"Seriusan, abang suka banget sama dia dek. Tapi kenapa dia minta putus sih, padahal dia tau sesuka apa abang sama dia. Abang dateng kerumahnya malah diusir sama bundanya, abang juga udah manggil bunda ke ibunya saking deketnya."
Santika dengarkan bagaimana kakak-kakakannya bercerita tentang mantan pacar yang minta putus pas lagi sayang-sayangnya. Malam-malam Santika dibangunkan dengan dering ponsel yang berteriak minta di angkat, sialan banget memang abangnya ini. Sudah tau jam menunjukkan pukul satu malam.
Malah menganggu bobonya Tika, kan jadi sebel. Abang cerita dari A sampai Z terus di ulang lagi yang akhir cerita keluhan itu tidak terima diputusin, kalau bisa abang aja yang mutusin. Katanya lebih sakit ditinggalkan ketimbang meninggalkan.
"Gimana terus, cariin abang cewek deh biar bisa move on. Kalau perlu cariin yang lebih cantik dari si Caca, biasanya cewekkan panas banget kalau dibedain sama yang lebih cantik dan perfect dari dia. Menyesal pasti."
Tuhkan, ujungnya minta dijodohin. Kencan buta lagi abis itu putus minta cariin lagi, nggak tau apa karena nyariin abang pacar Tika jadi nggak bisa nyari pacar. Kebanyakan jomblo dan curhat diabang kadang suka lupa kalau-kalau Tika punya pacar terus diputusin karena cemburu sama abang.
Kalau mau pergi juga pasti hubunginnya abang dulu biar nganter semisal supir rumah dibawa ayah sama ibu pergi. Nanti pasti abang langsung hengkang on the way nyusul Tika.
Tika itu sudah jadi adik emasnya abang Farhan, si pemilik restoran terkenal sekaligus pemilik saham mall Sandiego di kota ini.
Uh, sudah keliatan lah orang kayanya. Apalah Tika yang syukur-syukur mencukupi. Tapi tidak sekaya abang yang minyak wangi saja seharga beli motor matic, aduh batuk berdarah kantung uang Tika. Apalah Tika yang minyak wangi saja belinya yang di pakai seribu umat, tidak berani beli-beli yang kaya abang kalau tidak dibelikan.
Abang kan punya teman-teman berduit dan berkedudukan tidak main-main, apalagi abang katanya punya saham juga di beberapa perusahaan milik temannya dan sering bepergian keluar negeri untuk mengecek restoran milik abang yang ada disana, masih diasia tenggara kok.
Tapi omset abang bikin Tika menganga. Sebab nol nya ada banyak dan nggak tau itu berapa. Pokoknya banyak, kalau mau tau lengkap tanya abang saja.
"Iya abang, rewel banget. Besok lagi dibahas juga bisa, Ini Tika ngantuk loh lagi tidur di telepon cuma buat curhat. Ketahuan banget ngenesnya udah kaya kucing kawin tengah malem. Udah! Besok masih ada, aku mau tidurrr!!."
Dengan itu ponsel Tika dia lempar asal tidak tau dimana, karena tidak ada dua menit Tika sudah tidak sadarkan diri. Santika sudah mengarungi dunia mimpi dengan napas teratur.
Berbeda dengan Farhan yang memaki kesal karena teleponnya dimatikan sepihak, sedang dadanya masih panas karena tadi dia mau bilang. Kalau pacarnya minta putus juga karena punya yang baru, dia baru saja diduakan niat mau mempertahankan tapi perempuannya tidak mau ditahan.
Ya wasalam, dilepaslah sampai meninggalkan rasa sakit berjudul.
Ditinggal lagi sayang-sayangnya.
.
.
.
Besoknya, Santika dijemput abang dari tempat kerjanya disebuah perusahaan percetakan. Tau-tau sudah dicegat abang, sebab ketika pagi tiba Santika abaikan telepon abang yang berisik dan mengganggu pagi Tika yang sedang kasem-sem sama salah satu teman yang kantornya dekat dengan kantor percetakan Tika.
Niat mau jalan sama cowok malah dihadang abang, niat mau jalan dulu baru bilang abang jadi batal. Apalagi sicowok yang disuka Tika datang mendekat sambil manggil nama, abang nengok terus natap Tika lagi menyelidik.
Please deh, kadang sikap abang bikin para lelaki didekat Tika insecure mau dekatin. Karena abang yang se-badas dan se-perfect ini bisa jadi kakak zone Tika.
"Tika, jadi jalankan kita?."
Yang ditanya meringis sambil menarik lengannya mendekat dan berbisik.
"Git, kenalin ini bang Farhan. Bang kenalin, ini Sigit teman cowok Tika."
"Sigit bang, gebetan Tika."
Semprul, Tika merapal berbagai doa dalam hati ketika Sigit si sableng malah bilang gebetan. Sudah tau tanduk abang mulai terlihat, napas panasnya saja sudah terasa seperti banteng siap menyeruduk siapa saja dihadapannya.
"Gebetan ya?... Tika nggak pernah bilang punya gebetan sekumel kamu. Dan apa anting nggak jelas ditelinga kamu, dan tato di leher kamu. Mau ngajak Tika ngamen di lampu merah ya?. Tika nggak suka makan diemperan, seringnya dia bengek sampai mual karena nggak cocok. Jadi kalau bisa bawa Tika ke tempat sekelas restoran mahal yang viral."
Tuhkan, mulut bon cabe abang muncul. Si Sigit sih pake acara ngomong gebetan sedang tangannya saja belum dijabat balik oleh abang yang malah mengomentari cara berpakaian dan segala aksesoris yang digunakan Sigit. Uh, abang belum tau saja Sigit ini sebenernya anak pemilik perusahaan disebelah kantor Tika.
Lagian sejak kapan Tika mual makan di amperan? Perasaan diajak abang jajan juga suka di pinggir jalan tuh banyaknya. Si abang suka totalitas bohongnya ya.
Kan padahal lumayan kalau jadi gebetan, bisa jadi cuan berjalan sementara, dimanfaatkan lagi sayang-sayangkan pasti buta kalau duit kepake buat jajanin Tika yang suka makan.
Sigit lipat tangannya menjadi kepalan dengan senyum sesopan menahan marah, untung tidak lepas itu emosi. Kalau sampai kemakan omongan propokator abang sudah jadi arena tinju disini.
"Oh, tenang aja bang. Saya bakal bawa Tika ke tempat yang nggak murahan dan nggak bakalan abang tau."
"Baguslah kalau begitu, saya tenang nitipkan anak kecil kaya Tika ke kamu yang banyak duit. Karena Tika paling males sama anak orang kaya yang minta duit doank tapi nggak kerja."
Sudah, habis itu abang hengkang dengan elegan setelah memberikan anggukan ringan dan tersenyum culas karena berhasil mengenai tepat sasaran siapa yang abang bicarakan.
Abang sialan. Awas kalau sampai abis ini Tika malah dijauhi gebetan baru, Tika pites hidung mancungnya dan Tika kelabang mulut merconnya.
Sampai di restoran Tika salah tingkah, ternyata Sigit kemakan omongan abang. Terus Sigit kayanya salah bawa Tika, Tika nggak suka makanan berbau seafood dan Sigit bawa Tika kesini. Seharusnya Sigit bertanya dulu jangan ambil keputusan sendiri seakan menguji Tika.
Walau sedang tenar-tenarnya restoran begini Tika nggak suka dan bikin alergi karena mulut petasa abnting punya Tika bakalan gatal-gatal sampai dalam lidah.
"Kamu mau apa?."
Tika bingung, melihat jajaran makanan yang bisa Tika ambil sebanyak mungkin selama di restoran. Tika cuma mengikuti saja yang Sigit ambil karena nggak tau.
Tika biasanya di ambilin abang jadi ketika disuruh ambil makanan begini Tika kebingungan. Keseringan di layani abang selama bepergian Tika jadi kikuk pas ambil sendiri.
"Kenapa kamu ikutan ambil yang aku ambil?."
"Aku nggak tau mana yang enak, Git. Kamu sih ajak akunya kesini, mana suka aku."
"Oh... jadi kamu memang nggak bisa ya dibawa susah nantinya, sampai makanan di restoran besar begini aja masih kurang? Sematre itu kamu?. Ambil saja yang terlihat enakkan bisa, nggak usah manja kalau kamu pengin aku bawa ke restoran bintang lima!!"
Sadis dan tajam Sigit tinggalkan Tika dengan keterpakuan dimana beberapa pasang mata melihat kearah Tika dan kepergian Sigit ke meja tempat mereka duduk.
Malu dan tidak punya muka. Tika asal ambil saja yang dia lihat dan mendekat kearah Sigit dengan takut-takut. Soalnya muka Sigit datar dan kasar nahan marah kayak papan penggilesan cuci, Tika jadi nggak berani angkat muka buat ngomong.
Dia makan sup yang tadi di ambil dan rasanya lumayan, terus makan ayam yang entah dikasih bumbu apa, lalu Tika coba udang dan entah seafood apa namanya.
Tika baru lihat dan rasanya aneh, Tika nggak suka. Mau di muntahkan niatnya tapi Sigit langsung tatap Tika tajem bukan main sudah kaya sisi mata pisau yang tajam siap nyincang daging, melihat gelagat Tika mau keluarin makanan dengan tangkupan tangan dimulut.
"Kenapa kamu?."
Tika geleng kepala sudah kaya video klip lagu anak yang bunyinya. Mama, geleng-geleng. Eh, itukan mama bolo-bolo kakak.
Setelah itu Tika nggak lagi makan piring berisi entah seafood apa itu. Soalnya lidah mendadak gatel didalam sana, mau ngeluh tapi nggak berani ngeliat Sigit diam seribu bahasa apalagi bahasa inggris yang nggak Tika bisa sampai sekarang.
Sudahlah setelah dari restoran semuanya suram dan Tika sama Sigit cuma diam-diaman saling mengasingkan diri.
Kemudian hubungan itu berlanjut tanpa ada kepastian status yang benar sampai mulai dingin kay nasi di piring kelamaan ditinggal, mulai keras dan berkerak. Walau Sigit tetap menjemput pulang Tika, mengobrol sesekali dalam tawa hambar, tapi ada sekat setelah itu.
"Gara-gara abang nih..."
Tika melirih sendiri sambil menatap ponsel dimana dia melihat postingan salah satu teman satu kantornya yang membuat snap video dengan gebetan sedang jalan sambil pegang tangan dan kelihatan bahagia sedang Tika malah menyedihkan.
"Kamu mau bawa aku kemana emangnya. Kok dipinggir jalan gini sih."
Begitu isi suara dalam video snap yang Tika tonton ulang terus.
"Mau bawa kamu jajan di kaki lima, tukang sate disini enak, mau ajak kamu coba makan tempat langganan aku."
Tika selama jadi gebetan mana pernah diajak ke tukang sate yang pernah Sigit bahas buat bawa Tika kesana, itu cuma wacana sebelum Sigit kemakan omongan abang yang bohong besar.
Seharusnya Sigit sadar kan, Tika selama dekat dalam artian sudah mau dapet status pacaran. Tika nggak pernah neko-neko, Tika mana minta yang aneh-aneh. Cuma ya...
Sesekali Tika memang nggak mau dibawa ke tempat makan yang jorok pengolahannya. Em... Sebenarnya sering sih, terus abang ngomong begitu ke Sigit buat Sigit mikir dan sadar selama ini Tika terlalu menjaga makan banget dalam jajan.
Sigit belum tau saja seberapa banyak Tika punya alergi sama makanan dan obat. Pasti bakalan kaget di tempat sampai buat melongo kalau tau. Hiperbola bangetkan Tika.
"Kamu nanti jangan pilih-pilih makanan ya, tapi nanti aku usahakan buat kamu apa aja pasti ada."
"Uhh..."
Tika hapus air mata yang jatuh tanpa sadar basahi pipi, cemen banget ya Tika. Padahal belum jadian dan bisa kapan saja di tinggalkan. Yang sudah ada status saja tetap bisa meninggalkan dan di tinggalkan, Tika harus terima kalau memang Sigit nggak mau lagi sama Tika.
Tapikan Sigit bisa bicara sama Tika kalau hubungan mereka nggak bisa diberi harapan untuk status pasti, bukan malah cari yang baru selagi Tika masih menaruh harap dalam hubungan mereka. Kekanakan banget kan, seharusnya pikirkan gimana perasaan Tika sebagai perempuan.
Sudut hatinya terluka dan terasa mengganjal sakit.
Kok rasanya jadi kaya barang gitu, sudah bosan tinggalkan, beli baru.
"Jangan nangis, kamu kuat dan masih banyak yang mau sama Tika. Semangat!!" Mengepal tangan dan mengangguk menyemangati diri.
"Tika masih bisa cari yang baru, hm... Sigit cuma remahan kuaci. Nggak pantes sama Tika si dewi kahyangan."
"Mimi peri maksud lo, Tik?."
Tanya suara yang kepalanya nongol menatapi Tika dengan jenaka yang entah dari kapan.
"Apaan sih Doni, ihhh!." Tika tutup muka merah sehabis nangisnya.
Sumpah Tika malu karena ketahuan sama salah satu teman yang beda kubikel disebelahnya. Lupa kalau Tika masih dikantor malah asik ngomong sendiri.
"Kata lu, dewi kahyangan. Yang punya keperawanan tanpa habis itukan? Ya mimi peri."
"Doni bego. Diem deh lo!"
Tika langsung hengkang ke dapur buat cuci muka. Malunya sampai sumsum tulang, mendadak galau melow Tika bablas kedalam perut karena malu.
Soalnya Doni ini termasuk laki-laki tsunder dalam novel-novel gitu. Jarang ngomong dan senyum, sekalinya ngajak ngomong pas Tika lagi ngomong sendiri yang mana kalau dimata orang terlihat seperti orang gila.
.
.
.
"ABANG!!! Tanggung jawab, Sigit beneran jauhin aku tau. Jahat banget sih suka bikin gebetan Tika benci dan tinggalin Tika gitu aja pas ketemu sama abang. Udahlah Tika mau jauh-jauh dari abang kalau misalkan abang giniin Tika terus. Nggk ada kata pisah dia cari yang lain, mau bilang dia selingkuh tapi bukan siapa-siapa, mau marah juga Tika nggak punya hak selain bersembunyi dibalik kata gebetan. Kesel banget!! Udahmah Tika ketahuan nangis di depan si Doni, huwaaaaaa. Imaje kalemku hilang dihadapan Doni. Huhuhu..."
Terus Tika ngomong udah kaya kereta api nggak punya rem diatas lintasan rel kereta, Tika ngomong sambil jalan kearah abang yang tengah santai ria diatas kursi ditaman belakang rumah bersandar memejamkan mata menikmati semilir angin malam. Tinggal tunggu masuk anginnya saja sih.
"Abang!!"
Tika geplak mukanya yang songong tapi ganteng dengan tanpa perasaan sampai abang kaget dan bangun dengan tidak cantiknya sebelum pantat seksinya jatuh dengan cara menyedihkan. Bodo amat, intinya marahnya Tika tersalurkan dengan mukul abang.
"Kamu kenapa Tika?. Nggak tau apa abang lagi menikmati angin malam."
"Nikmatin dari mana, yang ada masuk anjing iya."
Digeplaknya mulut non akhlak milik Tika, sampai Santika mengaduh berteriak.
"Mulutnya pake filter hp oppen coba biar cantik dikit kalau ngomong."
Abis itu Tika marah dan ninggalin abang dengan mata merah dan dikejar oleh abang seperti serial film india.
Ditarik tubuh Tika sampai masuk dalam pelukan tubuh besar abang sedang tinggi Tika cuma sampai dada abang. Tika langsung menangis seperti bayi kehilangan sumber asi.
"Nyebelin banget tau, bang. Tika padahal nggak pillih-pilih makanan, bukannya Tika nggak mau makan di amperan dan segala kaki lima dipinggir jalan. Tika bukannya matre atau jijik dengan tempat-tempat kumuh. Tika punya banyak alergi, abang juga tau. Tika selalu jaga kesehatan karena Tika mau sembuh dari segala penyakit alergi ini. Kenapa sih, Sigit nggak ngomong aja sama Tika, diskusiin bukan malah main tinggalin Tika tanpa penjelasan."
Abang diam sambil mengusap punggung mungil Tika lembut sedang yang menangis semakin mengeratkan pelukan dan mengusak wajah di baju kaos abang sampai lecek dan basaha oleh ingus serta air matanya.
"Sakit banget rasanya..."
Malam menjadi saksi dimana Tika menangis dalam pelukan abang, angin menemani dengan gemeresik bunyi dahan dan daun saling berbenturan terkena angin. Bintang dan bulan membisu meresapi kedekatan keduanya yang tergantung dalam status adik-kakak zone.
Setengah jam setelah semua uneg-uneg Tika tersampaikan, Tika lepas rengkuhan eratnya dari tubuh abang dan tatap wajah abang dengan wajah kucel bak baju tidak digosok.
"Abang kalau mau seleksi calon pacar Tika jangan kaya gitu lagi caranya, abangkan bisa ajak bicara berdua. Jangan buat kebohongan lagi...nggak bohong sih. Tapi maksudnya jangan kaya gitu juga, nanti gebetan Tika terus salah prasangka sama aku. Ujungnya Tika lagi yang di tinggalkan dan sakit hati."
Abang cuma manggut-manggut manut ucapan Tika, dia tidak tega terus mengusap air mata yang lagi-lagi mengaliri kedua pipi Tika.
"Abang jangan jegal jodoh Tika lagi ya, jangan pakai cara kaya gitu lagi. Tika nggak pernah begitu ke pacar dan gebetan abang."
"Hem... Maafin abang kalau begitu, buat Tika nangis begini. Cengeng banget ya..."
Terus abang rengkuh lagi tubuh Tika kedalam lingkup tubuh tinggi besar abang. Pelukan paling nyaman setelah keluarga kandungnya adalah abang. Tika akan selalu balik badan untuk mencari perlindungan atas rasa sakit yang datang dari cinta ketika emosi itu pergi pamit meninggalkan luka.
Tika lucu, habis ngambek malah minta dijajanin beli pakan kucing kesayangan dan kandang baru lebih besar. Tapi bukan cuma itu, dia juga minta di jajanin abang banyak makanan dan buku novel.Abang cuma ngintilin dan gesek kartu, mengikuti saja tanpa komentar selagi adik manisnya tidak merengek ataupun ngambek berkepanjangan.Tidak enak rasanya kalau tidak diributin Tika sehari saja, kaya kemarin ngambekkan dua hari mendiamkan Farhan. Padahal Farhan mau curhat kalau liat mantannya uplod poto dengan tangan saling membentuk love jadi ada yang nyeri didada melihat itu sedang dia masih belum punya pasangan buat sombongkan diri.Jangan ikuti jalan abang, ya, teman-teman. Nggak baik, sama saja memanfaatkan pasangan kita yang sudah begitu memberi hatinya ada kita. Ternyata hanya untuk pamer sam
Tika selesai merevisi naskah milik salah satu penulis terkenal ter best seller, habis itu dia buka hp cek sebentar untuk lihat email. Karena dalam sehari ada seribu lebih pesan yang masuk bertanya soal rekrutmen yang dilakukan para editor mengajak join kedalam aplikasi Novelis.Banyak pertanyaan yang perlu ia jawab, dan perlu konsentrasi penuh agar tidak salah membalas.Perusahaan baru saja meluncurkan web versi beta untuk menulis yang bisa digunakan melalui pc. Jadi kita perlu ekstra fokus apalagi bagian IT. Mereka sering lembur malam jika banyak pengguna yang masuk membludak dimalam hari kemudian web terjadi error, mereka akan mengupayakan agar web bisa diakses kembali.Oh iya, Tika benar-benar marah setelah kejadian abang main ciu
Pokoknya Habis ini Tika mau pulang terus teriak dirumah."Tika sekarang punya pacar!!!"Uh, nanti tapinya kalau ketahuan abang di gampar lagi. Eh, bukan abang Farhan ya. Tika lagi ngomongin abang kandung bukan abang-abangan.Abaikan dulu abang-abangan nya Tika. Sudah wasalam dulu. Tika malas bahasnya. Tika marah, biarkan. Katanya kalau ada punya pacar baru atau lagi dekat harus saling cerita.Apa ini maksudnya kemarin ketemu abang lagi jalan bilangnya gebetan baru, pantes hidungnya abang nggak keliatan main dirumah Tika hampir sebulan lamanya, paling cuma nelpon dan sekedar ng-chat Tika.
Akhir pekan Tika sekarang berbeda dari biasanya yang banyak rebahan dan mandi pukul tengah hari kemudian di rapel ke sore. Jam sembilan Tika sudah berdandan cantik menunggu pacar menjemput buat nonton dan beli novel sama cat buat Tika. Katanya sih di traktir tapi nanti bulan depan Tika yang traktir Daru.Di jemput di depan rumah Tika langsung ngacir sambil pamit ke abang yang didalam kamar, mencium pipi gembil keponakan lelakinya yang sedang makan di meja pantri. Tika ucapkan salam perpisahan untuk jalan akhir pekan sama pacar.Tika senang, jadi cengengesan selama perjalanan sampai Daru ketakutan dibuatnya. Untung cinta, jadi memaklumi tingkah Tika yang ajaib.Sampai di bioskop, keduanya melihat-lihat film yang sedang tayang, mereka
Abang mana bisa diemin Tika, Tika kan ngangenin. Jadi wajar Tika balas diemin malah abang yang belingsakan kaya ikan didaratan.Tapi seriusan, waktu bang Tara beberin rahasia yang Tika umpet-umpetin dari bang Farhan langsung hengkang balik. Mukanya nggak ada selow-selow nya, Tika takut dan nggak lama Burhan yang paham balik. Tika samperin bang Tara yang nonton tv."Abang ngomong apa sama bang Farhan?. Kok mukanya asem gitu, bukan aneh-aneh kan?."""Oh, enggak. Abang cuma bilang tentang kamu yang di apelin tiap malam minggu sama cowok."Segera Tika geplak pala abang Tara dan berteriak hiperbola."Abang!!! Kok malah dibilangin, kan Tika suruh jangan bilang-bilang bang Farhan... Ih, terus gimana ini. Abang Farhan pasti marah, huhuhu. Nanti yang jajanin Tika siapa kalau abang Farhan ikut marah, harusnya kan Tika aja yang marah dan diemin abang."Terus Tika yang sudah garuk-garuk kepala frustasi berat, agak lebay sih. Langsung ingat dan bilang.
Aneh, tapi nyata. Gimana donk?.Sejak kejadian Tika di manfaatkan Daru yang ternyata sudah berumah tangga dan hampir meniduri Tika, Farhan dan Tara murka. Dengan kekuasaan Farhan mengancam agar mencari kelemahan dan masalah dalam pekerjaan Daru agar dikeluarkan.Ternyata abang kalah cepat sebab Daru sudah resign dari kantor. Tara yang masih tidak terima karena Daru merendahkan sang adik seperti perempuan murahan mencari terus menggunakan pengetahuan ITnya. menghack dan mengancam Daru juga istrinya.Tika yang tau langsung marahi bang Tara, kalau istrinya tidak ada sangkut pautnya. Malah istrinyalah yang memberitahu Tika bagaimana dia dimanfaatkan. Kembali ke kakak-kakakan Tika. Kakak angkatlah bahasanya, biar pembaca paham.:')Abang jadi sering antar jemput Tika. Terus abang sering ngchat Tika, telepon juga iya. Abang buang-buang waktu banget kan ngchat Tika yang malas balas chat terus malas angkat telepon. Sampai abang pernah telepon bang Tara bua
Tika berhenti kerja sejak seminggu setelah dia mengetahui telah dibohongi oleh Burhan. Walau sempat tidak diizinkan sampai kantor menemukan penggantinya, untung bang Tara membantu menemukannya. Jadi Tika tidak perlu lama-lama disana.Yang sekarang Tika lakukan adalah menganggur, jajannya ada dari bang Tara dan abang. Terus ada kakak perempuannya yang sedang berlibur disini dengan ponakan bulenya, bulepotan maksudnya.Tika sekarang sudah rapih, dia mau diajak jalan sama abang. Sekarang akhir pekan dan abang sedang punya waktu luang. Soalnya tiap kali abang ada waktu pasti ngapelin Tika atau ajak jalan. Kadang jalannya ke tempat makan di pinggir jalan atau malah tidak jelas, kadang ada jalan yang arahnya belum diketahui abang pasti tetap saja dilibas.Katanya biar tau aja ini bakalan mablas kemana, kalau nyasar bisa bertanya. Uh, terserah abang saja kata Tika. Tika kan cuma ikut saja karena di jajanin terus walau pengangguran."Mau kemana lu, rapih bener. B
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DAN MASUKKAN LIBRRARY KALAU SUKA.SELAMAT MEMBACA..Setelah acara itu, Tika kalau diajak abang suka intermezo sampai ke akar. Nggak mau manut aja. Pokoknya sampai jelas dan kemana tujuannya, nggak mau kaget sampai jungkir balik kaya waktu itu.Kan, Tika hiperbola lagi.Sudah deh, pokoknya begitu saja ya. Ternyata author males jelasin absurdnya Tika.Sampai dimana akhirnya Tika cuma jadi freelance gitu, kerja serabutan. Kalau ada job Tika lakuin, kalau nggak ada. Hidupnya cuma tidur, bangun, makan, sama gangguin hidup abang dan bang Tara.Banyaknya Tika minta uang ke bang Tara dan dijajani abang. Kakak perempuan Tika sudah balik keluar negeri. Rumah jadi sepi karena nggak ada suara rusuh keponakan bulenya.Tau nggak kenapa Tika suka jajan?.Jadi, dulu ketika SMP, Tika pernah kena obesitas berat dan *diabetes tipe 1 karena kegemarannya jajan manis, misalnya
Bara tilik layar ponsel Farhan dari balik punggung untuk melihat, jika layarnya menampilkan pesan singkat dari sosok yang berhasil buat Farhan ng-bucin bertahun-tahun ketika mau tancap gas sudah keduluan rekan kerja.Sakitnya sampai sumsum tulang, tidak terlihat tapi bikin hati nestapa."Kenapa nanyanya basa basi gitu dah?"Tanya Bara kemudian tidak lagi mengintip, dia langsung ambil ponsel Farhan yang hanya menghela napas.Dia benar-benar tidak punya banyak energi untuk marah, maupun bernapas. Sudah pantas di sebut orang patah hati belum abang?Sudah kan, napaspun rasanya sulit. Pikiran kacau balau karena kehilangan arah tujuan yang sudah di buat dari lama, sudah dua tahun abang memikirkan untuk melamar Tika tapi belum berani.Kemudian bodohnya, dia malah buat ikrar tidak berotak tapi syukur-syukur Tika sudah lelah dengan fase kenalan-dekat-pacaran dan terus begitu sampai putus lagi.Abang jadi punya kesempatan untuk bergerak setelah menguatkan hati, yakin jika dia sudah baik-baik saj
Rumah Farhan tidak seperti biasanya, ada kesuraman dan sepi. Dengan Farrel dan Hana yang duduk di ruang tengah saling berpikir, mereka tengah mendapati abang mereka. Kakak tertua, si sulung itu tengah malam di depan mereka tanpa kesulitan.Atau merasa bersedih seperti kebanyakan mantan yang di tinggal nikah, ini bentukan abang masih hidu, bernapas dan biasa saja. Atau jangan-jangan abang hanya sedang bersikap legowo dalam hati sudah menangis darah?Jadi sebenarnya yang suram itu Farrel dan Hana, bukan Farhan."Beneran ya, abang nggak drama kaya kemarin lagi. Aneh tapi nyata, gue jadi speechles."Ujar Farrel pada adiknya.Hana menimpali."Nggak gue sangka, jauh dari ekspetasi kehancuran yang udah terbayang. Gue malah nyaksiin abang anteng makan sebelum berangkat ke acara pertunangan mantan, atau jangan bilang. Abang ngamuknya di acara lagi?""Ya gapapa, gue seneng kalau mbak Tika batal tunangan. Nanti abang dateng bak pahlawan kesiangan terus gantiin deh sebagai mempelai laki-lakinya, ka
[Mbak Tika, abang sakit nih pulang dari rumah mbak. Kena asam lambung parah, terus sekarang lagi demam. Salam ke mas Tara ya!! Jangan galak-galak banget kasih hukuman ke abang aku, kasian tau sekarang ngigau kaya orang gila manggil mbak.]Isi pesan itu masuk, dari Hana Astuti Winata. Adik bontot Farhan yang memang dekat dengannya, sering memberikan informasi abang tanpa perlu di tanya.[Mbak nanti jengukkan?]Tika jalankan jarinya di atas layar ponsel untuk menjawab.[Terus abang gimana sekarang, udah mendingan belum?][Iya, nanti mbak datang ke sana.]Tika menunggu dengan gelisah balasan dari Hana, di sini Tara juga tidak sama beda. Hanya saja jika Farhan jatuh sakit maka Tara jatuh ke dalam emosi, dia terus-terusan bermuka muram.Dia juga tidak tau saja, kalau Hana mengirim pesan di lebih-lebihkan, karena nyatanya Fahan sedang duduk di meja dapur sambil makan tanpa terlihat selemas sebelumnya.Belum ada pembicaraan lebih lanjut, abang seakan menahan diri karena terakhir kali mereka
Pada akhirnya abang memilih pulang, Tara mengusir Farhan secara tidak langsung dengan meninggalkannya di ruang tamu. Membiarkan Farhan mau melakukan apapun asal tidak mendekati adiknya.Sebab dia masih kecewa.Farhan jadi paham dan memasrahkan diri, tapi tidak. Dia belum menyerah seperti kebanyakan orang.'Sebelum janur kuning melengkung, masih ada peluang menikung' Terdengar jahat tapi kini abang benarkan kata-kata itu.Sekarang dengan kepala pening, sebab memikirkan masalah bisnisnya dan Tika juga Tara sangat menguras energinya.Dia pulang dengan kepala yang benar-benar hampir pecah rasanya, duduk di jok mobil pun serasa sedang mengambang. Kalian pasti paham bagi yang sudah merasakannya, pantat abang serasa tidak duduk di atas jok mobil.Sampai di rumah abang turun dengan kepala menunduk lelah, sudah tidak kuat apalagi mengingat tadi Tika sampai menangis. Itu pertama kalinya di hadapan abang setelah sekian lama Tika tidak menangis karena di putusin mantan.Sudah berapa tahun setelah
Tika masih ingat bagaimana wajah bang Tara yang tidak mau menatap Tika barang sedetikpun, marah dengan sikap lemah Tika kepada abang yang agresif bukan main. Sejak mendeklarasikan jika abang mau lamar Tika dan membelikan cincin pengikat.Tidak ada lagi sekat yang dulu abang buat, hilang tersamarkan oleh rasa sengatan-sengatan menyenangkan yang di buat abang ke Tika yang lemah.Bang Tara tau kok, ini juga kesalahan Tika karena malah berdekatan dengan Farhan ketika sedang berduaan. Sudah pasti Tika sebagai umpan dan Farhan si pemancing akan tergoda untuk menyicip.Dan salahnya juga terlalu percaya dan membiarkan kedua makhluk berbeda jenis dari cucu adam ini saling berdekatan. Dia patut di salahkan sebagai seorang kakak, dia lalai untuk menjaga adik perempuannya dari godaan setan sundal berbentuk Farhan."Bang Tara..."Panggil Tika pada Tara yang tidak juga mau menatap adiknya.Tara biarkan saja, dia lebih memilih melewati adiknya yang berdiri di depan pintu kamar. Dia bawa gelas kopinya
Sudah berapa kali abang di abaikan?Sudah berapa kali abang menunggu dan bertandang?Sudah berapa lama?Entah, abang sendiri lupa.Abang tengah berusaha untuk mendapatkan tiket restu dari sahabatnya sebagai kakak ipar. Sampai gerbang rumah, mobil abang tidak di ijinkan masuk. Hanya menunggu bersama satpam komplek rumah Tika, paling-paling kalau ada kesempatan abang ketemu Tika yang jalan kaki habis dari super market.Nanti Tika buru-buru usir abang, takut-takut bang Tara liat abang babak belur lagi. Padahal abang sudah siap, sedia, ikhlas kalau sampai babak belur tapi dapat membuat Tara memaafkan kebodohannya.Waktu itu Tara benar-benar marah sampai mengungkit pembahasan mereka sebagai seorang teman."Lo taukan kita ini laki-laki, gimana perasaan serakah menginginkan seorang wanita sampai sebelum di akadpun merayu wanitanya cuma biar melakukan hal yang kita inginkan karena tau perasaan mereka fleksibel dan lemah pada perasaan.""Tapi jangan manfaatin adek gue buat merasakan afeksi yang
Bang Tara menyuruh Tika masuk ke kamar, tampangnya sudah kusut macam benang layangan yang terlalu panjang di ulur. Sedang paras abang, hanya tersisa lebam dan darah di hidung juga sudut bibirnya.Lihatkan, bang Tara tidak main-main masalah begini. Enak saja adiknya belum juga di beri label halal sudah main embat. Memang Tika perempuan macam apa, bang Tara begini karena tau yang mendahului itu abang."Gue gak bakal salahin adik gue sendiri! Karena gue yakin, Tika gak mungkin mendahului kalau gak lo rayu ya anjing!! Lo paham sendiri gimana bentuk perasaan Tika yang labil, tai!!."Kata abang sarkas penuh makian.Abang hanya diam. membiarkan Tara meluapkan segala emosi yang tertimbun."Pas pulang, gue liat mobil lo. Hapal banget dah gue, plat nomor sama bodynya. Apalagi hampir tiap hari ya lo datang ke rumah cuma buat kekepin si Tika. Tapi gak begini caranya bos, lu anggap apa adek gue sampai lo sentuh lebih dari seharusnya!!"Ucap Tara terus memojokkan abang.Dari sini abang menyesali sika
"UhhHhhhh... Ini anak ciapa cih, anak ciapa???""Eh iya, kamukan anaknya mami Tika yang imut dan baik hati. Kamu itu lebih berharga dari perabotan ini, gapapa kamu bantingin. Nanti bang Tara yang gantiin kok."Katanya lagi mendusel kucing kseayangannya yang berwarna corak abu-abu muda.Dia kecupi dan si kucing makhluk yang Tika beri predikat gemoy itu, sedang Rion si kucing hanya pasrah. Sudah biasa dengan tingkah tidak dapat di pahami oleh logika itu, berlaga aneh.Abang yang lait mencebik, dia tidak lebih berharga dari benda buntal berbulu itu yang kini melihat kearahnya seakan meledek.'Hehehe, kamu gak akan bisa menandingi saya sebagai makhluk paling di sayang Tika.'Kemudian Tika memeluk tubuh kucing gembul itu, menduselkan moncongnya ke leher Tika yang mana abang menggeram marah. Kucing buntal berkelamin jantan itu memanfaakan kepolosan Tika, sialan dia akan jual saja ke orang kalau Tika tidak ada.Abang masih pandangi tingkah Tika yang lebih gemoy dari kucing buntalan kentut itu
Ternyata, lelaki di hadapakan Tika itu nggak ada kata mundur sepertinya walau Tika sudah tolak secara tidak langsung juga kehadiran abang dan mas Bara di sini.Tapi ada abang, jadi abang yang menjawab segala wawancara dari laki-laki entah siapa, anggap saja Tika sudah tidak kenal, jadi Tika bisa makan dengan lahap.Sayang, mantan yang memang sedari tadi Tika tau duduk di restoran yang sama itu juga datang mendekat.Menepuk bahu abang, berbicara riang sok kecentilan. Tika enek, jadi cepat-cepat menyelesaikan makan."Bang, katanya mau ke petshop melodi. Buruan yuk ah, kasian Miu sama Rion tau."Katany sok teruru-buru bangkit membenahi pakaiannya.Mengeluarkan dompet segera di tahan abang yang melihat,"Biar abang aja. Sono kamu tunggu sama si Bara tuh.""Gak deh, aku tunggu sama abang aja. Sama mas Baras nanti di gigit."Jawabnya asal menggaet lengan abang, ikut seperti itik pada induknya.Bara yang melihat itu ngakak seketika, dia menertawakan tinggi badan Tika dengan Farhan yang jomplang.