Damian mulai curiga dengan sikap Nenek Sundary terhadap Daiva yang begitu antusias mendekatinya. Bahkan neneknya baru mengenal sosok Daiva.
Bahkan sekarang Damian merasa neneknya mendekatkan Daiva dengan Keyko. Dalam hal ini Damian merasa dikucilkan dan sangat dibedakan dengan Keyko.
Apa mungkin selama ini dirinya bukan keluarga yang sesungguhnya meskipun statusnya sepupu dekat Keyko khayang Gumelar.
"Silakan diminum, Damian," titahku sambil menyodorkab teh panas ke hadapan Damian yang terlihat murung. Dari beberapa menit dia sampai di sini, wajahnya keliatan tak bersemangat dan banyak melamun.
Entah apa yang menjadi pikirannya. Duda tampan itu kemudian meraih cangkir berukuran sedang itu dan menyeruput teh gingseng minuman khas keluarga Gumelar.
"Jadi kamu mau tibggal di sini berapa lama?" tanya sambil menatapku teduh. Ada kepedihan yang tersimpan di netra coklatnya itu.
"Aku belum tahu. Nenek hanya berkata padaku untuk me
Hallo! Mari mampir lagi di karya saya Fatamorgana Sang Kapten Takdir Yang Tertunda
"Damian," desisku tajam membuat ekor mata Keyko mengikuti tatapanku. Di sana di depan pintu terlihat Damian berdiri dengan tegap dan berjalan masuk tanpa di suruh."Iva, ayok kita pulang," ucapnya lagi membuat Nenek Sundary tergesa berdiri."Daiva, malam ini dan seterusnya akan tetap dini. Dia akan merawat Nenek."Tapi, Nek__Damian berhenti. Tak lagi membantah. Tatapan tajam dan licik itu menguar dari mata Sang Nenek. Damian tahu siapa dan bagaimana si nenek ini.Wanita tua yang sangat jahat dan tak berperikemanusiaan. Ada segurat kegelisahan yang sangat kentara ditunjukkan oleh duda tampan itu.Aku hanya menghela napas pendek. Ku tunggu matanya bertemu dengan mataku untuk memastikan bahwa aku akan sangat baik-baik saja.Setelah terjadi perdebatan sebentar akhirnya Damian pulang. Masih jelas terlihat wajahnya yang menunjukkan kecemasan dan kekhawatirannya padaku.Aku hanya memberikan isyarat bahwa aku akan baik-baik saja. Aku
Tok tok tok, Seketika aku mekentingkan tubuhku mana kala kaget mendengur ketukan pintu itu sekali merasakan lidah Key menghisap kuat milikku. Dan seketika itu juga ada sesuatu yang menyembur membasahi wajahnya. Aku tersengal dan terengah dengan napas satu-satu. Sesuatu yang sydah lana sekali tidak kurasakan dari mantan pacarku ini. Akh! Dasar jalang! Aku memaki dan merutuki diriku sendiri. Gampang sekali tergoda dengannya. Dasar brengsek aku ini! "Sayang, ada yang ngetuk lagi. Aku apa kamu yang buka? Sedikit mengerjab luar aku merapikan bajuku dan dalamanku yang sudah tak tahu di campakkan oleh Keyko di mana. Dengan tergesa aku menghampiri pintu dan membukanya. "Maaf, Mbak Daiva. Saya cuma disuruh Nyonta besar untuk memberikan teh hangat kepada Mbak Daiva." Aku sedikit terkejut dengan kedatangan Mbok inah. Sebegiru perhatiannya Nenek sundary sampai sudah malam begini masih mengirimiku teh. "Terima ka
"Mbok Inah, bisa minta kunci serepnya kamar Mbak Iva!" Boom! Aku menciut mendengar suara Damian. Ketakutan merambatiku. Belum lagi aku bisa menguasai situasi tiba-tiba pintu sudah terbuka dan yang membuka itu itu adalah Keyko. Aku melotot melihat sikap konyol Key. Kenapa dia bertindak nggak waras begitu. "Key, kok kamu di sini? Bukannya ini__ "Ini kamarku kan? Sudah sewajarnyalah aku tidur di sini!" Jawaban ketus Keyko membuat Damian mengetatkan rahangnya. Sekilas mata abunya menangkap bayanganku ada dalam kegelapan. "Iva! Ayo kamu bangun! Kita harus segera ke kantor." "Maksud kamu apa Damian? Daiva sudah bekerja di sini untuk nenek. Dia nggak akan kerja di kantor kamu lagi!" Kali ini Damian sudah hilang kesadaran. Wajahnya tiba-tiba menggelap dengan mata tajam bak burung elang. Aku semakin menciut. Kekisruhan ini harus segera diatasi kalau nggak ingin ada keributan sepagi ini oleh dua orang ya
Rumah sakit Pelita, sebuah rumah sakit di pusat kota yang siang ini ramai pengunjung. Seorang dokter cantik tengah memeriksa pasien yang mengalami kecelakaan. Seorang gadis yang tak lain Daiva Gayatri Maheswari. Gadis yatim piatu yang menjadi korban tabrak lari di Jalan Panjaitan siang tadi. Mengalami luka serius pada kaki dan tangan hingga diharuskan memakai kursi roda. Sejauh itu semua baik-baik saja dan hanya mengalami shock. "Bagaimana, Dok?" tanya Damian dengan wajah tegang. Dari tadi dia mondar-mandir nggak jelas hanya menunggu kabar dari dokter cantik itu. "Apa Anda suaminya?" tanya dokter cantik itu. "Oh, saya calon suaminya, Dok. Bagaimana keadaan calon istri saya?" tanya Damian lagi karena tidak dapat jawaban sedari tadi Melisa Maharani, dokter cantik lulusan sarjana kedokteran itu mengeluh dalam hati. Kenapa setiap dia bertemu dengan laki-laki yang menurutnya sreg di hati selalu saja sudah jodoh orang lain? "Do
Aku tercengang melihat seseorang itu ternyata bukan Damian. Mengernyit kuat-kuat keningku. Siapakah orang ini? Apa salah kamar?Tapi, tidak! Lihatlah! Dia terus berjalan mendekatiku yang keheranan melihat kehadirannya."Daiva Gayatri Maheswari." Entah itu panggilan atau sekedar menyebut namaku. Tapi aku mengangguk pertanda aku mengiyakan."Saya Aldrich Kenry, orang yang menabrak kamu." Aku semakin mengernyitkan kening kuat. Sebuah kejujuran tapi tak diiringi dengan sebuah penyesalan.Hai! Aku mengerjab. Aneh sekali orang ini. Apakah orang ini masih sehat?"Maafkan saya, Daiva. Bukan bermaksud tidak bertanggung jawab dan meninggalkanmu tanpa pertolongan. Tapi saya benar-benar ada yang tidak bisa saya tinggalkan. Maafkan saya. Masalah administrasi sudah saya selesaikan."Aku masih bergeming mendengar dia bercicit panjang lebar. Dia pria tampan menurutku tapi agak sedikit urakan. Jadi jujur, aku agak nggak begitu merespon dengan sem
Mataku mengerjab liar mana kala bertemu dengan sorot mata menyeramkan itu. Dengan tergesa aku melepaskan pelukanku terhadap Keyko. Pria itu agak terkejut mana kalamelihatku melepaskan pelukannya tiba-tiba. "Ada apa?" tanyanya tak mengerti. Dia menatapku teduh seolah aku adalah kekasihnya. Sebelum aku menjawab apa-apa dari arah pintu terlihat dokter Melisa datang bersama dengan Damian. Duda tampan itu mengerutkan dahi saat melihat di ruanganku sudah ada nenek dan juga Keyko. "Wah sudah rame ya yang jenguk Mba Daiva. Bagaimana, keadaannya Mbak, sudah baikkan?" Aku tersenyum mendengar pertantanyaan dokter itu lalu mengangguk tanda iya. "Calon suami Mbak Daiva perhatian sekali, sampai mau menanyakan kondisi Mbak ke ruangn saya. Sungguh pria yang baik." Dokter Melisa memuji Damian dengan tulus. Keyko nampak menatap tajam ke arah Damian yang santai berdiri di belakang Dokter Melisa. Sedang Nenek Sundary seolah tak ingin melepaskan tatapan ta
Baik aku dan Keyko saling berpandangan sebelum akhirnya kami menoleh ke arah asal suara. Mataku menyipit. Dahiku mengerut melihat sosok itu. "Adricht!" Suara Keyko mendesis tapi terdengar tajam. Tapi aku malah menoleh ke arah Keyko. "Kamu kenak dengan dia?" tanyaku mendesis. "Dia adiknya Mika. Manta bos kamu di Cafe dulu," jawab Keyko sambil mengelus pipiku. Ternyata itu yang membuat Akdricht memandang aneh ke arahku. "Apa! Mau bikabg aku murahan? Gampang disentuh banya pria?" Tatapan mataku sudah memvonis ke arah pria muda itu. "Kamu ngapain ada di sini, heh?" tanya Keyko sambil mendekati pria itu. "A-aku, yang nabrak dia!" Jari telunjuknya mengarah padaku. Nggak sopan banget sich ngomongnya begitu. Setidaknya umurku lebh tua daripada dia. "Jadi kamu yang tabrak lari Daiva?" seru Keyko kencang. Membuatku sangat kaget. "Ta-pi aku sudah berusaha untuk bertanggung jawab kok, Key. Aku sudah bayarin srmya biayan
Tanpa ada yang menyadari sudah ada yang masuk ke dalam ruang intensif VVIP milik Daiva. Keyko yang sedang keluar dari kamar itu juga belum kembali. Sedang di ujung koridor masih berdiri seseorang yang memakai penutup wajah lalu meninggalkan tempat itu. Damian segera berlari ke arah kamar Daiva. "Daiva!" Suara itu hampir mengejutkan Damian yang baru saja sampai di depan pintu kamar. Dengan cepat dia membuka pintu kamar tersebut. "Damian baru saja ada yang masuk kamar Daiva dan mencoba memutus selang infusnya." Nada bicara Keyko berapi-api dengan mata nyalang kemana-mana seolah mencari sosok yang barusan keluar dari kamar itu. "Kamu mau tahu siapa yang nyuruh orang itu masuk ke kamar Iva dan memutus selang infusnya." Mata Keyko mengerjab sesaat. "Jadi kamu tahu orang yang akan mencelakakan Daiva?" tanyanya tak percaya. Damian hanya mendengus kasar mendengar pertanyaan Keyko. "Sepertinya kamu yang nggak peka sama kondisi, Key!" Keyk