Sejak bertemu dengan Asia saat itu, Dylan sudah tidak mengusik hidup Asia kembali. Bahkan Dylan sudah tidak berani mendekati gadis itu kembali. Walaupun dengan jarak kurang dari satu meter.
Jika dibandingkan dengan masa lalu, ia hanya ingin berteman dengan Asia. Lagi pula sudah tidak ada kesempatan lagi bagi Asia dan Dylan untuk saling berhubungan. Kini ia hanya bisa melihat Asia dari kejauhan saja meskipun tidak bisa bersama lagi.
Mungkin inilah karma yang harus didapatkan oleh Dylan, mencintai tapi tidak bisa memiliki.
Ia tahu berat rasanya tetapi tidak ada jalan yang lain.
Sekarang ia hanya bisa memandang gadis yang amat dicintai. Hanya diam dan tanpa suara di ruangannya, lalu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Dalam keheningan, ia hanya fokus kepada layar komputer yang ada di hadapannya.
Ternyata mencintai dalam diam itu lebih mudah dibandingkan harus memiliki.
Ia juga selalu memalingkan wajahnya setiap Nanda dan Asia saling bertemu. Ia tah
“Pasti pak. Pasti ketahuan, kan, siapa saja yang bisa menarik perhatian klien?” kata Dimas yang berada di bagian paling ujung. Ya sudah pasti si Dimas ini memang sombong banget, belum tahu aja siapa yang berhasil di acc projectnya. “Ya Dimas, kan, jago nih coba buktiin dong. Mau lihat siapa yang berhasil nanti,” celetuk Dylan sambil melirik ke arah sahabatnya, Ardi. “Sudah sudah.. saya akan akhiri pertemuan hari ini. Semoga hasil dari kerja keras yang kita lakukan bisa berhasil. Semangat tim,” kata Pak Rian seolah menutup rapat bersama timnya. Sedangkan Dylan masih tersenyum saja melihat kesombongan dari Dimas. Dimas ini dari dulu sikapnya memang tidak pernah berubah. Kita sabar aja, tunggu tanggal mainnya!Di tempat lain, terlihat Asia baru saja dijemput oleh pacarnya, Nanda. Gadis itu hanya bisa menghela napas dengan lelah saja lalu beranjak masuk ke ruangan kerjanya. Jujur Dylan selalu melihat pemandanga
Sampai saat ini Nanda tidak tahu kenapa Asia bisa menjadi seperti ini. Ibaratnya dia hanya sebagai supir yang menemani Asia kemanapun. Tetapi hanya kesunyian yang didapat oleh Nanda. Entah sudah lama sekali sepertinya Asia tidak tersenyum dan tertawa kembali.Nanda juga baru sadar selama ini usaha yang dilakukan sepertinya percuma. Buat apa dia berusaha keras jika hati Asia masih ingin bersama Dylan. Selama ini hanya dia yang bekerja keras dan Asia tidak melakukan apa – apa. Jangankan tersenyum, membalas pesan saja lama sekali.Seberapa keras usaha Nanda tetap saja sia – sia. Buat apa dipaksakan jika Asia tidak cinta kepada Nanda, hanya membuang waktu yang percuma. Selebihnya di pikiran Asia hanya Dylan, dan bukan Nanda! Saat ditanya, ada banyak alasan yang dibicarakan oleh Asia mulai dari ketiduran, lembur atau alasan lainnya.Terkadang Nanda seringkali merenung. Apa usahanya selama ini tidak pernah diberikan perhatian sedikit saja? Sampai – s
“Ehh. . tumben banget datang kusut banget. Biasanya bahagia banget abis jalan sama Asia,” ledek Asia yang langsung menawari minuman kepada Nanda.Sebenarnya mereka ini temen satu ukm dulu waktu kuliah, dan kebetulan sering bareng. Jadi, wajar saja kalau Alya lah yang menjadi mak comblang antara Nanda dan Asia. Belum lagi, Nanda waktu itu mengakui bahwa dia tertarik dengan Asia.Tetapi sayangnya waktu itu hubungan antara Asia dan Dylan masih dekat, Nanda hanya menunggu saja dari jauh. Ia tahu tidak baik menganggu hubungan orang yang saling mencintai, contohnya seperti Dylan dan Asia ini. Sudah pasti kesempatan yang dimilikinya juga sudah kurang.Saat itu, Nanda tiba – tiba saja ditawari oleh Alya untuk membantu sahabatnya move on. Sejak mendengar itu, semangat dari Nanda semakin menggebu – gebu. Ya kapan lagi, ini kesempatan langka bagi Nanda untuk mendekati Asia. Tidak ada yang tahu, bisa saja bukan hati Asia berpaling kepada Anda. Ya, lu
“Apa sih lo, Al, gue serius nih. Percuma aja kan kalau gue usaha sebanyak apapun kalau dia nggak move on sama aja bohong. Bahkan gue kayaknya nggak pernah ada di pikiran dia, selalu tentang Dylan aja,”“Huush..nggak boleh ngomong gitu tau. Siapa tahu beberapa waktu lagi Asia mau menerima lo. Masa lo mau putusin Asia begitu aja, apa nggak mau dibicarakan baik – baik dulu,”Menurutnya, putus adalah pilihan terbaik saat ini.Nanda hanya bisa menahan pilu. Sebenarnya masih bisa yang dilakukan Nanda yaitu sabar, tapi kalau nggak ada jalan lagi yang terakhir adalah putus. Ia tahu pacaran settingan dengan Asia memang tidak mudah, ibarat berjalan di tangga yang hampir putus. Begitulah hubungan pacaran antara Asia dengan Nanda. Capek banget lah ya kalau seperti itu!“Lo tahu nggak, selama ini gue Cuma jadi temen makan sama temen nganterin dia kemana – mana. Dan yang ada dihatinya selalu Dylan, percuma aja gue dobrak nggak
Nanda mulai berada di salah satu meja Restoran di kawasan Bogor, Rewind Restaurant. Saat itu, ia hanya ditemani dengan lilin yang masih bercahaya dan dua tempat makan yang belum tersentuh.Hari itu, merupakan hari berakhirnya hubungan mereka. Dan akhirnya antara Nanda dan Asia bukan lah sebatas hubungan antara kekasih melainkan hanya teman.“Sebenarnya gue nih mau minta kepastian atau apa sih. Bodoh banget sih gue malah buat acara kayak gini,” kata Nanda sambil memukul – mukul kepalanya.Ia kesal kenapa hubungan asmaranya menjadi seperti ini.Ia juga menyesal kenapa dia langsung menerima gadis itu, padahal sudah jelas di hatinya masih ada Dylan. Dan bodohnya lagi Nanda malah membuat gadis itu semakin menjauh dari dirinya. Padahal dia sudah berusaha sekuat mungkin untuk mendekati gadis itu, tetapi kini usaha itu dibuang dia – sia. Dan hari ini adalah hari berakhirnya hubungan antara Asia dan Nanda,Tetapi di sisi lain, dia mu
Sampai makanan utama datang, Nanda masih berani mengenggam tangan wanita yang disukainya itu, Asia. Ia mulai menatap gadis itu rapat – rapat sampai membuat Asia menjadi salah tingkah. Tapi bukan seperti gadis lain yang pipinya berwarna merah karena malu, Asia tidak seperti itu. Asia masih bingung bagaimana caranya dia harus merespon pria yang ada di hadapannya saat ini, masih canggung rasanya. Bahkan mereka jarang sekali berkencan dengan suasana yang romantis seperti saat ini. Kata romantis mungkin ini sudah kelewatan dan lebih dari hal yang pernah dilakukan oleh Dylan kepadanya dahulu. Sebelumnya, gadis ini sempat menolak tapi sayangkan alasan itu tidak pernah didengarkan oleh Nanda. Tetapi hanya karena Nanda lah, dia bisa disini sekarang dia juga sudah memohon kepada Asia untuk pergi berkencan bersamanya. Ya, syukur – syukur ini salah satu hal yang dilakukan oleh Asia untuk membalas semua perbuatan baik dari Nanda. Akhirnya Asia pun datang dan lelaki itu mulai meng
“Bulan depan, kamu dapat cuti nggak? Berapa lama?” kata Mama Shita yang mulai menatap anak lelakinya itu. Di sana sudah ada ayahnya yang sedang membaca koran, Rania yang lagi di ruang tamu.“Cuma dua minggu mah, ada apa ya?” tanya Dylan yang masih kebingungan dengan pertanyaan ibunya. Dia mulai menggeser minumannya ke arah tengah.“Kan udah lama kita nggak liburan lagi. Lumayan, kan, kalau dua minggu di buat liburan, supaya kita bisa refreshing bareng,” kata Mama Shita.“Ahh.. iya mah Rania juga setuju,” ujar Rania.“Ihh.. rania kamu mah nggak usah,” ledek papanya.“Papa kok gitu sih,” kata Rania.“Gimana kalau ke Bandung, pasti seru deh!” kata Dylan yang mulai tersenyum dan bersemangat.Ini mah keuntungan Dylan banget, nggak perlu minta tapi dikabulin hehe. Baru saja Dylan mau minta liburan tetapi untung deh liburan bareng ke Bandung. Mana Dylan
“Sibuk banget, sih, nggak kangen apa sama gue,”Rico hanya tersenyum kecil saja. Terlihat disana ada seorang gadis yang sudah rindu ingin bertemu.“Ya ampun gue mah sibuk kuliah. Nggak kayak lo galaunya sampai ke luar negeri. Nggak sekalian sampai Afrika supaya dia nggak bisa nyariin lo?”Nafisah hanya bisa mengalihkan pandangannya. Bisa nggak sih, Rico tuh diam nggak usah bawa – bawa Dylan. Padahal kan sekarang enaknya mengumpulkan foto buat di unggah ke medsos.“Males banget gue lah gue usah dibahas! Bikin gue nggak mood makan, nih,”Rico bisa mengetahui seperti apa raut wajah dari Nafisah saat ini. Pasti dengan bibir manyun wajah kesal hingga keringat dingin. Pasti lucu banget dan nggak sabar untuk ketemu sama Nafisah.“Gue kangen lah sama lo, masa nggak kangen. Tapi kangenannya nanti lagi ya gue mau ujian tahu,” keluh Rico.Nafisah hanya tersenyum saja, sekarang h