergejolak di dalam perutnya. Aroma alkohol berpadu asap-asap rokok menguar menembus indra penciuman. Mau tak mau wanita itu sesekali menahan napas sambil mengedarkan pandangan. Tak sedikit pria-pria hidung belang melihatnya dengan tatapan lapar. Namun, Fatma masih mampu untuk mengelak.
Dia tidak begitu yakin Omran berada di dalam ruangan itu. Merasa usahanya sia-sia, Fatma mencoba untuk beralih keluar dari tempat itu. Namun, di detik selanjutnya dia menyaksikan sesuatu yang membuat dadanya memanas.
"Aw!" pekik seorang wanita ja**ng yang saat itu menggoyang-goyangkan bokongnya di pangkuan Omran yang terlihat menikmati sensasi yang diberikan wanita itu." Fatma menarik rambut panjang wanita itu hingga sang wanita terjerembab di lanta
Brak! Ponsel yang tadi berada di dalam genggaman Fatma tanpa sengaja terjatuh seiring hadirnya gelenyar aneh yang wanita itu rasakan. Tubuh kekar sang suami membuat Fatma terkungkung dalam pelukan itu. Fatma ingin melawan, tapi detak jantung yang dia rasakan dari dada Omran membuat Fatma seolah tidak memiliki kekuatan untuk menghindar. Rasanya sama persis ketika mendiang Omar memeluknya. "Satu malam saja," ucap Omran dengan suara parau. Aroma alkohol berpadu dengan parfum maskulin dari tubuh pria itu menguar indra pencium Fatma. Otak Fatma seketika menjadi kosong. Omran menyergapnya dengan napas yang begitu hangat membelai ceruk lehernya yang jenjang. Dia tahu seperti apa cerita malam ini akan berakhir. Sialnya, Fatma bahkan tidak mampu melawan diri sendiri untuk tidak terhanyut dalam permainan yang dimulai oleh suaminya. Dia pasrah, karena percuma saja mengumpulkan akal sehat yang berulang kali terserak akibat sentuhan-sentuhan Omran. Lagi-lagi set
Omran menggeliat dengan beban pikiran yang terasa ringan sejak malam berlalu. Dia merasakan telah melalui malam yang indah bersama sang istri. Meskipun akal sehatnya memaksa Omran untuk mengakui bahwa apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi indah, Omran rela untuk tidak terbangun sama sekali dari tidurnya jika dihadapkan mimpi seindah itu.Pria itu mengerjap, menyebabkan bulu matanya mengibas perlahan saat kedua kelopak itu terbuka menyesuaikan penglihatan dengan cahaya matahari yang merembes dari celah tirai jendela. Kepalanya sedikit berdenyut dan Omran memilih untuk menutup matanya lagi. Tapi, di detik selanjutnya dia justru melebarkan kedua kelopak mata dan sontak bangkit dengan posisi duduk di atas tempat tidur, ketika menyadari bahwa saat ini dia berada di dalam ruangan yang tidak dia kenali. Omran mengedarkan pandangan ke seluruh tubuhnya sendiri. Tubuh bagian bawah masih ditutupi oleh selimut putih yang cukup tebal.Kemudian, dia memijat pang
Dinding putih tebal tepat berada di belakang WC umum, biasanya digunakan sebagai gudang penumpukan barang-barang bekas pakai. Bangunan itu sengaja dibangun terpisah dari bangunan utama. Hanya saja posisinya yang menempel langsung dengan toilet membuat tampilannya seolah-olah menyatu dengan bangunan rumah sakit. Tapi, sejak belasan tahun terakhir ini nampak seperti rumah tua yang ditumbuhi gulma-gulma liar. Bisa dipastikan hanya ada kehidupan hewan-hewan kecil serangga dan melata di dalam sana.Orang-orang telah didoktrin bahwa di dalam ruang itu terdapat sosok penunggu yang akan terdengar bersenandung di kala malam hari tiba. Tidak ada yang berniat untuk mendekat, apalagi berminat untuk membersihkannya.Tidak sedikit yang membuktikan desas-desus itu. Suara rintihan, senandung, tangisan, bahkan tawa yang menakutkan. Siapa yang peduli? Mereka yang berada di lingkungan itu hanya bekerja sesuai instruksi. Tidak ada inisiatif ataupun keinginan untuk melakukan se
Tuan Ayyoub dan Faissal saling melemparkan pandangan ketika mereka sudah berada dalam posisi bersisian. Seolah memiliki pemikiran yang sama, keduanya saling memberikan isyarat. Ada sesuatu yang seolah-olah tersembunyi di dalam rumah sakit ini. Entah apa, mungkin mereka butuh waktu untuk memastikannya.Sebenarnya masalah kecil seperti ini sudah biasa terjadi di manapun. Namun, perasaan Tuan Ayyoub justru berkata lain. Demi memecahkan rasa penasarannya, Tuan Ayyoub melangkah menuju toilet yang dimaksud setelah memastikan para petugas kebersihan sudah beralih tempat. Kondisinya terlihat bersih dan tidak semengerikan seperti apa yang diceritakan oleh kedua petugas kebersihan tadi. Hanya saja, aroma yang ditimbulkan terasa pengap ketika Tuan Ayyoub membuka pintu toilet tersebut. Keadaan seperti itu sudah cukup menjelaskan jika ruang toilet itu sudah jarang difungsikan oleh warga rumah sakit. Mungkin sesekali pengunjung menggunakannya karena tidak mengetahui cerita mistis yan
Fatima merasakan kesedihan yang mendalam sehingga dia terpaksa membiarkan tangisannya tumpah seperti ini. Bayang-bayang pria di masa lalu kembali melintas di dalam benaknya. Dia merasakan pria itu masih ada di sisinya dan masih mencintainya. Namun, jika memang cinta itu masih ada, mengapa Tuan Ayyoub tidak berusaha mencari dan menyelamatkan Fatima yang tersiksa seperti saat ini.Andaipun Tuan Ayyoub sudah berusaha menemukan Fatima, apakah cintanya masih sedalam dulu setelah melihat keadaan Fatima yang terlihat begitu buruk seperti sekarang? Fatima begitu merindu masa-masa yang telah berlalu. Atau mungkin pria itu kini sudah memiliki keluarga baru."A-Ayyoub ... Fff-Fatma," ucapnya terbata-bata dengan air mata yang membasahi bantal busuk dan berbau itu.Fatima akhirnya lelah dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Sepertinya, pria yang selalu datang membawakannya makanan melupakan tugasnya malam ini. Biasanya, Fatima akan mengenali aroma makanan yang datang m
Tuan Ayyoub menyapu pandangannya ke sekitar. Ada beberapa bagian bangunan yang menurutnya perlu dibenahi."Aku pikir sepertinya tempat ini perlu dilakukan perombakan total." Tuan Ayyoub berjalan ke arah berlawanan dari arah yang ditunjukkan Dokter Habiba sebelumnya. Tadinya, Dokter Habiba berusaha menggiring pria itu menuju ruang pribadinya. Namun, Tuan Ayyoub justru semakin mendekat ke bagian belakang bangunan. Sesekali melirik bagian toilet umum yang tampilannya sedikit berbeda dari apa yang dia saksikan semalam. Untuk saat ini dia tidak ingin membahas itu, meskipun ada hal yang menurutnya tidak wajar.Tatapan Tuan Ayyoub beralih ke arah mata Faissal. Keduanya seolah saling memahami satu sama lain, mereka berkedip sekilas memberikan isyarat. Toilet yang semalam terlihat baik-baik saja, kini tampilannya seolah menunjukkan ruangan yang tidak layak pakai dengan cara disegel, dan Tuan Ayyoub yakin jika penyegelan itu baru saja dilakukan."Sebaiknya kita beralih te
"Aku sangat berterima kasih kepadamu, Dok. Pengabdianmu terhadap rumah sakit perlu diperhitungkan. Kau pantas mendapatkan penghargaan lebih dari ini. Sepertinya aku tertarik untuk sering berkunjung ke sini," ucap Tuan Ayyoub tersenyum ke arah Dokter Habiba. Wanita itu berpikir jika akan mendapatkan kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan sang pria pujaan. Dengan malu-malu Dokter Habiba menyelipkan rambut ke sisi telinganya sambil tersenyum."Dengan senang hati," balasnya."Apa kau sudah memiliki pasangan, Dok?" tanya Tuan Ayyoub. Pertanyaan itu tentu membuat Dokter Habiba semakin takjub. Tidakkah itu merupakan sebuah pertanyaan pancingan untuknya sebagai lawan jenis. Sebelum Dokter Habiba menjawab, Tuan Ayyoub lebih dulu melanjutkan ucapannya, "Aku juga sebenarnya berpikir untuk memiliki pendamping."'Tapi sayangnya hanya Fatima yang boleh menempati posisi itu.' Tuan Ayyoub melanjutkan kalimat terakhirnya di dalam hati.Dokter Habiba terlanjur percaya di
Tuan Ayyoub menoleh ke belakang, memastikan jika Faissal sedang menyusulnya, dan benar saja, pria itu sudah berada pada jarak yang tidak terlalu jauh lagi. Dia kemudian memberikan isyarat kepada Faissal untuk terus bergerak, apapun yang terjadi. Tanpa ragu Tuan Ayyoub bergegas masuk ke dalam bangunan itu. Dia harus mengabaikan akses masuk yang terhalang oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang menutupi.Saat memasuki ruangan itu, aroma busuk dan bau kotoran menguar ke indra penciumannya. Tuan Ayyoub hampir saja muntah, tapi dia mencoba untuk mengabaikan rasa itu, karena apa yang dia saksikan saat ini benar-benar membuatnya terkejut."Dokter Habiba!" ucapnya dengan lantang. Si pemilik nama terhenyak saat merasa dirinya terciduk sedang melakukan kekerasan kepada wanita gila yang saat ini berusaha membebaskan diri dari jeratan tali di lehernya. Dokter Habiba yang terkejut lantas melepaskan tangannya dari dua simpul tali yang sudah menjerat leher Fatima. Wajahnya menegang diliputi