Home / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin / Bab 56: Penyesalan Emilia

Share

Bab 56: Penyesalan Emilia

Author: Nikma
last update Last Updated: 2024-04-12 12:00:46

Pengakuan Nathaniel sontak membuat Julian geleng kepala. “Kau ini, selalu sembarangan! Berapa kali aku harus mengingatkanmu agar makan dengan benar? Lambungmu itu rentan, beginilah akibatnya kalau kau tidak makan teratur,” omel Julian dengan nada yang keras.

Nathaniel yang awalnya hanya merasa sakit perut, kini juga merasa kepalanya jadi pusing mendengar omelan tersebut. “Iya, maafkan aku, Paman.”

“Sudah seperti ini baru kau menyesal, kan?” sindir Julian dengan nada kecewa.

“Iya, maaf. Tapi bisakah kau berhenti mengomel? Aku sakit, rasanya aku makin sakit mendengarmu marah-marah.” Nathaniel kesal. Jika hal ini terjadi 15 tahun lalu, pasti Nathaniel sudah menangis kencang hingga mengganggu para tetangganya. Kadang Nathaniel menyesal karena tumbuh dewasa dan tidak bisa melampiaskan emosi sesuai keinginannya.

“Cepat bangun, aku akan mengantarmu ke rumah sakit,” ucap Julian. Nathaniel yang kesal mala

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 57: Kecemasan Isabella

    Julian berdiri di samping ranjang putih di ruang emergency, tempat Nathaniel terbaring. Tatapan cemas melintas di matanya saat melihat keadaan Nathaniel yang terlihat lemas dan menahan sakit sejak tadi.Dokter yang baru selesai memasang infus berbicara pada Julian, “Kami akan melakukan observasi, karena sepertinya Nathaniel mengalami radang lambung cukup parah.”“Apakah dia perlu rawat inap?” tanya Julian.“Tidak,” sahut Nathaniel. Julian langsung menoleh dengan tatapan kesal pada pemuda itu. “Aku tidak bertanya padamu.”Julian kembali menatap pada dokter di hadapannya— yang tengah tertawa kecil setelah melihat interaksi Julian dan Nathaniel.“Perlu atau tidaknya, akan kita putuskan setelah masa observasi,” jawab dokter tersebut, lalu menoleh pada Nathaniel. “Istirahatlah dulu sambil menunggu infusnya habis. Kami akan melakukan pengecekan ulang nanti,” lanjutnya

    Last Updated : 2024-04-12
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 58: Kebusukan Henrik

    Emilia baru saja selesai memasak saat terdengar suara bel pintu. Ia segera melepas celemek di tubuhnya, lalu mengelap tangannya yang berlumuran tepung pada kain dapur dan berjalan menuju pintu.Setelah membuka pintu, Emilia terkejut melihat Henrik berdiri di depannya. “Bibi,” sapanya dengan senyum yang tipis.“Henrik, ada urusan apa kau datang ke sini?” tanya Emilia, suaranya sedikit dingin karena masih teringat akan kebohongan Henrik sebelumnya, yang membuat Emilia harus menyinggung Nathaniel.“Aku datang karena ingin bertemu dengan Isabella, dan juga kau, Bi,” jawab Henrik tanpa rasa bersalah, tatapannya tetap tenang saat dia menyampaikan maksud kedatangannya. Emilia hanya diam, tidak menanggapi ucapan basa-basi Henrik, juga tidak mempersilakan pria itu masuk ke dalam rumah.“Bibi, apa kau tidak memintaku masuk?” tanyanya Henrik yang melihat Emilia hanya diam dan menatapnya.“Tidak,” jaw

    Last Updated : 2024-04-12
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 59: Pertikaian

    Isabella sudah sampai jalanan dekat rumahnya, dia bisa melihat mobil Henrik yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Hatinya berdegup kencang, berbagai emosi menyelimuti pikirannya. Ia mempercepat laju mobilnya, lalu berbelok dengan kasar masuk ke halaman rumah.Setelah mematikan mesin mobil, Isabella melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. Isabella lalu membanting pintu mobil dengan keras, memperlihatkan betapa marahnya dia. Langkah-langkah Isabella menghantarnya mendekati Henrik yang masih berdiri di teras.“Mau apa lagi kau?” tanya Isabella dengan nada tajam.Henrik menatap Isabella dengan tatapan memohon, “Isabella...” panggilnya.“Aaargh!” Isabella menutup kupingnya dengan kasar. “Aku jijik mendengar kau menyebut namaku.”Henrik terdiam, ekspresinya tampak kecewa. “Haruskah kau bersikap seperti itu di depanku, Bella? Kenapa kau sebegitu bencinya padaku?”“Aku mem

    Last Updated : 2024-04-13
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 60: Menu untuk Nate

    Isabella duduk di sofa ruang tengah rumahnya, memandang hampa ke arah jendela yang kabur oleh pikirannya yang kacau. Emilia mendekat dengan gelas air putih di tangan, menghampiri dengan kekhawatiran yang terpancar jelas di matanya.“Kau sudah merasa lebih tenang?” tanya Emilia, sambil menawarkan gelas air kepada Isabella.Isabella menerima air tersebut dengan gemetar dan meminumnya perlahan, berusaha keras untuk menenangkan diri. “Sudah lebih baik,” jawabnya sambil tersenyum, meski ia berusaha memaksa senyum itu agar ibunya tidak terlalu khawatir.Emilia bisa melihat getar di tangan Isabella yang memegang gelas yang baru saja ia berikan, melihat itu membuat Emilia yakin jika Isabella masih terkejut akibat pertengkaran hebat dengan Henrik sebelumnya. “Kau masih terlihat ketakutan,” ucapnya Emilia.Isabella merasa jika ia memang tidak bisa menutupi apa pun dari Ibunya. “Ancaman Henrik tadi memang sangat mengga

    Last Updated : 2024-04-13
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 61: Wallpaper Isabella

    Isabella masih berdiri di depan rumah dan memerhatikan Nathaniel yang menyandarkan bahunya di ambang pintu dengan wajah kesal. Pemuda itu bahkan tidak mempersilakan ia masuk. Isabella tak mengerti, kesalahan apalagi yang ia buat hingga membuat Nate bad mood kali ini. Atau justru, pria muda itu kesal karena sikap ibunya sebelumnya?Tak tahan dengan kecanggungan itu, Isabella akhirnya memutuskan untuk bertanya. “Nate, aku tahu kau selalu kesal sepanjang hari, tapi hari ini apa suasana hatimu lebih buruk dari biasanya? Mukamu kusut sekali seperti cucian basah,” ujarnya dengan nada canda, mencoba mencairkan suasana.“Kenapa kau ke sini membawa kari?” tanya Nathaniel, jutek.“Salahku membawa kari?” Isabella heran.“Nate belum boleh makan kari, Bella.” Tiba-tiba suara Julian terdengar di udara. Tak lama kemudian Julian muncul dari arah belakang Nathaniel. Isabella menoleh pada Julian yang berjalan mendeka

    Last Updated : 2024-04-13
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 62: Semakin Dekat

    Nathaniel masih diam sambil memerhatikan layar ponsel dengan ekspresi terkejut yang tak bisa disembunyikan. Di layar itu, terpampang jelas sebuah foto dirinya yang tertidur pulas di sofa kantor. Ia ingat beberapa hari lalu memang tidur di sofa baru yang dibeli oleh Andreas, tapi ia tidak tahu kapan Isabella mengambil fotonya saat sedang tidur itu, menurutnya itu sangat memalukan.Isabella yang melihat reaksi Nathaniel, segera menyadari apa yang terjadi. Wajahnya memerah, tersadar bahwa ia belum mengubah wallpaper ponselnya.“Aku tidak ada niat apa pun, Nate. Aku hanya merasa fotomu sangat cocok dijadikan wallpaper,” ucap Isabella sambil mengambil kembali ponselnya dari tangan Nathaniel.Pemuda itu masih terdiam, ia sendiri juga bingung kenapa perasaannya jadi campur aduk begini. Di satu sisi ia kesal karena Isabella selalu usil bahkan diam-diam memotretnya saat sedang tidur, di sisi lain— tindakan Isabella menjadikan fotonya sebagai

    Last Updated : 2024-04-14
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 63: Misteri Musim Dingin

    Musim dingin tiba. Salju mulai menari-nari dari langit, menutupi tanah dengan lapisan putihnya yang mempesona. Nathaniel baru saja selesai berganti baju, lalu berjalan keluar kamar sambil menggosok kedua tangannya dengan keras— mencoba menghangatkan diri di pagi yang terasa beku. Napas yang keluar dari mulutnya seperti asap putih, menandakan betapa dinginnya suhu ruang tanpa pemanas ini.Dengan langkah agak gemetar karena kedinginan, Nathaniel menuju ruang tengah, di mana mantel cokelat kesayangannya tergantung di kursi. Ia meraih mantel itu dan segera membungkus tubuhnya dengan rapat.“Paman, aku akan berangkat ke kantor sekarang,” serunya sambil mencari-cari Julian di sekeliling rumah. Untuk beberapa saat, tak ada sahutan dari Julian. Heran, Nathaniel mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah yang terasa sepi. “Sepi sekali?” tanya Nathaniel pada diri sendiri. “Paman?” teriaknya lagi, mencoba memastikan jika Julian sedang tida

    Last Updated : 2024-04-14
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 64: Beban Pikiran

    Isabella duduk di balik kemudi dengan tatapan tajam yang mengarah ke depan. Tangannya berpegang pada kemudi, mencengkeramnya dengan erat seolah ingin menghancurkannya. Suara klakson dari mobil di belakangnya yang berani menyalip tanpa izin membuatnya semakin marah. Setelahnya, Isabella menginjak gas mobilnya, dan mempercepat laju mobilnya hingga tiap berbelok di tikungan membuat Nathaniel yang duduk di sampingnya agak terhempas. Nathaniel memperhatikan Isabella dengan heran, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Tak biasanya perempuan itu bersikap seperti ini. Wajah cantik dan kedua mata cokelat yang biasanya berekspresi jahil itu, kini hanya menyisakan gurat kemarahan. “Isabella, sebenarnya ada apa?” tanya Nathaniel. Isabella tak menyahut, napasnya masih memburu naik turun. Sejak tadi ia sibuk menenangkan diri, namun kemarahannya setelah melihat Henrik mendekati Nathaniel membuatnya naik pitam. Isabella tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh mantan kekasihnya itu,

    Last Updated : 2024-04-14

Latest chapter

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status