Sampai makanan utama datang, Nanda masih berani mengenggam tangan wanita yang disukainya itu, Asia. Ia mulai menatap gadis itu rapat – rapat sampai membuat Asia menjadi salah tingkah.
Tapi bukan seperti gadis lain yang pipinya berwarna merah karena malu, Asia tidak seperti itu. Asia masih bingung bagaimana caranya dia harus merespon pria yang ada di hadapannya saat ini, masih canggung rasanya. Bahkan mereka jarang sekali berkencan dengan suasana yang romantis seperti saat ini. Kata romantis mungkin ini sudah kelewatan dan lebih dari hal yang pernah dilakukan oleh Dylan kepadanya dahulu.
Sebelumnya, gadis ini sempat menolak tapi sayangkan alasan itu tidak pernah didengarkan oleh Nanda. Tetapi hanya karena Nanda lah, dia bisa disini sekarang dia juga sudah memohon kepada Asia untuk pergi berkencan bersamanya. Ya, syukur – syukur ini salah satu hal yang dilakukan oleh Asia untuk membalas semua perbuatan baik dari Nanda. Akhirnya Asia pun datang dan lelaki itu mulai meng
“Bulan depan, kamu dapat cuti nggak? Berapa lama?” kata Mama Shita yang mulai menatap anak lelakinya itu. Di sana sudah ada ayahnya yang sedang membaca koran, Rania yang lagi di ruang tamu.“Cuma dua minggu mah, ada apa ya?” tanya Dylan yang masih kebingungan dengan pertanyaan ibunya. Dia mulai menggeser minumannya ke arah tengah.“Kan udah lama kita nggak liburan lagi. Lumayan, kan, kalau dua minggu di buat liburan, supaya kita bisa refreshing bareng,” kata Mama Shita.“Ahh.. iya mah Rania juga setuju,” ujar Rania.“Ihh.. rania kamu mah nggak usah,” ledek papanya.“Papa kok gitu sih,” kata Rania.“Gimana kalau ke Bandung, pasti seru deh!” kata Dylan yang mulai tersenyum dan bersemangat.Ini mah keuntungan Dylan banget, nggak perlu minta tapi dikabulin hehe. Baru saja Dylan mau minta liburan tetapi untung deh liburan bareng ke Bandung. Mana Dylan
“Sibuk banget, sih, nggak kangen apa sama gue,”Rico hanya tersenyum kecil saja. Terlihat disana ada seorang gadis yang sudah rindu ingin bertemu.“Ya ampun gue mah sibuk kuliah. Nggak kayak lo galaunya sampai ke luar negeri. Nggak sekalian sampai Afrika supaya dia nggak bisa nyariin lo?”Nafisah hanya bisa mengalihkan pandangannya. Bisa nggak sih, Rico tuh diam nggak usah bawa – bawa Dylan. Padahal kan sekarang enaknya mengumpulkan foto buat di unggah ke medsos.“Males banget gue lah gue usah dibahas! Bikin gue nggak mood makan, nih,”Rico bisa mengetahui seperti apa raut wajah dari Nafisah saat ini. Pasti dengan bibir manyun wajah kesal hingga keringat dingin. Pasti lucu banget dan nggak sabar untuk ketemu sama Nafisah.“Gue kangen lah sama lo, masa nggak kangen. Tapi kangenannya nanti lagi ya gue mau ujian tahu,” keluh Rico.Nafisah hanya tersenyum saja, sekarang h
Asia baru putus dengan Nanda..Ehh?Kok putus, sih? Ya bukanlah..Ini harus diperbaiki, nih. Bukan putus, sih, sebenarnya karena emang nggak pernah pacaran sama Nanda. Tapi kan, ya, hanya pura – pura demi melupakan Dylan. Tapi ya sayangnya hati Asia sudah terlanjur sayang sama Dylan.Ya, sejak berakhirnya hubungan antara Nanda dan Asia, Asia harus menjomblo kembali seperti dulu. Tapi kali ini lebih nyaman karena sudah nggak ada lelaki yang mendekati Asia, sekarang juga sudah tidak ada wajah menyebalkan seperti Dylan. Dan satu lagi Nanda yang paling sabar dan selalu menuruti permintaan Asia walaupun sekarang hanya tinggal kenangan saja.Sekarang ia lebih memilih untuk fokus dengan pekerjaannya saja. Pagi hari sampai menjelang malam dia harus kerja dan malam harinya bisa istirahat atau mengerjakan apa yang disukainya saat ini. Sampai akhirnya dia berhasil melupakan sosok yang masih dicintainya sampai saat ini yaitu Dylan.Bahkan pemuda i
Perlahan – lahan Dylan mulai melupakan kehadiran dari Asia, ia mulai bisa sedikit beristirahat sejenak. Walaupun dia tahu masih ada satu gadis lagi yang masih menjadi misteri, Nafisah Larasati. Ia tahu dulu dia dan Nafisah pernah menjalin hubungan rumah tangga, tetapi kini ia hanya ingin berdamai dengan wanita ini.Hanya Nafisah Larasati yang belum bisa dihilangkan dari hidupnya sekarang.Wanita ini pernah menjalin hubungan percintaan dengannnya, saat ini masih berstatus sebagai menghilang secara tiba – tiba. Kalau boleh ingin rasanya meminta bantuan orang lain, tetapi sekarang dia hanya sendiri di sini. Tapi kalau dipikir – pikir mencari seorang diri di sebuah provinsi yang luas itu tidak mudah.Dibandingkan Indonesia NTT memang lebih kecil tapi itu juga luas kalau dicari seorang diri.Ahh.. sekarang dia kebingungan ingin mulai dari mana, bahkan dia tidak memiliki jejak terakhir dari Nafisah.Orangtuanya pun pasti sibuk dengan di
“Bisa nggak sih, sehari nggak usah nyusahin gue gitu!” degus Ardi yang baru saja datang bersama sang kekasihnya. Cowok itu sedang menemani pacarnya belanja di Mall saat Dylan mulai meneleponnya.”Lo jadi temen nggak tahu waktu banget, gue lagi pacaran masih aja diganggu. Untung temen, kalau bukan temen, udah gue tendang lo ke Afrika!” katanya sambil meletakkan barangnya.“Hai kak Natasha, cantik banget,” goda Dylan yang sengaja memanasi hati Ardi yang justru meliriknya dengan sinis saat Dylan menggoda kekasihnya, Natasha.“Hilih..malah goda-godain pacar gue lagi! Pergi aja lo kudanil!” kata Ardi yang langsung beralaga posesif saat di depan pacarnya. Sedangkan Natasha hanya tersenyum saja saat melihat tingkah mereka berdua.“Lo tumben datang kesini, pasti ada maunya,” Ardi mulai duduk di kursi sofa hitam sedangkan Dylan berada di ujung kanannya. Ia juga meminta pacarnya untuk duduk di samping kirinya yang
“Btw ya lo mau gue bantuin apa nih sekarang?” tanya Ardi yang masih kebingung dengan bantuan yang dimaksudkan oleh Dylan.“Itu lho buat hubungin teman Nafisah,”Setelah mengetahui alasannya, Ardi masih bingung kenapa harus dia yang menghubungi temannya Nafisah. Bukannya itu urusan Dylan, lebih baik Ardi tidak usah ikut campur dengan hubungan mereka. Kenyataannya Dylan meminta bantuan kepada Ardi, karena hanya Ardilah yang belum diketahui oleh Rico dan Nafisah.“Lah apa urusannya sama gue? Gue juga nggak ada hubungannya sama mereka,”“Justru bagus kalau nggak kenal. Kan bisa gampang urusan gue nanti,”Ardi masih tidak mengerti dengan perkataan Dylan.Ah.. tapi ya sudahlah.Lalu Dylan mulai menyusun rencana dengan detail agar tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh mereka berdua. Seolah sepertinya ini adalah masalah yang serius layaknya perang dunia ketiga.Ardi mulai mendengarkan p
“Rico bukan? Manajernya Nafisah?”Setelah mendengar namanya disebut, Rico mulai menegok dan terlihat seorang pemuda yang ia duga mungkin Ardi Dirgantara.“Ardi Dirgantara, kan?” Ardi mulai ikut berdiri saat melihat kedatangan dari Rico.Lalu Ardi mulai mengulurkan tanggannya kepada Rico dan Rico pun melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.“Panggil Rico aja, kak,” katanya.“Oke oke.. jadi gini kenalin dulu ini pacar saya namanya Natasha Rain. Dia salah satu orang yang punya bisnis di mana – mana. Nah, kedatangan dia disini mau endorse barang untuk Nafisah, bisa nggak ya?” kata Ardi yang melirik ke arah Natasha yang tiba – tiba mulai tersenyum saat membicarakan dirinya.“Gimana ya.. tapi masalahnya dia udah nggak mau menerima endorse lagi sejak beberapa bulan lalu. Apalagi sekarang dia lagi di luar kota, jadi aku ngak bisa jamin masalah ini,” tutur Rico yang sepertinya
“Jadi gimana nih rencana kita?” tanya Dylan yang masih penasaran dengan kelanjutan cerita dari Ardi dan Natasha. Karena hanya mereka lah salah satu harapan Dylan saat ini.“Lo tahu nggak, sih, pacar gue ngasih apa buat mantan istri lo itu? Kalung sama tas bermerek itu,” repet Ardi yang baru saja memberitahu sahabatnya itu.“Iya berapa sih? Coba kasih ke gue harganya, mau lihat gue semahal apa, sih,” kata Dylan yang langsung meminum minumannya. Sejak melihat itu, Ardi masih tidak habis pikir dengan tingkah Dylan yang satu ini.Melihat kesombongan Dylan, Natasha langsung memberi tahu harga tas dan kalung yang terlihat di ponsel miliknya. “Nih, bisa kan bayar?”“Uhuk!” Dylan hampir saja tersedak minuman saat melihat harga dari dua benda itu yang diperlihatkan oleh Natasha. Ternyata nominal yang diberikan pun tidak tanggung – tanggung, bagaimana caranya dia membayar semua barang – barang