Tika lucu, habis ngambek malah minta dijajanin beli pakan kucing kesayangan dan kandang baru lebih besar. Tapi bukan cuma itu, dia juga minta di jajanin abang banyak makanan dan buku novel.
Abang cuma ngintilin dan gesek kartu, mengikuti saja tanpa komentar selagi adik manisnya tidak merengek ataupun ngambek berkepanjangan.
Tidak enak rasanya kalau tidak diributin Tika sehari saja, kaya kemarin ngambekkan dua hari mendiamkan Farhan. Padahal Farhan mau curhat kalau liat mantannya uplod poto dengan tangan saling membentuk love jadi ada yang nyeri didada melihat itu sedang dia masih belum punya pasangan buat sombongkan diri.
Jangan ikuti jalan abang, ya, teman-teman. Nggak baik, sama saja memanfaatkan pasangan kita yang sudah begitu memberi hatinya ada kita. Ternyata hanya untuk pamer sama mantan.
Nanti atah hati, situ mau tanggung jawab?.
Nggak kan. Yang ada melarikan diri iya. Terus saling menuduh karena tidak mau di angkat dalam masalah yang kamu tinggalkan.
"Abang, ini bagus gak?."
"Bagus, yaudah beli itu aja."
"Ih, tapi kayanya inimah bikin anak kucing molos. Warnanya juga nggak cocok sama warna bulu Miu."
"Ah..gimana kalau ini bang? Aku suka sama bantal tidurnya. Imuttt."Tika tunjuk lagi kandang kucing besar tingkat dua berwarna pink beserta tambahan bantal tidur kucingnya.
"Bagus, beli itu yang kamu suka."
"Ihhh, abang dari tadi bagus-bagus mulu. Udahlah mending balik aja."
Dengan itu Tika hengkang dari petshop berjalan dengan kesal. Abang aneh, dimintain pendapat dijawab semua dikata bagus.
Tapi itu juga pendapat sih, ya tapikan bilang apa kek selain bagus. Iya itu bagus tapi kandangnya kecil. Gitukan enak ada tapinya bukan bagus-bagus doank.
Lebih aneh lagi Tika. Sudah diberi jawaban malah ngambek lagi, ketimbang tidak dijawab, dicuekin.
Nanti panjang lagi masalahnya.
Dasar cewek!.
.
.
Di mobil keduanya diam, Tika masih marah tapi abang terlihat masa bodo. Walau sesekali melirik kearah Tika yang ogah noleh. Tapi abang malah menjelaskan tanpa ditanya ya Tika abaikan juga.
"Semua kandanganya kan bagus, makannya abang bilang bagus. Yang pakaikan Miu, jadi tergantung nyamannya Miu dimana. Kenapa kamu yang cemberut gini? abang salah ya jawab bagus?."
Bodo abang, sudah tau perempuan itu membingungkan malah ditanya. Ya wasalam deh tidak dapat jawaban. Habis kadang si perempuannya juga tidak tau kenapa dia begitu.
Yang akhirnya abang bawa Tika ke tempat makan sate topcer dekat alun-alun kota menuju jalan pulang, tanpa kata abang turun diikuti Tika yang diam-diam menahan lapar tapi masih marah kaya kucing minta dielus-elus sayang.
"Pak, sate ayam 25 tusuk, sop daging 1 sama soto babat satu, nasi dua yang satu setengah ya pak."
"Siap den, kesini sama siapa toh?."
"Sama si Tika pak, biasa lagi ngambek. Makannya saya ajak makan sate ayam kesini" Lalu abang tertawa bersama pak Nana yang sudah kenal abang karena sering datang makan kesini tiap minggu.
"Tumben atuh, kemarin bawa pacar kenapa sekarang si Tika lagi yang dibawa?"
"Biasalah pak, yaudah. Saya duduk pak, buat yang enak sopnya. Awas aja kalau kagak, nama warung topcer tapi masakan kagak enak. Gue beli semua nanti satenya." Abis itu abang ngakak garing sama si bapak.
Tika mah apa atuh, masih dalam mode pura-pura marah tapi laper. Abang duduk didepan Tika yang sedang memainkan ponselnya, diabaikan abang jago satu ini. Abang juga diam-diam saja jadi Tika malas mengajak bicara biarkan saja sampai pesanan datang dan makan dalam diam tanpa obrolan seperti biasanya.
Eh tapi, setelah kenyang menghabiskan 17 tusuk sate dan satu mangkuk sop daging Tika tersenyum dan bilang.
"Makasih abang, Tika dah kenyang sekarang."
Dengan menepuk perutnya yang kembung dan diangguki oleh si abang dengan senyum jenaka. Sudah dibilang jurus jitunya kasih makan kesukaan Tika nanti juga nurut, buktinya kaya sekarang. Malu-malu meong nyeruput es teh botol punya abang yang masih ada kemudian menyisakan es batunya saja.
Dan mengalir begitu saja kaya air kali ciliwung tanpa sampah. Sampai tiba-tiba abang dengan postur tegang megang kedua tangan Tika sampai Tika kedip-kedip imut amit-amit bertanya.
"Abang kenapa?."
Terus abang sedikit menunduk dan mendakat sambil berbisik.
"Dibelakang kamu ada mantan yang mutusin abang dan dia lagi sama selingkuhannya. Kamu diam aja, ikutin abang."
Tika mau nengok buat liat udah dipagangin aja palanya sampai kedua pipinya ditekan tangan abang yang besar.
"Sayang! Kan tadi aku bilang jangan tengok, kenapa masih maksa, ku hukum mau?."
Geleng otomatis pala Tika pas dengar suara abang ditekan dengan bibir menipis karena Tika ngeyel di bilang jangan nengok masih saja nengok. Ya abang lagi, tau manusia kalau dilarang suka dilanggar.
Serem liat abang memicing natap punggung mantan dan selingkuhannya tertawa berasa dunia milik berdua dan abang hanya angin lalu, walau tadi sempat natap abang mantannya malah melengos seakan tidak kenal.
Padahal nggak semua mantan begitu kok, hanya gimana cara kita mengakhiri dan menyikapi perpisahan itu. Bukan semua berujung lupa sejarah kalau masa lalu kita pernah diisi lembaran mereka.
Bisa jadi masa lalu baik atau buruk itu bisa jadi pelajaran yang sesekali diingat bahwasannya kita pernah menjadi bodoh karena emosi bernama cinta.
"Huh. Mantannya aja keliatan nggak modal, liat cara pakai bajunya aja nggak ada okenya. Bagus abang dibawa kemana-mana."
"Hu'uh"
Tika hanya turuti dan mengiyakan kemudian menggeleng dengan kedua tangan yang kini sudah ada dalam genggaman abang.
"Kamu udah kenyang, jangan diet-diet ya. Aku suka kamu yang berisi, empuk sana sini buat diunyel-unyel."
Tika menatap horor abang seketika sedang abang menatap kearah belakang Tika dengan tatapan meremehkan. Terus omongannya tanpa filter dan volumenya bukan main keras. Hampir menyamai suara pengamen nyanyi.
"Masih ada yang mau kamu makan nggak?. Atau mau beli buat dibawa pulang?."
Tika geleng-geleng tapi kedua tangannya langsung ditarik abang dan ditatap tajam mengancam, Tika telan ludah sulit. Terus mengangguk ikutin alur buatan abang tanpa info, dadakan terus kaya tahu bulat.
"Aku mau beli dua porsi sate lagi, sekalian deh sama sop dagingnya ya."
Tika asal bicara saja, biarkanlah. Padahal dia sudah kenyang tapi karena abang memulai lagi aksi membuat mantan tersayang panas dengan menjadikan Tika sebagai objek pacar bohongan.
Abang ini sering banget di tinggalin mantan pas lagi sayang-sayangnya, banyaknya sih karena selingkuh. Abngmah mana berani selingkuh, terlalu Setia sudah kaya sapi di cucuk hidungnya. Manggut aja sama omongan pacar, kalau suruh jauhin sesuatu yang pacarnya nggak suka kalau tidak mengganggu pekerjaan abang hayu aja.
Masalahnya itu, abang suka nggak bisa duluan nyari pengganti sehabis ditinggal pacar selingkuh. Yang ada abang stuck dulu beberapa bulan sampai nemu lagi. Tapi kalau Tika yang dekat sama cowok malah abang yang belingsakan sampai mulutnya keluar api.
Uh. Untung bau mulut abang Wangi mint, jadi Tika tidak pingsan pas abang buka mulut buat ngomentarin gebetan Tika.
Serius, kaya kemarin itu gebetan Tika malah mundur teratur sehabis abang bilang begitu. Walau awalnya gebetan Tika biasa-biasa saja, tapi kalau sering di omong begitu ketika Tika baru balik jalan pasti abang tiba-tiba sudah ada didepan rumah.
Terus nanti mulut bon cabenya bunyi terus kaya burung mau ikut lomba. Tau kan sobat, lomba burung yang kaya menyanyi. Berisik dan mengganggu bagi yang tidak biasa.
"Oke, aku pesankan dulu ya."
Abang beneran berdiri dan mendekati si mamang sate untuk pesan apa yang Tika asal omongkan. Abang bener-bener totalitas ya kalau mau bikin mantan menyesal.
Tika menoleh untuk melihat jika pasangan selingkuh itu tengah bertengkar karena si mantannya abang minta dipesankan minum tapi pacarnya main game terus. Serius, Tika sampai bisa dengar mereka sedang debat.
"Taruh hp kamu sebentar, ambilin aku minum. Nggak ribet kok."
"Sebentar, aku bentar lagi menang. Kalau nggak bisa kamu ambilkan, punya tangan sama kaki. Atau panggil aja deh mamangnya, gampang kan?." Tanya pacarnya dan mantan abang melengos sampai bertabrakan dengan Tika.
Tapi langsung melengos sebal.
Dah lah.
Tika malas ikut lebih jauh, biar nanti abang ceritain aja sendiri.
..
.
"Yuk, balik."
Tika langsung matung dikursi pas tau-tau abang nyium pipi Tika yang lagi main hp. Seriusan, kepala Tika di tarik abang untuk dicium pipinya.
Serius, Tika sadar dari keterpakuan sudah mau murka abang sudah narik badan Tika dengan memegang pinggang Tika.
Masih Tika diamkan abang peluk pinggang jalan keluar dari warung sate, pas sudah sampai parkiran dan masuk mobil singa betina yang disenggol langsung tancap cakar ke tubuh abang sampai abang teriak bertanya nggak ngerti.
"Tika, sakit loh!! Seriusan kamu kenapa?. Abang buat salah apa lagi?."
Abang tahan kedua tangan Tika walau masih beringas mencoba melepaskan Tika tatap wajah abang murka.
"Siapa suruh abang main cium dan peluk pinggang Tika?."
"Ya ampun, cuma karena itu doang?."
"Yi impin, cimi kirini iti diing!!. Padahal abang sendiri yang bilang sama Tika buat jangan memberi lelaki kesempatan pegang tangan sampai cium walau hanya pipi. Abang bilang laki-laki kalau diberi ijin suka merambat minta ijin ke hal intim lainnya?!!"
Tika memulai aksi protes sampai ludahnya muncrat kemuka abang yang meringis tapi tidak bisa langsung mengelap muntahan ludah itu di wajah.
Soalnya kalau sampai abang lepas kedua tangan Tika yang ada habis lah ini badan sama rmabutnya kena cengkraman Tika yang bukan main bikin sakit.
"Masih mau bilang cuma lagi?!."
Tika bertanya mengancam dan abang jawab gelengan, menuruti singa betina yang lepas kendali.
"Bilang apa kalau gitu?!! Buruan bilang apa?!!"
"Oke, oke. Abang minta maaf, abang salah."
"Yaudah lepasin tangan aku kalau gitu!!."
"Abang lepasin tapi Tika jangan ngamuk lagi ya..."
Tika tidak menjawab malah menatapi abang seakan ingin mencincang.
"Jangan begitu Tika, dosa kamu nyakitin abang sendiri."
"Bodo amat. Bukan kandung, masih bisa di nistain!!"
"Ya tuhan!! Kalau gitu nggak akan abang lepasin sampai rumah kalau gitu!!."
"Abang!!!"
.
.
Setelah kejadian Sigit yang meninggalkan tanpa kepastian mulai Tika lupakan, kehidupan Tika berjalan seperti biasanya walau ada satu orang yang mulai Tika abaikan hadirnya dari pada membawa fitnah dan jadi omongan berkepanjangan karena main belakang dengan teman divisi.
Tika nggak marah maupun mendendam hanya menyayangkan saja kenapa cara perpisahannya sangat tidak bertanggung jawab. Harus sekali dengan memainkan hati dan mencari yang lain tanpa klarifikasi dengan perasaan lain yang sudah dibuat melayang.
Contohnya Tika, sudah dibuat sayang dan hampir jatuh cinta taanpa status malah ditinggalkan tanpa ada aba-aba.
Rina, yang kini dekat dengan Sigit dan dikabarkan sudah jadian tapi Tika mana peduli.
"Tika... kamu beneran gapapa ya?. Soalnya liat si Rani kok jadi sombong gitu karena sering di jemput pake mobil keluaran jerman sama mantan gebetan lo?."
"Aku gapapalah, emang aku harus apa-apa ya?."
"Bukan gitu maksudnya, seenggaknya kamu marah dan memaki Rani yang nggak tau diri itu. Seharusnya dia juga kan sadar diri, kalau Sigit itu sedang dekat dengan kamu dan akan mendapat predikat baru sebagai pacar. Senggaknya dia merasa nggak enak kek, apap kek gitu."
"Hem... Biarin aja sih mbak, toh itu hubungan dia yang menjalani ini kan?. Kalau dia memang tidak merasa malu itu terserah, Tuhan tidak pernah tidur untuk nggak membalas mereka yang mendzalimi kita. Jadi aku tenang-tenang aja karena keyakinan aku."
"Eyyy susah lah ngomong sama Tika yang selalu positiv thingking ini, nggak bisa diajak ghibah deh..."
Terus Tika ngakak saja pas liat muka teman kantornya ini, Naomi namanya. Dia memang nggak bisa diam kalau melihat keburukan, inginnya di julidin terus sampai panas yang bersangkutan dia omongi.
Naomi ini orang paling berani menyindir bahkan melabrak mereka yang nggak tau diri seperti Rani ini. Memang Tika dan Sigit belum ada status pasti tapi tetap saja seharusnya Rani sadar dan tunggu Sigit dan Tika benar-benar klarifikasi tidak ada lagi kelanjutan dalam hubungannya.
Inimah, sudah liat Tika masih jalan sama Sigit dan beberapa kali jalan, apalagi Sigit mengakui sendiri jika dia akan punya hubungan dengan Tika.
"Yailah mbak. Gitu aja ngambek, entar dede bayi mirip aku tau rasa loh!."
"Idih!!!. Amit-amit tuhan!! Dek kamu jangan sampai mirip si Tika ya, nanti nggak bisa mamah ajak julid lagi!." Sambil mengusap-usap perut besarnya merapal.
Kemudian ngakak lagi, rasa sakitnya juga sudah tidak dapat teraba. Lagian sebulanan ini Tika di dekati oleh salah satu teman kantornya juga yang beda divisi, namanya Burhan. Sebenarnya dia lebih tinggi sih jabatannya dari Tika yang hanya seorang editor.
Burhan lebih gentle dari Sigit sebab selalu bertanya lebih dulu apa yang tidak dan disukai Tika maupun yang nggak bisa Tika makan karena alergi.
Tika jadi salah tingkah kalau ingat itu. Padahal beberapa waktu kebelakang Tika nangis sama abang karena gebetan sekarang sudah dapat baru saja.
Tika itu salah satu orang yang mudah move on dan tidak ambil pusing, selalu mengambil hikmah disetiap kejadian. Kadang susah buat di pengaruhi biar ghibahin orang. Tapi ya walau kadang Tika juga ghibah seperti perempuan kebanyakan, tapi tidak sering.
Mas Burhan: Tau nggak?
Tika: Nggak tau dan nggak mau tau.
Mas Burhan: Tadi saya salah naikin motor, saya sudah ngerasa aneh pas masukin kunci susah banget. Sampai yang punya motor ngdeket dan kirain saya mau maling. Ternyata pas saya bilang ini motor saya dengan ngotot si abang-abangnya ngakak. Saya bingung.
Tika: Terus gimana akhirnya?.
Mas Burhan: Dia suruh saya nyingkir dan masukin kunci motor terus stater langsung nyala, saya langsung tengok kanan kiri. Ternyata saya bawa motor anak kantor yang lain bukan motor saya hahahaha.
Tika langsung ngakak sampai kepelanya terpantul kebelakang sambil megang perut. Terus mukul-mukul meja heboh.
"Tika!!! Berisik lu anjir!." Itu suara Rio, teman satu divisinya yang protes.
"Biasa, Ri. Dapet yang baru jadi gila lagi dia, nggak inget kemarin udah kaya raga tanpa nyawa di tinggal Sigit sama yang lain."
Kemudian ramai, kantor bagian editor memang seheboh itu apalagi menyangkut Tika sebagai moodboster. Tika sih masa bodo, orang dunianya sedang dengan mas Burhan.
Tika selesai merevisi naskah milik salah satu penulis terkenal ter best seller, habis itu dia buka hp cek sebentar untuk lihat email. Karena dalam sehari ada seribu lebih pesan yang masuk bertanya soal rekrutmen yang dilakukan para editor mengajak join kedalam aplikasi Novelis.Banyak pertanyaan yang perlu ia jawab, dan perlu konsentrasi penuh agar tidak salah membalas.Perusahaan baru saja meluncurkan web versi beta untuk menulis yang bisa digunakan melalui pc. Jadi kita perlu ekstra fokus apalagi bagian IT. Mereka sering lembur malam jika banyak pengguna yang masuk membludak dimalam hari kemudian web terjadi error, mereka akan mengupayakan agar web bisa diakses kembali.Oh iya, Tika benar-benar marah setelah kejadian abang main ciu
Pokoknya Habis ini Tika mau pulang terus teriak dirumah."Tika sekarang punya pacar!!!"Uh, nanti tapinya kalau ketahuan abang di gampar lagi. Eh, bukan abang Farhan ya. Tika lagi ngomongin abang kandung bukan abang-abangan.Abaikan dulu abang-abangan nya Tika. Sudah wasalam dulu. Tika malas bahasnya. Tika marah, biarkan. Katanya kalau ada punya pacar baru atau lagi dekat harus saling cerita.Apa ini maksudnya kemarin ketemu abang lagi jalan bilangnya gebetan baru, pantes hidungnya abang nggak keliatan main dirumah Tika hampir sebulan lamanya, paling cuma nelpon dan sekedar ng-chat Tika.
Akhir pekan Tika sekarang berbeda dari biasanya yang banyak rebahan dan mandi pukul tengah hari kemudian di rapel ke sore. Jam sembilan Tika sudah berdandan cantik menunggu pacar menjemput buat nonton dan beli novel sama cat buat Tika. Katanya sih di traktir tapi nanti bulan depan Tika yang traktir Daru.Di jemput di depan rumah Tika langsung ngacir sambil pamit ke abang yang didalam kamar, mencium pipi gembil keponakan lelakinya yang sedang makan di meja pantri. Tika ucapkan salam perpisahan untuk jalan akhir pekan sama pacar.Tika senang, jadi cengengesan selama perjalanan sampai Daru ketakutan dibuatnya. Untung cinta, jadi memaklumi tingkah Tika yang ajaib.Sampai di bioskop, keduanya melihat-lihat film yang sedang tayang, mereka
Abang mana bisa diemin Tika, Tika kan ngangenin. Jadi wajar Tika balas diemin malah abang yang belingsakan kaya ikan didaratan.Tapi seriusan, waktu bang Tara beberin rahasia yang Tika umpet-umpetin dari bang Farhan langsung hengkang balik. Mukanya nggak ada selow-selow nya, Tika takut dan nggak lama Burhan yang paham balik. Tika samperin bang Tara yang nonton tv."Abang ngomong apa sama bang Farhan?. Kok mukanya asem gitu, bukan aneh-aneh kan?."""Oh, enggak. Abang cuma bilang tentang kamu yang di apelin tiap malam minggu sama cowok."Segera Tika geplak pala abang Tara dan berteriak hiperbola."Abang!!! Kok malah dibilangin, kan Tika suruh jangan bilang-bilang bang Farhan... Ih, terus gimana ini. Abang Farhan pasti marah, huhuhu. Nanti yang jajanin Tika siapa kalau abang Farhan ikut marah, harusnya kan Tika aja yang marah dan diemin abang."Terus Tika yang sudah garuk-garuk kepala frustasi berat, agak lebay sih. Langsung ingat dan bilang.
Aneh, tapi nyata. Gimana donk?.Sejak kejadian Tika di manfaatkan Daru yang ternyata sudah berumah tangga dan hampir meniduri Tika, Farhan dan Tara murka. Dengan kekuasaan Farhan mengancam agar mencari kelemahan dan masalah dalam pekerjaan Daru agar dikeluarkan.Ternyata abang kalah cepat sebab Daru sudah resign dari kantor. Tara yang masih tidak terima karena Daru merendahkan sang adik seperti perempuan murahan mencari terus menggunakan pengetahuan ITnya. menghack dan mengancam Daru juga istrinya.Tika yang tau langsung marahi bang Tara, kalau istrinya tidak ada sangkut pautnya. Malah istrinyalah yang memberitahu Tika bagaimana dia dimanfaatkan. Kembali ke kakak-kakakan Tika. Kakak angkatlah bahasanya, biar pembaca paham.:')Abang jadi sering antar jemput Tika. Terus abang sering ngchat Tika, telepon juga iya. Abang buang-buang waktu banget kan ngchat Tika yang malas balas chat terus malas angkat telepon. Sampai abang pernah telepon bang Tara bua
Tika berhenti kerja sejak seminggu setelah dia mengetahui telah dibohongi oleh Burhan. Walau sempat tidak diizinkan sampai kantor menemukan penggantinya, untung bang Tara membantu menemukannya. Jadi Tika tidak perlu lama-lama disana.Yang sekarang Tika lakukan adalah menganggur, jajannya ada dari bang Tara dan abang. Terus ada kakak perempuannya yang sedang berlibur disini dengan ponakan bulenya, bulepotan maksudnya.Tika sekarang sudah rapih, dia mau diajak jalan sama abang. Sekarang akhir pekan dan abang sedang punya waktu luang. Soalnya tiap kali abang ada waktu pasti ngapelin Tika atau ajak jalan. Kadang jalannya ke tempat makan di pinggir jalan atau malah tidak jelas, kadang ada jalan yang arahnya belum diketahui abang pasti tetap saja dilibas.Katanya biar tau aja ini bakalan mablas kemana, kalau nyasar bisa bertanya. Uh, terserah abang saja kata Tika. Tika kan cuma ikut saja karena di jajanin terus walau pengangguran."Mau kemana lu, rapih bener. B
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DAN MASUKKAN LIBRRARY KALAU SUKA.SELAMAT MEMBACA..Setelah acara itu, Tika kalau diajak abang suka intermezo sampai ke akar. Nggak mau manut aja. Pokoknya sampai jelas dan kemana tujuannya, nggak mau kaget sampai jungkir balik kaya waktu itu.Kan, Tika hiperbola lagi.Sudah deh, pokoknya begitu saja ya. Ternyata author males jelasin absurdnya Tika.Sampai dimana akhirnya Tika cuma jadi freelance gitu, kerja serabutan. Kalau ada job Tika lakuin, kalau nggak ada. Hidupnya cuma tidur, bangun, makan, sama gangguin hidup abang dan bang Tara.Banyaknya Tika minta uang ke bang Tara dan dijajani abang. Kakak perempuan Tika sudah balik keluar negeri. Rumah jadi sepi karena nggak ada suara rusuh keponakan bulenya.Tau nggak kenapa Tika suka jajan?.Jadi, dulu ketika SMP, Tika pernah kena obesitas berat dan *diabetes tipe 1 karena kegemarannya jajan manis, misalnya
Ternyata Fahri nggak buang-buang waktu lagi buat deketin Tika pake acara modus. Terbukti Fahri lebih gentle dari abang yang ribet, tanpa waktu lama selama menunggu doi mempertemukan kamu dengan orang tuanya. Canda sayang.Tika yang apa adanya cuma pakai celana hitam panjang bahan karet yang pas melekat di kaki pendekanya dipadukan dengan baju jaman now yang panjang sampai paha, dimana terlihat seperti baju tidur tapi bukan. Warnanya abstrak, cakep. Kaya muka Fahri dan abang, cakepnya paripurna. Tidak tertandingi siapapun dimata Tika, yang cuma melihat lelaki itu-itu saja.Kalau tidak teman lelaki dikantor, ya pasti abang dan bang Tara ditambah kak Fahri sekarang.Terus rambut Tika kuncir seperti buntut kuda, kunciran favorit kalau kata bang Tara. Alasan lainnya Tika males menata rambutnya, cuman kuncir kuda yang dirasa nggak ribet.Pucuk dicinta ulam pun tiba, yang sedang dibicarakan muncul didepan rumah Tika dengan wajah seumringah, sinar senyumnya menya
Bara tilik layar ponsel Farhan dari balik punggung untuk melihat, jika layarnya menampilkan pesan singkat dari sosok yang berhasil buat Farhan ng-bucin bertahun-tahun ketika mau tancap gas sudah keduluan rekan kerja.Sakitnya sampai sumsum tulang, tidak terlihat tapi bikin hati nestapa."Kenapa nanyanya basa basi gitu dah?"Tanya Bara kemudian tidak lagi mengintip, dia langsung ambil ponsel Farhan yang hanya menghela napas.Dia benar-benar tidak punya banyak energi untuk marah, maupun bernapas. Sudah pantas di sebut orang patah hati belum abang?Sudah kan, napaspun rasanya sulit. Pikiran kacau balau karena kehilangan arah tujuan yang sudah di buat dari lama, sudah dua tahun abang memikirkan untuk melamar Tika tapi belum berani.Kemudian bodohnya, dia malah buat ikrar tidak berotak tapi syukur-syukur Tika sudah lelah dengan fase kenalan-dekat-pacaran dan terus begitu sampai putus lagi.Abang jadi punya kesempatan untuk bergerak setelah menguatkan hati, yakin jika dia sudah baik-baik saj
Rumah Farhan tidak seperti biasanya, ada kesuraman dan sepi. Dengan Farrel dan Hana yang duduk di ruang tengah saling berpikir, mereka tengah mendapati abang mereka. Kakak tertua, si sulung itu tengah malam di depan mereka tanpa kesulitan.Atau merasa bersedih seperti kebanyakan mantan yang di tinggal nikah, ini bentukan abang masih hidu, bernapas dan biasa saja. Atau jangan-jangan abang hanya sedang bersikap legowo dalam hati sudah menangis darah?Jadi sebenarnya yang suram itu Farrel dan Hana, bukan Farhan."Beneran ya, abang nggak drama kaya kemarin lagi. Aneh tapi nyata, gue jadi speechles."Ujar Farrel pada adiknya.Hana menimpali."Nggak gue sangka, jauh dari ekspetasi kehancuran yang udah terbayang. Gue malah nyaksiin abang anteng makan sebelum berangkat ke acara pertunangan mantan, atau jangan bilang. Abang ngamuknya di acara lagi?""Ya gapapa, gue seneng kalau mbak Tika batal tunangan. Nanti abang dateng bak pahlawan kesiangan terus gantiin deh sebagai mempelai laki-lakinya, ka
[Mbak Tika, abang sakit nih pulang dari rumah mbak. Kena asam lambung parah, terus sekarang lagi demam. Salam ke mas Tara ya!! Jangan galak-galak banget kasih hukuman ke abang aku, kasian tau sekarang ngigau kaya orang gila manggil mbak.]Isi pesan itu masuk, dari Hana Astuti Winata. Adik bontot Farhan yang memang dekat dengannya, sering memberikan informasi abang tanpa perlu di tanya.[Mbak nanti jengukkan?]Tika jalankan jarinya di atas layar ponsel untuk menjawab.[Terus abang gimana sekarang, udah mendingan belum?][Iya, nanti mbak datang ke sana.]Tika menunggu dengan gelisah balasan dari Hana, di sini Tara juga tidak sama beda. Hanya saja jika Farhan jatuh sakit maka Tara jatuh ke dalam emosi, dia terus-terusan bermuka muram.Dia juga tidak tau saja, kalau Hana mengirim pesan di lebih-lebihkan, karena nyatanya Fahan sedang duduk di meja dapur sambil makan tanpa terlihat selemas sebelumnya.Belum ada pembicaraan lebih lanjut, abang seakan menahan diri karena terakhir kali mereka
Pada akhirnya abang memilih pulang, Tara mengusir Farhan secara tidak langsung dengan meninggalkannya di ruang tamu. Membiarkan Farhan mau melakukan apapun asal tidak mendekati adiknya.Sebab dia masih kecewa.Farhan jadi paham dan memasrahkan diri, tapi tidak. Dia belum menyerah seperti kebanyakan orang.'Sebelum janur kuning melengkung, masih ada peluang menikung' Terdengar jahat tapi kini abang benarkan kata-kata itu.Sekarang dengan kepala pening, sebab memikirkan masalah bisnisnya dan Tika juga Tara sangat menguras energinya.Dia pulang dengan kepala yang benar-benar hampir pecah rasanya, duduk di jok mobil pun serasa sedang mengambang. Kalian pasti paham bagi yang sudah merasakannya, pantat abang serasa tidak duduk di atas jok mobil.Sampai di rumah abang turun dengan kepala menunduk lelah, sudah tidak kuat apalagi mengingat tadi Tika sampai menangis. Itu pertama kalinya di hadapan abang setelah sekian lama Tika tidak menangis karena di putusin mantan.Sudah berapa tahun setelah
Tika masih ingat bagaimana wajah bang Tara yang tidak mau menatap Tika barang sedetikpun, marah dengan sikap lemah Tika kepada abang yang agresif bukan main. Sejak mendeklarasikan jika abang mau lamar Tika dan membelikan cincin pengikat.Tidak ada lagi sekat yang dulu abang buat, hilang tersamarkan oleh rasa sengatan-sengatan menyenangkan yang di buat abang ke Tika yang lemah.Bang Tara tau kok, ini juga kesalahan Tika karena malah berdekatan dengan Farhan ketika sedang berduaan. Sudah pasti Tika sebagai umpan dan Farhan si pemancing akan tergoda untuk menyicip.Dan salahnya juga terlalu percaya dan membiarkan kedua makhluk berbeda jenis dari cucu adam ini saling berdekatan. Dia patut di salahkan sebagai seorang kakak, dia lalai untuk menjaga adik perempuannya dari godaan setan sundal berbentuk Farhan."Bang Tara..."Panggil Tika pada Tara yang tidak juga mau menatap adiknya.Tara biarkan saja, dia lebih memilih melewati adiknya yang berdiri di depan pintu kamar. Dia bawa gelas kopinya
Sudah berapa kali abang di abaikan?Sudah berapa kali abang menunggu dan bertandang?Sudah berapa lama?Entah, abang sendiri lupa.Abang tengah berusaha untuk mendapatkan tiket restu dari sahabatnya sebagai kakak ipar. Sampai gerbang rumah, mobil abang tidak di ijinkan masuk. Hanya menunggu bersama satpam komplek rumah Tika, paling-paling kalau ada kesempatan abang ketemu Tika yang jalan kaki habis dari super market.Nanti Tika buru-buru usir abang, takut-takut bang Tara liat abang babak belur lagi. Padahal abang sudah siap, sedia, ikhlas kalau sampai babak belur tapi dapat membuat Tara memaafkan kebodohannya.Waktu itu Tara benar-benar marah sampai mengungkit pembahasan mereka sebagai seorang teman."Lo taukan kita ini laki-laki, gimana perasaan serakah menginginkan seorang wanita sampai sebelum di akadpun merayu wanitanya cuma biar melakukan hal yang kita inginkan karena tau perasaan mereka fleksibel dan lemah pada perasaan.""Tapi jangan manfaatin adek gue buat merasakan afeksi yang
Bang Tara menyuruh Tika masuk ke kamar, tampangnya sudah kusut macam benang layangan yang terlalu panjang di ulur. Sedang paras abang, hanya tersisa lebam dan darah di hidung juga sudut bibirnya.Lihatkan, bang Tara tidak main-main masalah begini. Enak saja adiknya belum juga di beri label halal sudah main embat. Memang Tika perempuan macam apa, bang Tara begini karena tau yang mendahului itu abang."Gue gak bakal salahin adik gue sendiri! Karena gue yakin, Tika gak mungkin mendahului kalau gak lo rayu ya anjing!! Lo paham sendiri gimana bentuk perasaan Tika yang labil, tai!!."Kata abang sarkas penuh makian.Abang hanya diam. membiarkan Tara meluapkan segala emosi yang tertimbun."Pas pulang, gue liat mobil lo. Hapal banget dah gue, plat nomor sama bodynya. Apalagi hampir tiap hari ya lo datang ke rumah cuma buat kekepin si Tika. Tapi gak begini caranya bos, lu anggap apa adek gue sampai lo sentuh lebih dari seharusnya!!"Ucap Tara terus memojokkan abang.Dari sini abang menyesali sika
"UhhHhhhh... Ini anak ciapa cih, anak ciapa???""Eh iya, kamukan anaknya mami Tika yang imut dan baik hati. Kamu itu lebih berharga dari perabotan ini, gapapa kamu bantingin. Nanti bang Tara yang gantiin kok."Katanya lagi mendusel kucing kseayangannya yang berwarna corak abu-abu muda.Dia kecupi dan si kucing makhluk yang Tika beri predikat gemoy itu, sedang Rion si kucing hanya pasrah. Sudah biasa dengan tingkah tidak dapat di pahami oleh logika itu, berlaga aneh.Abang yang lait mencebik, dia tidak lebih berharga dari benda buntal berbulu itu yang kini melihat kearahnya seakan meledek.'Hehehe, kamu gak akan bisa menandingi saya sebagai makhluk paling di sayang Tika.'Kemudian Tika memeluk tubuh kucing gembul itu, menduselkan moncongnya ke leher Tika yang mana abang menggeram marah. Kucing buntal berkelamin jantan itu memanfaakan kepolosan Tika, sialan dia akan jual saja ke orang kalau Tika tidak ada.Abang masih pandangi tingkah Tika yang lebih gemoy dari kucing buntalan kentut itu
Ternyata, lelaki di hadapakan Tika itu nggak ada kata mundur sepertinya walau Tika sudah tolak secara tidak langsung juga kehadiran abang dan mas Bara di sini.Tapi ada abang, jadi abang yang menjawab segala wawancara dari laki-laki entah siapa, anggap saja Tika sudah tidak kenal, jadi Tika bisa makan dengan lahap.Sayang, mantan yang memang sedari tadi Tika tau duduk di restoran yang sama itu juga datang mendekat.Menepuk bahu abang, berbicara riang sok kecentilan. Tika enek, jadi cepat-cepat menyelesaikan makan."Bang, katanya mau ke petshop melodi. Buruan yuk ah, kasian Miu sama Rion tau."Katany sok teruru-buru bangkit membenahi pakaiannya.Mengeluarkan dompet segera di tahan abang yang melihat,"Biar abang aja. Sono kamu tunggu sama si Bara tuh.""Gak deh, aku tunggu sama abang aja. Sama mas Baras nanti di gigit."Jawabnya asal menggaet lengan abang, ikut seperti itik pada induknya.Bara yang melihat itu ngakak seketika, dia menertawakan tinggi badan Tika dengan Farhan yang jomplang.