“Sibuk banget, sih, nggak kangen apa sama gue,”
Rico hanya tersenyum kecil saja. Terlihat disana ada seorang gadis yang sudah rindu ingin bertemu.
“Ya ampun gue mah sibuk kuliah. Nggak kayak lo galaunya sampai ke luar negeri. Nggak sekalian sampai Afrika supaya dia nggak bisa nyariin lo?”
Nafisah hanya bisa mengalihkan pandangannya. Bisa nggak sih, Rico tuh diam nggak usah bawa – bawa Dylan. Padahal kan sekarang enaknya mengumpulkan foto buat di unggah ke medsos.
“Males banget gue lah gue usah dibahas! Bikin gue nggak mood makan, nih,”
Rico bisa mengetahui seperti apa raut wajah dari Nafisah saat ini. Pasti dengan bibir manyun wajah kesal hingga keringat dingin. Pasti lucu banget dan nggak sabar untuk ketemu sama Nafisah.
“Gue kangen lah sama lo, masa nggak kangen. Tapi kangenannya nanti lagi ya gue mau ujian tahu,” keluh Rico.
Nafisah hanya tersenyum saja, sekarang h
Asia baru putus dengan Nanda..Ehh?Kok putus, sih? Ya bukanlah..Ini harus diperbaiki, nih. Bukan putus, sih, sebenarnya karena emang nggak pernah pacaran sama Nanda. Tapi kan, ya, hanya pura – pura demi melupakan Dylan. Tapi ya sayangnya hati Asia sudah terlanjur sayang sama Dylan.Ya, sejak berakhirnya hubungan antara Nanda dan Asia, Asia harus menjomblo kembali seperti dulu. Tapi kali ini lebih nyaman karena sudah nggak ada lelaki yang mendekati Asia, sekarang juga sudah tidak ada wajah menyebalkan seperti Dylan. Dan satu lagi Nanda yang paling sabar dan selalu menuruti permintaan Asia walaupun sekarang hanya tinggal kenangan saja.Sekarang ia lebih memilih untuk fokus dengan pekerjaannya saja. Pagi hari sampai menjelang malam dia harus kerja dan malam harinya bisa istirahat atau mengerjakan apa yang disukainya saat ini. Sampai akhirnya dia berhasil melupakan sosok yang masih dicintainya sampai saat ini yaitu Dylan.Bahkan pemuda i
Perlahan – lahan Dylan mulai melupakan kehadiran dari Asia, ia mulai bisa sedikit beristirahat sejenak. Walaupun dia tahu masih ada satu gadis lagi yang masih menjadi misteri, Nafisah Larasati. Ia tahu dulu dia dan Nafisah pernah menjalin hubungan rumah tangga, tetapi kini ia hanya ingin berdamai dengan wanita ini.Hanya Nafisah Larasati yang belum bisa dihilangkan dari hidupnya sekarang.Wanita ini pernah menjalin hubungan percintaan dengannnya, saat ini masih berstatus sebagai menghilang secara tiba – tiba. Kalau boleh ingin rasanya meminta bantuan orang lain, tetapi sekarang dia hanya sendiri di sini. Tapi kalau dipikir – pikir mencari seorang diri di sebuah provinsi yang luas itu tidak mudah.Dibandingkan Indonesia NTT memang lebih kecil tapi itu juga luas kalau dicari seorang diri.Ahh.. sekarang dia kebingungan ingin mulai dari mana, bahkan dia tidak memiliki jejak terakhir dari Nafisah.Orangtuanya pun pasti sibuk dengan di
“Bisa nggak sih, sehari nggak usah nyusahin gue gitu!” degus Ardi yang baru saja datang bersama sang kekasihnya. Cowok itu sedang menemani pacarnya belanja di Mall saat Dylan mulai meneleponnya.”Lo jadi temen nggak tahu waktu banget, gue lagi pacaran masih aja diganggu. Untung temen, kalau bukan temen, udah gue tendang lo ke Afrika!” katanya sambil meletakkan barangnya.“Hai kak Natasha, cantik banget,” goda Dylan yang sengaja memanasi hati Ardi yang justru meliriknya dengan sinis saat Dylan menggoda kekasihnya, Natasha.“Hilih..malah goda-godain pacar gue lagi! Pergi aja lo kudanil!” kata Ardi yang langsung beralaga posesif saat di depan pacarnya. Sedangkan Natasha hanya tersenyum saja saat melihat tingkah mereka berdua.“Lo tumben datang kesini, pasti ada maunya,” Ardi mulai duduk di kursi sofa hitam sedangkan Dylan berada di ujung kanannya. Ia juga meminta pacarnya untuk duduk di samping kirinya yang
“Btw ya lo mau gue bantuin apa nih sekarang?” tanya Ardi yang masih kebingung dengan bantuan yang dimaksudkan oleh Dylan.“Itu lho buat hubungin teman Nafisah,”Setelah mengetahui alasannya, Ardi masih bingung kenapa harus dia yang menghubungi temannya Nafisah. Bukannya itu urusan Dylan, lebih baik Ardi tidak usah ikut campur dengan hubungan mereka. Kenyataannya Dylan meminta bantuan kepada Ardi, karena hanya Ardilah yang belum diketahui oleh Rico dan Nafisah.“Lah apa urusannya sama gue? Gue juga nggak ada hubungannya sama mereka,”“Justru bagus kalau nggak kenal. Kan bisa gampang urusan gue nanti,”Ardi masih tidak mengerti dengan perkataan Dylan.Ah.. tapi ya sudahlah.Lalu Dylan mulai menyusun rencana dengan detail agar tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh mereka berdua. Seolah sepertinya ini adalah masalah yang serius layaknya perang dunia ketiga.Ardi mulai mendengarkan p
“Rico bukan? Manajernya Nafisah?”Setelah mendengar namanya disebut, Rico mulai menegok dan terlihat seorang pemuda yang ia duga mungkin Ardi Dirgantara.“Ardi Dirgantara, kan?” Ardi mulai ikut berdiri saat melihat kedatangan dari Rico.Lalu Ardi mulai mengulurkan tanggannya kepada Rico dan Rico pun melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.“Panggil Rico aja, kak,” katanya.“Oke oke.. jadi gini kenalin dulu ini pacar saya namanya Natasha Rain. Dia salah satu orang yang punya bisnis di mana – mana. Nah, kedatangan dia disini mau endorse barang untuk Nafisah, bisa nggak ya?” kata Ardi yang melirik ke arah Natasha yang tiba – tiba mulai tersenyum saat membicarakan dirinya.“Gimana ya.. tapi masalahnya dia udah nggak mau menerima endorse lagi sejak beberapa bulan lalu. Apalagi sekarang dia lagi di luar kota, jadi aku ngak bisa jamin masalah ini,” tutur Rico yang sepertinya
“Jadi gimana nih rencana kita?” tanya Dylan yang masih penasaran dengan kelanjutan cerita dari Ardi dan Natasha. Karena hanya mereka lah salah satu harapan Dylan saat ini.“Lo tahu nggak, sih, pacar gue ngasih apa buat mantan istri lo itu? Kalung sama tas bermerek itu,” repet Ardi yang baru saja memberitahu sahabatnya itu.“Iya berapa sih? Coba kasih ke gue harganya, mau lihat gue semahal apa, sih,” kata Dylan yang langsung meminum minumannya. Sejak melihat itu, Ardi masih tidak habis pikir dengan tingkah Dylan yang satu ini.Melihat kesombongan Dylan, Natasha langsung memberi tahu harga tas dan kalung yang terlihat di ponsel miliknya. “Nih, bisa kan bayar?”“Uhuk!” Dylan hampir saja tersedak minuman saat melihat harga dari dua benda itu yang diperlihatkan oleh Natasha. Ternyata nominal yang diberikan pun tidak tanggung – tanggung, bagaimana caranya dia membayar semua barang – barang
“Heh? Bego ambil. Gila itu mahal banget, gue aja nggak sanggup belinya. Ambil pokoknya Ric, pokonya punya gue itu nggak boleh diambil sama yang lain. Cepet! Gimana pun caranya gue harus punya itu! Nggak masalah gue harus endorse beda pulau pun gue rela deh!”Baru kali ini Nafisah seperti itu, sudah lama rasanya tidak mendengar omelan dari Nafisah. Ya, kalau dipikir – pikir omelannya ini seperti tidak ada napasnya. Untungnya dari dulu udah sahabatan dari kecil, coba kalau enggak habis deh.“Iya iya nanti gue konfirmasi sama orangnya dulu ya. Tapi lo bisa nggak kalau ke Bogor gitu?”“Mau ke Bogor atau ke Papua, gue bakal pesen tiket nanti! Jangan sampai lepas pokonya, gue bakal cakar – cakar lo nanti!”Rico hanya bisa terdiam. Tidak apa – apa lah harus mendengar omelan dari Nafisah, yang penting dia senang.“Iya tuan putri, siap dilaksanakan ya khusus buat princess seorang,&rdq
Asia hanya bisa bersedih saat ini. Sudah lama rasanya dia tidak bisa melihat sosok pria pujaannya, Dylan. Entah kenapa dia menghilang begitu saja, dia tahu Dylan dan dirinya sekarang bukan siapa – siapa. Tetapi masih di dalam satu kantor, hari ini Dylan juga tidak masuk kantor entah ada apa alasannya.Rapat membuat mereka menjadi jarang bertemu satu sama lain. Iya memang bagus, tapi bagaimana dengan hatinya. Apa sudah bisa mengikhlaskan pria itu atau tidak, ia tahu ada hal yang harus dilakukannya saat ini.Iya tapi hatinya berkata lain. Sekarang apa yang harus dilakukan saat ini, mencari Dylan dimana? Dia juga tidak mengetahui dimana jejak terakhirnya saat ini, ia sekarang hanya bisa menunggu sampai pemuda itu berhasil keluar dari persembunyiannya. Lantai 2 merupakan tempat yang paling tepat baginya untuk menunggu, karena ini merupakan tempat yang paling aman. Jarang sekali diketahui oleh banyak orang, ada banyak hal yang bisa dilakukan Asia kali in