"Kok bisa?" tanya Asia yang tidak percaya.
"Sejak pertama kali kita ketemu. Lo lupa ya dulu kita sempet berantem. Sampai akhirnya gue merasa jatuh cinta sama Lo. Lo juga dulu pernah minta nomer gue, tapi nggak pernah gue hubungin sama sekali," kata Dylan sambil tersenyum.
Dada Asia semakin panas. Ia tidak menyangka kalau cintanya sudah berbalas. Padahal pertemuan itu bisa saja menjadi hal yang indah kalau dia sudah sadar sejak dulu.
"Lo nggak inget ya gue sering banget satu projek sama Lo. Lupa ya apalagi gara - gara klien nyebelin itu yang membuat kita satu projek,"
Ya ampun otak Asia ini terbuat dari apa, sih!
"Dulu gue sering duduk dekat sama Lo, berharap Lo inget sama gue. Tapi kenyataannya enggak, gue juga yang harus berusaha untuk dekatin Lo,"
Dylan tahu rasanya sulit tetapi tidak ada cara lain selain berbicara langsung kepada Asia. Sedangka
Dylan mulai mengajak Asia keluar ruangan. Ia tahu karenanya Asia menjadi seperti ini. Bertemu dengan Asia saja sudah cukup bagus untuk dirinya. Dia mulai berjalan kaki dengan Asia sampai ke tempat kerjanya.Dia mulai meninggalkan mobilnya dan tanpa menyalakan mesin sama sekali. Matahari sudah semakin gelap, ia mulai digantikan dengan kegeapan malam. Ia tahu kehadiran matahari hari ini sudah memberikan dia kedamaian antara Dylan dan Asia. Tetapi bintang – bintang seolah berbicara padanya tentang hal yang terjadi.Berbeda dengan Asia, Dylan tahu gadis ini tidak bisa berkata apa – apa.Bahkan gadis itu sudah berani berhenti menangis saat bersama dengan Dylan. Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Dylan kepada Asia. Tetapi saat ini, ia hanya ingin Asia diam saja daripada hanya menyakiti Asia saja. Selama berjalan dari taman, ia tidak melihat senyuman yang ada di dalam wajah gadis itu.Dylan mulai mengelus tangan Asia,
Setelah meninggalkan Asia di kantor, Dylan ternyata langsung menuju sebuah rumah yang dikenalnya. Mobil sedannya langsung melaju dan tancap gas ke rumah di kawasan Tambun.Bodohnya dia hanya melihat sahabatnya sedang beromansa dengan seorang wanita.Saking kesalnya, Dylan langsung membunyikan klakson yang membuat sepasang kekasih itu langsung kaget setelah mendengar bunyi klakson milik mobil sedan itu.“Gila lo!” kata laki – laki itu yang kesal setelah Dylan menyembunyikan klakson dari mobil sedan berwarna silver itu.“Untung gue nggak jantungan, malah bunyiin klakson lagi. Coba gue jantungan, bisa mati kali gue!”“Hai kak Natasha, apa kabar?” kata Dylan yang langsung menyapa gadis di samping Ardi, gadis yang sudah lama berpacaran dengan Ardi.Ternyata Natasha hanya sedikit tersenyum dan mulai berpamitan untuk pulang. “Aku pulang duluan ya nanti kemaleman,” kata gadis itu lalu melepaskan
Tapi pernah sih hampir mau selingkuh sama Asia, wajar kan kalau tergoda?Bodoh banget sih, gue! Kok Asia lagi!“Lagian juga gue nggak pernah ngapa – ngapain dia kecuali kalau Nafisah yang mau,”“Iya iya gue tahu Dylan, lo ngapain sih kesini ganggu hidup gue aja!”“Tahu nggak lo kayak setan, datang nggak diundang tiba – tiba nongol aja. Orang tuh ya kalau mau kesini ijin dulu kek, bikin gue kaget aja tahu nggak!” keluh Ardi yang baru saja mengeluh karena Dylan lah kekasihnya pulang lebih cepat.“Lo tuh ya harusnya menyambut tamu dengan baik, ini mah disambut dengan hujatan,” lirik Dylan yang tidak suka dengan sikap Ardi saat ini.Ardi hanya bisa menghela napasnya, lalu mulai mempersilakan Dylan untuk duduk. Kemudian Ardi mulai menyuguhkan Dylan minuman air putih. Dylan mah dikasih hati malah minta jantung kelewatan nanti nih anak.Dylan mulai menyenderkan badannya di sofa lemb
Akhirnya Dylan semakin kesal dengan tingkah Ardi. Ingin rasanya Dylan membalas tingkah laku sahabatnya ini.“Biasa aja lo kali, nggak usah kayak gitu juga. Terus lo ngapain sama dia berduaan di sana? Jangan – jangan lo tembak ya!”“Enggak lah, gue Cuma kasih dia cokelat aja gitu,” balas Dylan. Dylan semakin heran dengan tingkah Ardi yang semakin menjadi – jadi.Setelah mendengar perkataan dari Dylan, Ardi hanya bisa tertawa kecil saja. “Tegang banget sih, lo kayak mau ujian aja,” tuturnya.“Lu tuh nyebelin banget, temen lo ini baru ngomong sama gebetannya dan lo malah ledekin,” Dylan baru saja melemparkan gelasnya tetapi ia baru tahu kalau gelas itu milik keluarganya Ardi.“Maaf..maaf, jadi lo gimana nih sama Asia?”Dylan hanya menghelakan napasnya. “Gue udah bilang sama Asia semuanya yang ada di hati gue. Jadi terserah dia mau kasih kesempatan kedua untuk gue atau
“Oh dia herdernya Asia? Pantesan lo susah banget ngajak bicara Asia,” kata Ardi.“Iya itu si Alia sama Nanda pacarnya itu,”“Iya kalau dia udah punya pacar ngapain lo kejar. Tetapi selagi jalur kuning belum melengkung ya hajar aja, Dyl,” tutur Ardi yang berusaha menasihati sahabatnya itu.“Gue tahu tapi setidaknya gue udah mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hati gue. Gue nggak mau aja kalau dia nggak tahu apa yang gue rasain,”“Sekarang kan dia udah tahu isi hati lo, lo nggak mau tahu apa isi hati dia yang sebenarnya. Siapa tahu, kan, rasa cinta untuk lo masih ada?” kata Ardi yang berusaha meyakinkan Dylan.Saat itu, Dylan hanya bisa diam saja tanpa melakukan apa – apa. Sebenarnya ada baiknya juga ucapan dari Ardi.Tapi ya nggak ada salahnya juga kalau bertanya langsung sama Asia. Siapa tahu ada harapan lagi sama Asia?“Kalau dia cinta sama gue, dia udah pu
Sejak bertemu dengan Asia saat itu, Dylan sudah tidak mengusik hidup Asia kembali. Bahkan Dylan sudah tidak berani mendekati gadis itu kembali. Walaupun dengan jarak kurang dari satu meter.Jika dibandingkan dengan masa lalu, ia hanya ingin berteman dengan Asia. Lagi pula sudah tidak ada kesempatan lagi bagi Asia dan Dylan untuk saling berhubungan. Kini ia hanya bisa melihat Asia dari kejauhan saja meskipun tidak bisa bersama lagi.Mungkin inilah karma yang harus didapatkan oleh Dylan, mencintai tapi tidak bisa memiliki.Ia tahu berat rasanya tetapi tidak ada jalan yang lain.Sekarang ia hanya bisa memandang gadis yang amat dicintai. Hanya diam dan tanpa suara di ruangannya, lalu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Dalam keheningan, ia hanya fokus kepada layar komputer yang ada di hadapannya.Ternyata mencintai dalam diam itu lebih mudah dibandingkan harus memiliki.Ia juga selalu memalingkan wajahnya setiap Nanda dan Asia saling bertemu. Ia tah
“Pasti pak. Pasti ketahuan, kan, siapa saja yang bisa menarik perhatian klien?” kata Dimas yang berada di bagian paling ujung. Ya sudah pasti si Dimas ini memang sombong banget, belum tahu aja siapa yang berhasil di acc projectnya. “Ya Dimas, kan, jago nih coba buktiin dong. Mau lihat siapa yang berhasil nanti,” celetuk Dylan sambil melirik ke arah sahabatnya, Ardi. “Sudah sudah.. saya akan akhiri pertemuan hari ini. Semoga hasil dari kerja keras yang kita lakukan bisa berhasil. Semangat tim,” kata Pak Rian seolah menutup rapat bersama timnya. Sedangkan Dylan masih tersenyum saja melihat kesombongan dari Dimas. Dimas ini dari dulu sikapnya memang tidak pernah berubah. Kita sabar aja, tunggu tanggal mainnya!Di tempat lain, terlihat Asia baru saja dijemput oleh pacarnya, Nanda. Gadis itu hanya bisa menghela napas dengan lelah saja lalu beranjak masuk ke ruangan kerjanya. Jujur Dylan selalu melihat pemandanga
Sampai saat ini Nanda tidak tahu kenapa Asia bisa menjadi seperti ini. Ibaratnya dia hanya sebagai supir yang menemani Asia kemanapun. Tetapi hanya kesunyian yang didapat oleh Nanda. Entah sudah lama sekali sepertinya Asia tidak tersenyum dan tertawa kembali.Nanda juga baru sadar selama ini usaha yang dilakukan sepertinya percuma. Buat apa dia berusaha keras jika hati Asia masih ingin bersama Dylan. Selama ini hanya dia yang bekerja keras dan Asia tidak melakukan apa – apa. Jangankan tersenyum, membalas pesan saja lama sekali.Seberapa keras usaha Nanda tetap saja sia – sia. Buat apa dipaksakan jika Asia tidak cinta kepada Nanda, hanya membuang waktu yang percuma. Selebihnya di pikiran Asia hanya Dylan, dan bukan Nanda! Saat ditanya, ada banyak alasan yang dibicarakan oleh Asia mulai dari ketiduran, lembur atau alasan lainnya.Terkadang Nanda seringkali merenung. Apa usahanya selama ini tidak pernah diberikan perhatian sedikit saja? Sampai – s