Dylan hanya melirik ke arah Asia. Ia tahu kalau gadis itu sedang marah padanya. Terlihat dari matanya yang tajam setajam silet. Dylan sudah tahu apa hal yang harus dilakukan.
Kini ia hanya menjadi seorang lelaki pemaksa. Sekarang dia harus menerima akibatnya karena sudah melukai tangan gadis itu.
Dylan mulai mengelus kepala Asia, dan mulai mengusapnya dengan lembut. Dia juga mulai merapikan rambut - rambutnya.
"Maaf ya," katanya dengan suara rendah.
Dia mulai menarik tangan Asia, dia tahu Asia sedang rapuh. Dia tidak memungkinkan menyakiti hati Asia kembali. Ia mulai mendekatkan jari jemarinya dengan jemari milik gadis itu.
Ia mulai mendekat ke arah Asia dan mengatakan,"maafin ya gue nggak maksud gitu kok,".
Setelah mendengar ucapan dari Dylan, Asia langsung terkejut. Ia bingung ingin takut atau merasakan kenyamanan. Tetapi Asia tidak bisa berbuat apa - apa saat mereka saling berdekatan.
Air matany
Dylan mulai mempersiapkan beberapa obat - obatan, plaster untuk mengobati luka dari Asia. Ia tahu semua luka yang dialami oleh Asia itu adalah karenanya. Dylan mulai duduk di kursi itu tetapi Asia berusaha menjauhinya walaupun di dalam 1 ruangan.Pemuda itu mulai berjalan ke arah Asia, dia mulai menggandeng tangannya. Kemudian dia mulai merangkul tubuh Asia dengan menggunakan lengannya.Hari ini Asia harus menerima semuanya, semua yang dilakukan oleh Dylan. Dia hanya bisa pasrah saja dengan keadaan yang terjadi."Maafin gue ya, soalnya gue udah nyakitin Lo," katanya.Lalu dia mulai menengok ke arah kanan dan kiri. Sejak saat itu, Asia semakin takut. Ia tahu kalau Dylan tidak akan menyakitinya. Tetapi hal itu mungkin saja terjadi. Entah imajinasi Asia yang terlalu tinggi atau dirinya ketakutan saat berada di dekat Dylan."Lagi mikirin apa sih? Hayo ngaku sekarang," Dylan sambil menyentuh tangan Asia. "Gue mau cium Lo bo
Asia hanya mampu menatap Dylan dengan sinis.Ia tahu betul apa yang ada didalam otak kepala Dylan?Saat ini, Asia mulai bersikap memperhatikan setiap gerak - gerik dari Dylan. Dia pun terlihat menyilangkan kedua tangannya dan mulai melirik ke arah Dylan."Nggak usah mikirin yang aneh - aneh, serem banget lagi lirikannya. Biasa aja kali gue juga nggak ada niat jahat sama Lo. Lagian gue kesini niatnya baik, mau minta maaf sama Lo,""Lo serius?" kata Asia yang baru saja mendengar ucapan dari Dylan.Tanpa menjawab pertanyaan Asia, dia sudah memberikan permintaan maaf sekaligus mengusap kepalanya dengan menggunakan tangannya. Kemudian dia mulai menarik kursi dan duduk di dekat Asia."Mana tangan Lo,""Ehh..mau di apain tangan gue?" kata Asia yang mulai ketakutan. Wajar saja, kan, selama ini Dylan tiba - tiba menghilang dan datang secepat kilat.Dylan mulai mengeluarkan sebuah obat yang bisa mereda
Di ruangan itu sepi sekali hanya ada mereka berdua, Asia dan Dylan. Dylan saat ini masih diberikan kebebasan untuk melihat wajah yang ayu itu. Entah ia tidak ingin kehilangan gadis itu, tetapi nyatanya dia bukan siapa - siapanya. Hanyalah seorang teman saja, bahkan saat ini ia tak yakin apakah dia sudah dimaafkan oleh Asia atau tidak. Terlihat di matanya, ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Asia.Asia mulai merapatkan tangannya. Kali ini ia benar - benar bosan, dia tahu Dylan sedari tadi sudah memandangnya dekat - dekat. Bukan jantung yang dia rasakan, Asia selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan yang selalu melihatnya. Saat itu, Dylan mulai mengalihkan pandangan ke arah lain. Suasana menjadi tenang dan damai. Atau ini hanya karena ada Dylan di sisinya?Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan, dia yang baru saja memejamkan matanya. Terlihat ada keindahan yang terlihat di sana, mata Dylan juga terlihat lebih
Sekarang ia mulai merenungkan apa yang harus ia ceritakan kepada Asia.Dylan mulai menghembuskan napasnya. Sedangkan Asia hanya meliriknya saja dan tidak berkata apa-apa."Udah sore ya, btw ada yang mau diomongin?" ucap Asia."Gue nggak pernah bosan kalau sama Lo. Pengen deh lama - lama kalau sama Lo?" kata Dylan.Sedangkan Asia hanya mengerutkan wajahnya, Asia pikir Dylan sudah berubah tetapi sama saja seperti dulu."Gombal banget, sih, tolong ingat ada istri tuh,"Dylan mengatakan,"gue udah cerai,"Asia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dylan. Mustahil sekali jika itu sampai terjadi, tetapi kenyataannya memang seperti itu."Gue udah cerai sama Nafisah," katanya sambil memberikan senyuman kepada Asia."Dia cerain gue, karena menurut dia. Gue nggak layak untuk menjadi seorang suami yang diimpikan oleh Nafisah selama ini," tuturnya. Tetapi Dylan langsung mengarah
"Kok bisa?" tanya Asia yang tidak percaya."Sejak pertama kali kita ketemu. Lo lupa ya dulu kita sempet berantem. Sampai akhirnya gue merasa jatuh cinta sama Lo. Lo juga dulu pernah minta nomer gue, tapi nggak pernah gue hubungin sama sekali," kata Dylan sambil tersenyum.Dada Asia semakin panas. Ia tidak menyangka kalau cintanya sudah berbalas. Padahal pertemuan itu bisa saja menjadi hal yang indah kalau dia sudah sadar sejak dulu."Lo nggak inget ya gue sering banget satu projek sama Lo. Lupa ya apalagi gara - gara klien nyebelin itu yang membuat kita satu projek,"Ya ampun otak Asia ini terbuat dari apa, sih!"Dulu gue sering duduk dekat sama Lo, berharap Lo inget sama gue. Tapi kenyataannya enggak, gue juga yang harus berusaha untuk dekatin Lo,"Dylan tahu rasanya sulit tetapi tidak ada cara lain selain berbicara langsung kepada Asia. Sedangka
Dylan mulai mengajak Asia keluar ruangan. Ia tahu karenanya Asia menjadi seperti ini. Bertemu dengan Asia saja sudah cukup bagus untuk dirinya. Dia mulai berjalan kaki dengan Asia sampai ke tempat kerjanya.Dia mulai meninggalkan mobilnya dan tanpa menyalakan mesin sama sekali. Matahari sudah semakin gelap, ia mulai digantikan dengan kegeapan malam. Ia tahu kehadiran matahari hari ini sudah memberikan dia kedamaian antara Dylan dan Asia. Tetapi bintang – bintang seolah berbicara padanya tentang hal yang terjadi.Berbeda dengan Asia, Dylan tahu gadis ini tidak bisa berkata apa – apa.Bahkan gadis itu sudah berani berhenti menangis saat bersama dengan Dylan. Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Dylan kepada Asia. Tetapi saat ini, ia hanya ingin Asia diam saja daripada hanya menyakiti Asia saja. Selama berjalan dari taman, ia tidak melihat senyuman yang ada di dalam wajah gadis itu.Dylan mulai mengelus tangan Asia,
Setelah meninggalkan Asia di kantor, Dylan ternyata langsung menuju sebuah rumah yang dikenalnya. Mobil sedannya langsung melaju dan tancap gas ke rumah di kawasan Tambun.Bodohnya dia hanya melihat sahabatnya sedang beromansa dengan seorang wanita.Saking kesalnya, Dylan langsung membunyikan klakson yang membuat sepasang kekasih itu langsung kaget setelah mendengar bunyi klakson milik mobil sedan itu.“Gila lo!” kata laki – laki itu yang kesal setelah Dylan menyembunyikan klakson dari mobil sedan berwarna silver itu.“Untung gue nggak jantungan, malah bunyiin klakson lagi. Coba gue jantungan, bisa mati kali gue!”“Hai kak Natasha, apa kabar?” kata Dylan yang langsung menyapa gadis di samping Ardi, gadis yang sudah lama berpacaran dengan Ardi.Ternyata Natasha hanya sedikit tersenyum dan mulai berpamitan untuk pulang. “Aku pulang duluan ya nanti kemaleman,” kata gadis itu lalu melepaskan
Tapi pernah sih hampir mau selingkuh sama Asia, wajar kan kalau tergoda?Bodoh banget sih, gue! Kok Asia lagi!“Lagian juga gue nggak pernah ngapa – ngapain dia kecuali kalau Nafisah yang mau,”“Iya iya gue tahu Dylan, lo ngapain sih kesini ganggu hidup gue aja!”“Tahu nggak lo kayak setan, datang nggak diundang tiba – tiba nongol aja. Orang tuh ya kalau mau kesini ijin dulu kek, bikin gue kaget aja tahu nggak!” keluh Ardi yang baru saja mengeluh karena Dylan lah kekasihnya pulang lebih cepat.“Lo tuh ya harusnya menyambut tamu dengan baik, ini mah disambut dengan hujatan,” lirik Dylan yang tidak suka dengan sikap Ardi saat ini.Ardi hanya bisa menghela napasnya, lalu mulai mempersilakan Dylan untuk duduk. Kemudian Ardi mulai menyuguhkan Dylan minuman air putih. Dylan mah dikasih hati malah minta jantung kelewatan nanti nih anak.Dylan mulai menyenderkan badannya di sofa lemb
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p