Share

Ditembak

Author: Wening
last update Last Updated: 2021-08-31 10:31:00

Jalanan sangat padat di sore ini, Nadhira tak henti menggerutu di dalam hati ketika melihat macetnya kota Jakarta. Jika bukan karena ayahnya ia tak akan mau bekerja di Jakarta. Mungkin ia memilih kembali ke kota Yogyakarta, si kota pelajar.

Tanpa diduga supir ojol yang ia tumpangi ngerem mendadak, sehingga helm mereka saling bertubrukan.

"Hati-hati dong, pak!" ucap Nadhira dongkol.

"Maaf, neng. Ada ibu-ibu tadi yang lampu sennya ke kiri, ternyata belok ke kanan. Kaget saya.."

Sungguh emak-emak kurang ajar, batin Nadhira dongkol.

Nadhira kembali melamun dengan menatap beberapa gedung pencakar langit. Andai saja ayahnya disampingnya, pasti hidup Nadhira tak akan seperti ini. Ia harus bekerja menjadi tulang punggung keluarga.

Silau matahari membuat indera penglihatannya sensitif, Nadhira segera menutup kaca helm full face yang ia pinjam dari tetangga kosan. Jujur ia ke Jakarta hanya membawa baju saja, untuk perlengkapan yang lain ia membelinya secara dadakan. Jadi tak heran di hari pertama ia bekerja terlihat amburadul.

Ponselnya bergetar, Nadhira mengambil ponselnya yang ia gantung di leher. Tertera nomor baru. Gadis itu sedikit takut, berpikir yang tidak-tidak. Sesegera mungkin ia mengabaikan ponselnya yang berdering.

"Makasih ya, pak. Pakai O-pay bayarnya kan pak?" Nadhira melenggang masuk ke dalam kosan. Sebelumnya ia mengetuk pintu Rian yang berada di sebelah kamarnya. Berniat mengembalikan helm milik tetangganya.

Tetapi tak ada jawaban. Sudah dipastikan dia pergi bersama pacarnya. Kemana lagi lelaki bucin itu pergi jika tidak bersama pacarnya?

Gadis itu mengambil kunci dari dalam sepatu selanjutnya masuk ke kamar. sengaja sekali ia menaruhnya disitu, ia kerap menghilangkan benda kecil yang terlihat remeh itu.

Nadhira melepaskan helm, wangi mint tercium. Tetapi bagi Nadhira tak ada yang aneh, ia hanya membiarkan helm itu duduk manis di lantai. Sedangkan ia melihat profil nomor baru yang telah meneleponnya tadi.

"Ekna Firdausy!" gadis itu langsung berteriak seperti baru saja melihat hantu.

"Sudah lima belas kali dia menelepon aku? Ada apa?" Nadhira tiba-tiba tersenyum. "Pasti dia suka sama aku. Haha.. tidak akan ada orang yang menolak pesona Nadhira Khasanah."

Nadhira memang, lah, gadis paling percaya diri di muka bumi ini.

"Hallo assalamu'alaikum."

"Lo dimana?"

"Hah! Emang ada apa?"

"Yang lo bawa itu helm lo bukan?"

Atensi Nadhira beralih pada helm yang ia cuekin sejak tadi. "Gatau"

"Lo nuker helm lo dengan helm gue. Bilang sekarang posisi lo dimana? Gue sekarang berada di sekitar daerah kosan lo."

Mulut Nadhira tak berhenti menganga, kenapa ia begitu ceroboh sekali, sih? Dan kenapa helm-nya tertukar dengan helm kepala dapur yang super rese itu? Kenapa bukan pak Pasha atau Syasya atau—siapalah. Yang terpenting dia baik, gitu.

Duh, Nadhira keceplosan.

"Gue share location."

Setelah sambungan telefon mereka terputus, Nadhira merasa dongkol dengan dirinya sendiri. Hey, dia sudah meminjam helm dan menukarkannya? Jika Rian tau, bisa digantung di tiang dia.

Nadhira keluar kosan dengan membawa helm full face. Menunggu Ekna di luar gerbang, tangannya tak lepas dari benda pipih itu. Siapa tau dari sederet gebetan akan menelepon untuk mengobati rasa kesalnya.

Motor sport hitam berhenti di depan Nadhira. Lelaki itu mematikan motornya, lantas turun dari kuda besi itu.

"Maafin gue" pinta Nadhira tulus, setulus-tulusnya. Tak lupa ia memberikan tatapan puppy eyes andalannya.

Ekna menyerahkan helm Rian ditukar dengan helm miliknya. "Kosan lo, kosan campur?"

Nadhira menoleh mendapati seorang lelaki yang keluar dari kosan, lantas mengangguk. "Dapetnya ini, kamar mandi dalam dengan harga miring."

Bangunan itu tak lepas dari perhatian Ekna, "Lo sendiri?"

Lagi-lagi Nadhira mengangguk. "Mau mampir? Permintaan maaf gue, dikosan ada kopi. Mau ngopi?"

Ekna menaikkan alisnya.

"Eh sorry, gue kelewatan ngajak elo ke kamar gue." ucap Nadhira tampak frustasi dengan mulutnya yang terlalu licin mengajak Ekna masuk ke kamarnya.

"Boleh"

"Hah? T–tapi, gue tadi gak sengaja ngomong gitu. Ucapan gue, gue tarik. Gak sepantasnya gue mengajak cowok ke kamar gue."

Ekna tertawa hingga kedua mata sipitnya berbentuk sabit. Pipi putihnya mengkilat. Melihatnya saja membuat Nadhira ikut tertawa.

"Gue nggak akan macam-macam, kok. Jangan khawatir."

Kebodohan Nadhira yang kedua. Doubleb kill.

Mendengar itu Nadhira segera mempersilahkan Ekna ke dalam kamarnya. Ia membuka korden dan membuka pintu kamar. 

"Pintunya dibuka aja, biar nggak dipikir enggak-enggak."

"Maaf berantakan" jujur kamar Nadhira super rapi dan bersih. Itu hanya ucapan b**a-basinya agar tidak canggung.

Setelah ia membuatkan kopi untuk Ekna, ia bingung mau ngapain. Jika ia main ponsel, pasti dibilang tidak sopan. Jika ia guling-guling di kasur, sama saja tidak sopan.

Baiklah, Nadhira akan melamun saja. Siapa tau dari lamunannya ia akan menemukan wangsit.

Akhirnya dia menunduk menatap ubin lantai kamarnya.

"Kamu mau nggak jadi pacarku?"

Tetapi kalimat itu memecahkan lamunan Nadhira. Astaga, siapa yang mengatakan itu? Sepertinya otak Nadhira memang harus segera direparasi.

Nadhira mencoba kembali tenang. Ia menarik nafasnya kemudian mengangkat wajahnya. Tetapi betapa terkejutnya ketika melihat wajah Ekna hanya berjarak dua jengkal dari wajahnya.

Teriakan Nadhira tertahan, ia menutup mulutnya sendiri. "J-j-jadi itu tadi suaramu?"

Ekna mengangguk, tersenyum.

"Sebentar" Ekna melesat keluar.

Beberapa saat kemudian ia datang membawa kardus, tangan kanannya membawa buket bunga mawar. Meletakkan kardus di depan Nadhira, membukanya. Isinya adalah cokelat merek kesukaan Nadhira. Bagaimana dia tahu?

"Mau enggak jadi pacarku?" ulang Ekna, kali ini tawaran itu bertambah dengan senyuman, buket bunga, serta sekardus cokelat. Bonusnya sangat menggiurkan kali ini.

Gunungan es di dasar hati Nadhira meleleh.

"Tapi tunggu. Kenapa tiba-tiba–" Nadhira tak bisa melanjutkan saking terkejutnya. Bagaimana tak terkejut? Ia ditembak seperti tahu bulat yang digoreng dadakan.

"Aku juga tidak mengerti. Mungkin ini yang dikatakan takdir."

Jujur jika kalimat itu dikatakan oleh lelaki diluar sana, Nadhira langsung mengatakan "bullshit!". Tetapi entah kenapa jika Ekna yang mengatakannya, semuanya adalah kebenaran.

"Takdir? Apa kita pernah bertemu di reinkarnasi sebelumnya?"

Ekna tertawa mendengar kalimat yang dilontarkan Nadhira, "kamu lucu, masih tetap sama seperti dulu. Dan sejak dulu aku mencarimu"

Terkejut? Pasti. Tetapi ia tak bisa menemukan file memori tentang nama atau wajah Ekna di otakknya.

"Jadi gimana?"

"Iya, maau!" ucap Nadhira lantang lantas Ekna memeluk Nadhira bahagia.

"Makasih sudah menerima aku."

Nadhira hanya mampu mengangguk, hingga tanpa disadari, dengan seluruh rasa bahagianya yang meletup-letup, Nadhira tiba-tiba diserang rasa kantuk. Ia tertidur dalam dekapan kepala dapur itu. Sepertinya ia mimpi indah malam ini.

"Selamat malam ... jagoan" ucapnya lega setelah bertahun-tahun ia kembali disisi Nadhira-nya kembali.

Related chapters

  • Executive Chef Tampan   Tidak Kenal

    Bangun tidur, Nadhira menggeliat dibalik selimut berbulu lembutnya. Ia menguap, masih ada sisa mengantuk. Memandang langit-langit kamar lantas menyentuh jantungnya sendiri. Berharap jika jantungnya masih berdetak. "Masih hidup" Tenggorokannya kering, ia mengambil air dari galon kemudian meminumnya. Atensinya beralih pada ponselnya yang ter-charger semalaman. Tunggu. Ia ingat semalam baru saja jadian dengan Ekna. Buru-buru ia membuka kardus di sudut kamarnya. Ia merasa lega setelah mendapati cokelat-cokelat serta bunga mawar. "Syukurlah bukan mimpi." ucapnya memeluk kardus itu. Ia kembali mengambil ponselnya, melihat isi pesan atas nama Chef Ekna. Senyumannya mengembang ketika ia mendapati chat yang bertulis; "selamat tidur jagoan. Bertemu besok!" "Mimpi apa aku semalam? Astagaaaaa...!!" teriaknya guling-guling dikasur. *** "Pak, na

    Last Updated : 2021-09-02
  • Executive Chef Tampan   Dia Menyebalkan

    "Selamat malam." Nadhira hampir mengumpat, tangannya mengelus dadanya yang berdetak kencang. Ingat tadi siang tidak dipedulikan Ekna, ia berniat untuk balas dendam. Nadhira berdiri, berjalan menjauhi lelaki itu, keluar basemen dengan memakai helm full face kebesaran. Ekna tersenyum tipis. Bukannya mengejar Nadhira, ia malah pergi. Sampai di atas, Nadhira noleh, dilihatnya Ekna menghilang. Ada perasaan dongkol ketika lelaki itu tak mengejarnya. Awas saja jika nanti tiba-tiba peluk dari belakang, aku pukul titid-nya. Pikir Nadhira kesal. Semakin jauh ia berjalan, tiba-tiba ponselnya mati, ia menyesal karena sejak tadi ia bermain game hingga lupa tidak mengisi baterai.

    Last Updated : 2021-09-16
  • Executive Chef Tampan   Luka yang Belum Kering

    Ekna menaiki satu per satu anak tangga dengan hati-hati. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mamanya yang tiba-tiba berteriak di dalam kamar. Pembantu yang menjaganya tengah menjemur baju di belakang. Tak ada yang menjaga anak itu. "Mamaa! Mama kenapa?" kalimat polos itu terucap dari mulut Ekna setelah berdiri di ambang pintu. Alih-alih ingin memeluk sang Mama, Ajeng melempar gelas ke hadapan Ekna. "Keluar anak kurang ajar!" "Nyonya, astaga!" bik Minah lari tergopoh membersihkan pecahan kaca menggunakan lap yang sejak tadi ia bawa, takut jika anak juragannya itu terluka. Sedangkan kaki Ekna berdarah akibat serpihan kaca yang terpental mengenai kakinya. Ia menangis dengan keras. Bukannya sang mama menolong, ia menarik lengan si anak keluar kamar. Turun dari lantai dua dan mendorongnya secara brutal. "Mama!" Ekna berteriak sebelum ia benar-benar terjatuh berguling-guling. Ia

    Last Updated : 2021-09-20
  • Executive Chef Tampan   Ledakan Es Goreng

    Kamar penuh dengan banyak event serta booking dinner adalah surga bagi Nadhira. Bukan, sepertinya seluruh karyawan hotel the Harmony juga merasa senang. Mengerti karena apa? Tentu karena uang service dan tips lancar. Sebelum menceritakan soal uang yang diperoleh para hotelier, perlu digaris bawahi jika mereka juga rela membuang waktu liburannya. Tanggal merah adalah hari masuk mereka dan tanggal masuk adalah hari libur. Terdengar miris? Tidak lagi. Ketika kita menyenangi apa yang kita kerjakan, sesulit apapun dan se-capek apapun itu pasti semua terasa mudah. Jadi beginilah hidup para pegawai di dunia pariwisata. Contohnya di dunia perhotelan. "Selamat pagi Ibu Dara. Wah! Bertemu lagi dengan saya di Hotel Harmony. Bagaimana kabar Ibu?" Wanita dengan topi putih itu mengeja name tag di dada kiri Syasya. "Mbak Syasya rupanya. Aku sem

    Last Updated : 2021-10-25
  • Executive Chef Tampan   Pergibahan

    'Cup!'Kecupan itu masih sangat terasa di bibirnya meski kecupan kilat itu terjadi sudah lewat 2 jam lamanya. Jika boleh jujur, Nadhira ingin merasakan bibir Ekna lebih dalam lagi.Kira-kira apa rasa bibir Ekna, ya?Apel?Jeruk?Strawberry?"Strawberry boleh, lah." monolog Nadhira diakhiri senyuman. Tangannya mengelus-elus pipinya yang memanas. Sungguh ia malu mengakui jika Nadhira telah dibuat mabuk oleh lelaki itu.Nadhira mengigit bibir bawahnya, terkikik pelan sebelum mengatakan, "Ih bibirnya, memabukkan.""Dhira? Lo waras, kan? Nggak demam? Asli memang lo itu edan-nya kelewatan. Lama-lama gendeng kon!" ucap Syasya dengan logat Surabaya yang ia buat-buat.Nadhira kaget akibat kemunculan Syasya secara tiba-tiba. Ia berjingkat, "astaga Syasya!""Eh btw, lu digibahin noh sama orang-orang. Tau nggak?"Nadhira tersenyum melihat bayangannya sendiri di cermin. "Tau"Ia mengatakannya seakan

    Last Updated : 2022-02-18
  • Executive Chef Tampan   Tip or Change

    Hotel cukup ramai malam ini, telfon room service yang terus bersahutan dengan selang waktu hanya beberapa menit membuat orang service kuwalahan. Selain itu tamu ala carte datang silih berganti. Tak ada jeda sama sekali.Nadhira berjalan dengan langkah lebar membawa satu square tray aneka jus dan es teh menuju restoran. Membagikannya kepada tamu yang telah menunggu beberapa menit yang lalu. Selanjutnya kembali ke bar untuk mengambil beberapa minuman kembali."FOJ¹*nya 2, lemon tea, guava juice, avocado juice 4, dan yang terakhir MW²* 600ml 2. Oke, 3 CO³* sudah semua." ucap Bisma menancapkan 3 captain order.¹FOJ: fresh orange juice²MW: mineral water³CO: captain orderNadhira segera mengangkat square tray-nya kemudian membawanya ke room service. Gia titip americano buat diantar ke kamar."Ra, minta tolong anterin ke kamar, ya? Gue kurang orang ini" pinta Alan memberikan bill pada Nadhira."Resto juga rame, Lan. Gue udah b

    Last Updated : 2022-04-02
  • Executive Chef Tampan   Alcohol

    Dentuman musik yang memekakkan telinga, lampu warna-warni menyorot lantai dansa, lautan manusia yang berjoget fantastis, serta bau macam-macam alkohol yang berbaur dengan keringat manusia.Jika bukan karena Nadhira nyeplos jika dirinya belum pernah minum alkohol dan tidak tau apa itu clubbing, teman-temannya tidak akan memaksanya kesini."Kita di sofa ujung sana, gue tadi udah reservasi ama besti gue yang kerja di sini." ajak Aldo menarik lengan Nadhira.Nadhira sedikit terkejut melihat perubahan Aldo yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Hey! "Ra, kalo lo nggak mau minum gapapa kok. Gue temenin lo dengan sebotol coke in the rock." bisik Syasya diakhiri tawa geli.Setelah mereka duduk, Aldo segera mengambil menu di meja. Ia membolak-balik buku menu dengan menggigit kukunya, "karena gue lagi seneng, gue traktir kalian red wine 5 botol.""Ketiban rejeki dari mana lo? Nanti bisa nambah, kan, Do? Gue mau nyobain coctail bar sini." ucap Alan antusias dengan traktiran teman kerjanya itu.Al

    Last Updated : 2022-06-09
  • Executive Chef Tampan   My Guardian

    Ekna langsung melesat mengambil kunci mobil. Dan diluar dugaannya, kunci itu tidak berada di tempat. Ia langsung tau siapa penyebab hilangnya kunci mobilnya ini."Danu sialan!" umpatnya membayangkan wajah tengil Danu lantas keluar apartemen.Ekna mengambil jalan keluar dengan memesan ojek online. Sungguh sahabat karibnya itu menyusahkan saja. Dan satu lagi, diluar dugaannya juga, wanita lugu itu bisa masuk ke dunia malam. Bahkan tanpa sepengetahuannya. Dia pacarnya bukan, sih?Jujur dia mulai dongkol dengan kedua manusia itu yang menganggapnya tak pernah ada.***Ekna menerobos masuk ke dalam club, mencari seorang gadis diantara lautan manusia di lantai dansa.Tidak ada.Retinanya ia edarkan dan kembali membelah kerumunan hingga akhirnya Ekna menemukan Aldo yang tengah berjoget."Dimana cewek gue?"Aldo tetap berjoget senada dengan musik menghiraukan pertanyaan Ekna.Sekali lagi Ekna bertanya, "DIMANA NADHIRA?" kali ini dengan nada tinggi.Ekna meremas kerah baju Aldo dengan kasar, me

    Last Updated : 2022-10-05

Latest chapter

  • Executive Chef Tampan   My Guardian

    Ekna langsung melesat mengambil kunci mobil. Dan diluar dugaannya, kunci itu tidak berada di tempat. Ia langsung tau siapa penyebab hilangnya kunci mobilnya ini."Danu sialan!" umpatnya membayangkan wajah tengil Danu lantas keluar apartemen.Ekna mengambil jalan keluar dengan memesan ojek online. Sungguh sahabat karibnya itu menyusahkan saja. Dan satu lagi, diluar dugaannya juga, wanita lugu itu bisa masuk ke dunia malam. Bahkan tanpa sepengetahuannya. Dia pacarnya bukan, sih?Jujur dia mulai dongkol dengan kedua manusia itu yang menganggapnya tak pernah ada.***Ekna menerobos masuk ke dalam club, mencari seorang gadis diantara lautan manusia di lantai dansa.Tidak ada.Retinanya ia edarkan dan kembali membelah kerumunan hingga akhirnya Ekna menemukan Aldo yang tengah berjoget."Dimana cewek gue?"Aldo tetap berjoget senada dengan musik menghiraukan pertanyaan Ekna.Sekali lagi Ekna bertanya, "DIMANA NADHIRA?" kali ini dengan nada tinggi.Ekna meremas kerah baju Aldo dengan kasar, me

  • Executive Chef Tampan   Alcohol

    Dentuman musik yang memekakkan telinga, lampu warna-warni menyorot lantai dansa, lautan manusia yang berjoget fantastis, serta bau macam-macam alkohol yang berbaur dengan keringat manusia.Jika bukan karena Nadhira nyeplos jika dirinya belum pernah minum alkohol dan tidak tau apa itu clubbing, teman-temannya tidak akan memaksanya kesini."Kita di sofa ujung sana, gue tadi udah reservasi ama besti gue yang kerja di sini." ajak Aldo menarik lengan Nadhira.Nadhira sedikit terkejut melihat perubahan Aldo yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Hey! "Ra, kalo lo nggak mau minum gapapa kok. Gue temenin lo dengan sebotol coke in the rock." bisik Syasya diakhiri tawa geli.Setelah mereka duduk, Aldo segera mengambil menu di meja. Ia membolak-balik buku menu dengan menggigit kukunya, "karena gue lagi seneng, gue traktir kalian red wine 5 botol.""Ketiban rejeki dari mana lo? Nanti bisa nambah, kan, Do? Gue mau nyobain coctail bar sini." ucap Alan antusias dengan traktiran teman kerjanya itu.Al

  • Executive Chef Tampan   Tip or Change

    Hotel cukup ramai malam ini, telfon room service yang terus bersahutan dengan selang waktu hanya beberapa menit membuat orang service kuwalahan. Selain itu tamu ala carte datang silih berganti. Tak ada jeda sama sekali.Nadhira berjalan dengan langkah lebar membawa satu square tray aneka jus dan es teh menuju restoran. Membagikannya kepada tamu yang telah menunggu beberapa menit yang lalu. Selanjutnya kembali ke bar untuk mengambil beberapa minuman kembali."FOJ¹*nya 2, lemon tea, guava juice, avocado juice 4, dan yang terakhir MW²* 600ml 2. Oke, 3 CO³* sudah semua." ucap Bisma menancapkan 3 captain order.¹FOJ: fresh orange juice²MW: mineral water³CO: captain orderNadhira segera mengangkat square tray-nya kemudian membawanya ke room service. Gia titip americano buat diantar ke kamar."Ra, minta tolong anterin ke kamar, ya? Gue kurang orang ini" pinta Alan memberikan bill pada Nadhira."Resto juga rame, Lan. Gue udah b

  • Executive Chef Tampan   Pergibahan

    'Cup!'Kecupan itu masih sangat terasa di bibirnya meski kecupan kilat itu terjadi sudah lewat 2 jam lamanya. Jika boleh jujur, Nadhira ingin merasakan bibir Ekna lebih dalam lagi.Kira-kira apa rasa bibir Ekna, ya?Apel?Jeruk?Strawberry?"Strawberry boleh, lah." monolog Nadhira diakhiri senyuman. Tangannya mengelus-elus pipinya yang memanas. Sungguh ia malu mengakui jika Nadhira telah dibuat mabuk oleh lelaki itu.Nadhira mengigit bibir bawahnya, terkikik pelan sebelum mengatakan, "Ih bibirnya, memabukkan.""Dhira? Lo waras, kan? Nggak demam? Asli memang lo itu edan-nya kelewatan. Lama-lama gendeng kon!" ucap Syasya dengan logat Surabaya yang ia buat-buat.Nadhira kaget akibat kemunculan Syasya secara tiba-tiba. Ia berjingkat, "astaga Syasya!""Eh btw, lu digibahin noh sama orang-orang. Tau nggak?"Nadhira tersenyum melihat bayangannya sendiri di cermin. "Tau"Ia mengatakannya seakan

  • Executive Chef Tampan   Ledakan Es Goreng

    Kamar penuh dengan banyak event serta booking dinner adalah surga bagi Nadhira. Bukan, sepertinya seluruh karyawan hotel the Harmony juga merasa senang. Mengerti karena apa? Tentu karena uang service dan tips lancar. Sebelum menceritakan soal uang yang diperoleh para hotelier, perlu digaris bawahi jika mereka juga rela membuang waktu liburannya. Tanggal merah adalah hari masuk mereka dan tanggal masuk adalah hari libur. Terdengar miris? Tidak lagi. Ketika kita menyenangi apa yang kita kerjakan, sesulit apapun dan se-capek apapun itu pasti semua terasa mudah. Jadi beginilah hidup para pegawai di dunia pariwisata. Contohnya di dunia perhotelan. "Selamat pagi Ibu Dara. Wah! Bertemu lagi dengan saya di Hotel Harmony. Bagaimana kabar Ibu?" Wanita dengan topi putih itu mengeja name tag di dada kiri Syasya. "Mbak Syasya rupanya. Aku sem

  • Executive Chef Tampan   Luka yang Belum Kering

    Ekna menaiki satu per satu anak tangga dengan hati-hati. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mamanya yang tiba-tiba berteriak di dalam kamar. Pembantu yang menjaganya tengah menjemur baju di belakang. Tak ada yang menjaga anak itu. "Mamaa! Mama kenapa?" kalimat polos itu terucap dari mulut Ekna setelah berdiri di ambang pintu. Alih-alih ingin memeluk sang Mama, Ajeng melempar gelas ke hadapan Ekna. "Keluar anak kurang ajar!" "Nyonya, astaga!" bik Minah lari tergopoh membersihkan pecahan kaca menggunakan lap yang sejak tadi ia bawa, takut jika anak juragannya itu terluka. Sedangkan kaki Ekna berdarah akibat serpihan kaca yang terpental mengenai kakinya. Ia menangis dengan keras. Bukannya sang mama menolong, ia menarik lengan si anak keluar kamar. Turun dari lantai dua dan mendorongnya secara brutal. "Mama!" Ekna berteriak sebelum ia benar-benar terjatuh berguling-guling. Ia

  • Executive Chef Tampan   Dia Menyebalkan

    "Selamat malam." Nadhira hampir mengumpat, tangannya mengelus dadanya yang berdetak kencang. Ingat tadi siang tidak dipedulikan Ekna, ia berniat untuk balas dendam. Nadhira berdiri, berjalan menjauhi lelaki itu, keluar basemen dengan memakai helm full face kebesaran. Ekna tersenyum tipis. Bukannya mengejar Nadhira, ia malah pergi. Sampai di atas, Nadhira noleh, dilihatnya Ekna menghilang. Ada perasaan dongkol ketika lelaki itu tak mengejarnya. Awas saja jika nanti tiba-tiba peluk dari belakang, aku pukul titid-nya. Pikir Nadhira kesal. Semakin jauh ia berjalan, tiba-tiba ponselnya mati, ia menyesal karena sejak tadi ia bermain game hingga lupa tidak mengisi baterai.

  • Executive Chef Tampan   Tidak Kenal

    Bangun tidur, Nadhira menggeliat dibalik selimut berbulu lembutnya. Ia menguap, masih ada sisa mengantuk. Memandang langit-langit kamar lantas menyentuh jantungnya sendiri. Berharap jika jantungnya masih berdetak. "Masih hidup" Tenggorokannya kering, ia mengambil air dari galon kemudian meminumnya. Atensinya beralih pada ponselnya yang ter-charger semalaman. Tunggu. Ia ingat semalam baru saja jadian dengan Ekna. Buru-buru ia membuka kardus di sudut kamarnya. Ia merasa lega setelah mendapati cokelat-cokelat serta bunga mawar. "Syukurlah bukan mimpi." ucapnya memeluk kardus itu. Ia kembali mengambil ponselnya, melihat isi pesan atas nama Chef Ekna. Senyumannya mengembang ketika ia mendapati chat yang bertulis; "selamat tidur jagoan. Bertemu besok!" "Mimpi apa aku semalam? Astagaaaaa...!!" teriaknya guling-guling dikasur. *** "Pak, na

  • Executive Chef Tampan   Ditembak

    Jalanan sangat padat di sore ini, Nadhira tak henti menggerutu di dalam hati ketika melihat macetnya kota Jakarta. Jika bukan karena ayahnya ia tak akan mau bekerja di Jakarta. Mungkin ia memilih kembali ke kota Yogyakarta, si kota pelajar. Tanpa diduga supir ojol yang ia tumpangi ngerem mendadak, sehingga helm mereka saling bertubrukan. "Hati-hati dong, pak!" ucap Nadhira dongkol. "Maaf, neng. Ada ibu-ibu tadi yang lampu sennya ke kiri, ternyata belok ke kanan. Kaget saya.." Sungguh emak-emak kurang ajar, batin Nadhira dongkol. Nadhira kembali melamun dengan menatap beberapa gedung pencakar langit. Andai saja ayahnya disampingnya, pasti hidup Nadhira tak akan seperti ini. Ia harus bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Silau matahari membuat indera penglihatannya sensitif, Nadhira segera menutup kaca helm full face yang ia pinjam dari tetangga kosan. Jujur ia ke Jakarta hanya membawa baju saja, untuk perlengkapan yang lain ia membe

DMCA.com Protection Status