Bersama Wati, Barata masuk ke dalam Hutan Jalungporo bagian terdalam. Dia tidak menunda-nunda waktu untuk istirahat lagi. Jejak-jejak pertarungan yang ada di sekitar gua memberi tahu dia bila bagian terdalam Hutan Jalungporo memiliki sebuah misteri. Barata tertarik dan penasaran dengan apa yang ada di Hutan bagian terdalam.
Pada saat dia berjalan masuk ke dalam hutan. Barata merasakan ada beberapa pasang mata yang menatapnya. Barata dan Wati berjalan dengan langkah yang cepat. Dia memastikan kondisinya terlebih dahulu, apakah kondisinya sudah pulih seutuhnya atau belum. Barata tidak ingin memiliki sebuah pertarungan yang sengit tanpa memastikan kondisinya. Tanpa mengetahui keadaannya sendiri, Barata tidak bisa melakukan sebuah pertarungan. Dia tahu betapa sulitnya menghadapi lawan yang kuat dengan keadaan yang buruk.Saat dia berjalan bersama dengan Wati, dia bertemu dengan kumpulan zombie yang jumlahnya tidak sedikit. Barata tidak menggunakan pusakanya untBarata memang merasa ada yang salah dengan situasi di depan, tapi dia tidak tahu apa itu. Dengan melihat keadaan dan situasi yang ada di sekitarnya, Barata merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia jarang mendapatkan perasaan semacam ini bahkan di saat dia berhadapan dengan maut, tapi kali ini dia merasa tak tenang. Hal itu terjadi bukan karena pertarungan dari dua monster itu, tapi datang dari suatu hal yang tak dia ketahui. Barata menatap lekat-lekat setiap arah, dan dia merasa bila bahaya yang besar sedang mengintainya. Perasaan semacam itu benar-benar buruk dan membuatnya tak bisa berkonsentrasi penuh.Dua monster itu belum juga menyelesaikan pertarungannya, dan mereka masih bertarung dengan gilanya. Barata mengamati pertarungan itu dengan tenang sambil menunggu kesempatan yang ada, dan dia juga mengamati keadaan sekitarnya dengan waspada. Setiap gerakan yang tidak normal selalu masuk ke dalam perhatiannya. Barata tidak bisa tidak merasa cemas dengan adanya keberadaan so
Barata yang dipukul mundur tidak bisa tidak merasa kesal dengan keadaan di depannya. Pria itu benar-benar menunjukkan perbedaan kekuatannya dengan jelas. Hanya dari pukulan itu, Barata merasa benar-benar tak berdaya. Dia hanya mengira jika kekuatan pria itu benar-benar berada dalam tingkatan yang tidak masuk akal untuk masa semacam ini.Perbedaan kekuatan meski hanya seujung kuku sekalipun akan terasa mengerikan jika mereka berada di tingkatan yang tinggi. Kali ini, Barata bertemu dengan lawan yang sangat tangguh dan berbahaya.Pria itu berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi tapi tidak sampai lari. Dia hanya mempercepat langkahnya saja, dan setiap langkahnya begitu membumi hingga mengguncang. Barata yang berhadapan dengannya tidak bisa tidak menelan ludah saat merasakan tekanan darinya. Dia yang sudah mempersiapkan tekadnya pun tidak bisa tidak merasa buruk dengan seluruh keadaan ini. Semakin lama dia melihat lawannya, semakin lawannya terasa besar. Ba
Saat dia menghadapi sebuah serangan yang mematikan, Barata hanya menghindarinya. Dia tidak menghadapinya secara langsung ataupun menahannya karena tingkat kekuatan yang ada dalam serangan itu sangat besar. Barata berusaha untuk menghindari semua serangan yang dilepaskan oleh Bawono. Setiap pukulannya mampu menghancurkan apapun, dan Barata sangat memahaminya setelah dia menghindari pukulan-pukulan itu. Barata mencoba untuk tetap tenang selagi dia berhadapan dengan lawan yang mengerikan ini.Beberapa kali ia hampir saja terbunuh. Serangan yang Bawono lakukan benar-benar mengancam jiwa. Pukulan demi pukulan itu seperti uluran tangan dari dewa kematian. Barata berulang kali berhadapan dengan hal itu, apalagi setelah Bawono mengendalikan angin. Serangannya menjadi semakin cepat, kuat, dan berbahaya. Dia sudah mencoba untuk menghadapinya, tapi ketika dia melihat pukulan Bawono. Dia tahu jika menahannya secara langsung hanya akan melukai dirinya sendiri.“Apa yang b
86.Di sebuah pemukiman kecil yang terletak tidak jauh dari Hutan Jalungporo, para penghuni tempat itu sedang mempersiapkan pertahanan serta mengumpulkan segala persediaan yang ada pada satu tempat. Ada beberapa orang yang membawa senjata dan mereka menjaga pemukiman tersebut. Tempat yang begitu nyaman dan asri karena dekat dengan hutan. Meski hanya dipagari oleh pagar kayu sederhana. Mereka tidak terlalu khawatir dengan zombie karena pagar-pagar itu memiliki ujung yang runcing dan lancip.“Apa Kakang Sudro akan meraih kemenangan lagi? Kali ini dia bekerja sama dengan banyak orang. Aku yakin mereka akan memenangkan pertempuran itu dan membawa banyak jarahan. Siapa yang tahu apa yang akan dia bawa. Dengan bala bantuan yang begitu banyak, aku tidak bisa membayangkan kekalahan mereka. Jika mereka sampai kalah, mungkin kita akan berada dalam bahaya,” ucap seorang pria penjaga yang membawa golok sambil mengawasi sekitarnya.Pria yang berada di d
Barata melihat para penduduk dengan tenang. Tawarannya sama sekali tidak berubah meski dia membuat mereka merasakan neraka. Dia benar-benar menunjukkan sisi yang berbeda pada mereka. Pada pertama kalinya dia bersikap baik lalu mengancam dan sekarang dia bersikap biasa saja. Barata mengajak mereka bergabung dengan wilayahnya tanpa memikirkan identitas mereka. Dia membutuhkan banyak tenaga untuk membuat wilayahnya berkembang.“Bagaimana?” tanya Barata dengan suara yang dingin.Dia memberitahu mereka untuk segera memberikan jawaban yang jelas. Bagaimanapun juga, dia tahu bila situasi yang nanti akan dia hadapi tidak jauh lebih buruk lagi. Dia perlu mendapatkan banyak kekuatan dan tenaga untuk mengantisipasi segala hal buruk yang mungkin akan terjadi. Barata menanti jawaban mereka, tatapan matanya tertuju pada salah seorang penjaga yang memiliki aura atau hawa keberadaan yang berbeda dengan yang lainnya.Karena masalah ini bukanlah masalah keci
Beberapa hari belakangan ini, Bowo merasa bila aktivitas zombie di sekitar Lembah Kehidupan meningkat tajam. Biasanya mereka tidak akan memasuki area jebakan yang sudah ia tanam. Dua menara dan pagar yang sudah dia buat untuk mengamati pergerakan zombie atau penyusup telah melaporkan ada banyak aktivitas zombie yang membuat mereka tak berhenti bertarung setiap malamnya.Laporan yang dibawa oleh para pejuang yang berjaga-jaga di pos depan benar-benar membuat Bowo merasa tidak nyaman. Meski mereka berhasil mendapatkan kemenangan pada setiap serangan yang terjadi, Bowo masih tidak bisa merasa tenang dengan kejadian tersebut. Semua itu tetap memberikan dampak pada keamanan wilayah serta menunjukkan bila pergerakan zombie benar-benar tidak dapat diprediksi dan condong mengancam keamanan seluruh wilayah.Bowo mengumpulkan ketiga pemimpin regu pejuang. Dia juga membawa seorang pria lain yang menampuk posisi sebagai ketua regu pencatatan atau sensus. Mereka berlima
Dengan kepemimpinan Barata, para penduduk dari pemukiman di Hutan Jalungporo dapat bernafas lega di sepanjang jalan. Pertarungan melawan zombie bukan lagi masalah besar untuk Barata, apalagi setelah dia menguasai dua pusaka utamanya, yakni Pusaka Kalimedeni dan Pusaka Batu Api. Dua pusaka awal yang membantunya hingga pada titik ini. Selain itu, beberapa penjaga yang ikut serta dalam perjalanan ini juga tidak menganggur. Mereka melindungi para penduduk dari samping, dan Barata lah yang menghabisi zombie ataupun monster yang ada di depan.“Aneh sekali, tempat ini seharusnya bersih dari monster ataupun zombie. Terakhir kali, saat aku melewati tempat ini, aku sudah membersihkannya. Namun, kenapa tempat ini dipenuhi oleh makhluk-makhluk sialan ini? Apa ada kejadian di sekitar sini yang menyebabkan perubahan pada mereka, jika ada apa itu?” tanya Barata saat dia menebas zombie terakhir yang merangsek maju dengan beringas ke arahnya.Barata berbalik dan
Dia datang dengan melepaskan bola-bola api dan menggunakan pedangnya untuk memenggal belasan zombie. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti walaupun zombie sudah menghilang dari jarak jangkauan serangannya. Barata terus maju dan menyerang zombie-zombie ini. Dia juga melihat ada beberapa pejuang yang tergigit oleh zombie. Tanpa pikir panjang, dia langsung membakar mereka.“Sialan!! Kalian benar-benar menjengkelkan. Mau berapa kalipun aku membinasakan kalian. Tetap saja kalian akan selalu datang dan mengacaukanku. Sial!! Aku benar-benar tidak bisa membiarkan satupun dari kalian untuk ada!!” seru Barata saat dia menjadi lebih serius lagi, dia mengayunkan pedang serta sabitnya dengan gila, dua kepala akan selalu jatuh di setiap ayunan yang dia lakukan. Barata benar-benar menunjukkan siapa yang mampu di sini.Setelah beberapa menit berkutat dengan zombie-zombie sialan itu. Barata menghampiri Supono dan Surip yang kebetulan berada tak jauh d