Dylan mulai menarik tangan Asia dan membawa gadis itu ke sebuah ruangan.
Gadis itu ingin sekali melepaskan tangannya dari cengkraman Dylan, tetapi dia tidak bisa. Cengkaraman Dylan begitu kuat hingga meninggalkan bekas di kulitnya. Asia hanya pasrah saja, entah apa yang akan dilakukan oleh Dylan. Harusnya dari dulu dia belajar silat, bukan malah belajar dandan. Coba saja kalau dia jago silat, pasti tangannya tidak akan memerah seperti ini. Dasar Dylan!
Dylan mulai masuk ke ruangan dan mengunci pintu itu dari dalam. Ia mulai meminta Asia untuk duduk di kursi, dan dia pun mengikutinya.
"Kita harus ngomong, dan ini penting banget," katanya dengan wajah ke arah Asia.
Dylan terlihat lebih menyeramkan dengan sikap dingin dan kasarnya. Seperti bukan Dylan yang perhatian padanya, ini Dylan yang asing.
Asia hanya diam. Ia mulai memperhatikan pergelangan tangannya yang terlihat panas dan perih. Sekarang air matanya mulai menumpu
Dylan hanya melirik ke arah Asia. Ia tahu kalau gadis itu sedang marah padanya. Terlihat dari matanya yang tajam setajam silet. Dylan sudah tahu apa hal yang harus dilakukan. Kini ia hanya menjadi seorang lelaki pemaksa. Sekarang dia harus menerima akibatnya karena sudah melukai tangan gadis itu. Dylan mulai mengelus kepala Asia, dan mulai mengusapnya dengan lembut. Dia juga mulai merapikan rambut - rambutnya. "Maaf ya," katanya dengan suara rendah. Dia mulai menarik tangan Asia, dia tahu Asia sedang rapuh. Dia tidak memungkinkan menyakiti hati Asia kembali. Ia mulai mendekatkan jari jemarinya dengan jemari milik gadis itu. Ia mulai mendekat ke arah Asia dan mengatakan,"maafin ya gue nggak maksud gitu kok,". Setelah mendengar ucapan dari Dylan, Asia langsung terkejut. Ia bingung ingin takut atau merasakan kenyamanan. Tetapi Asia tidak bisa berbuat apa - apa saat mereka saling berdekatan. Air matany
Dylan mulai mempersiapkan beberapa obat - obatan, plaster untuk mengobati luka dari Asia. Ia tahu semua luka yang dialami oleh Asia itu adalah karenanya. Dylan mulai duduk di kursi itu tetapi Asia berusaha menjauhinya walaupun di dalam 1 ruangan.Pemuda itu mulai berjalan ke arah Asia, dia mulai menggandeng tangannya. Kemudian dia mulai merangkul tubuh Asia dengan menggunakan lengannya.Hari ini Asia harus menerima semuanya, semua yang dilakukan oleh Dylan. Dia hanya bisa pasrah saja dengan keadaan yang terjadi."Maafin gue ya, soalnya gue udah nyakitin Lo," katanya.Lalu dia mulai menengok ke arah kanan dan kiri. Sejak saat itu, Asia semakin takut. Ia tahu kalau Dylan tidak akan menyakitinya. Tetapi hal itu mungkin saja terjadi. Entah imajinasi Asia yang terlalu tinggi atau dirinya ketakutan saat berada di dekat Dylan."Lagi mikirin apa sih? Hayo ngaku sekarang," Dylan sambil menyentuh tangan Asia. "Gue mau cium Lo bo
Asia hanya mampu menatap Dylan dengan sinis.Ia tahu betul apa yang ada didalam otak kepala Dylan?Saat ini, Asia mulai bersikap memperhatikan setiap gerak - gerik dari Dylan. Dia pun terlihat menyilangkan kedua tangannya dan mulai melirik ke arah Dylan."Nggak usah mikirin yang aneh - aneh, serem banget lagi lirikannya. Biasa aja kali gue juga nggak ada niat jahat sama Lo. Lagian gue kesini niatnya baik, mau minta maaf sama Lo,""Lo serius?" kata Asia yang baru saja mendengar ucapan dari Dylan.Tanpa menjawab pertanyaan Asia, dia sudah memberikan permintaan maaf sekaligus mengusap kepalanya dengan menggunakan tangannya. Kemudian dia mulai menarik kursi dan duduk di dekat Asia."Mana tangan Lo,""Ehh..mau di apain tangan gue?" kata Asia yang mulai ketakutan. Wajar saja, kan, selama ini Dylan tiba - tiba menghilang dan datang secepat kilat.Dylan mulai mengeluarkan sebuah obat yang bisa mereda
Di ruangan itu sepi sekali hanya ada mereka berdua, Asia dan Dylan. Dylan saat ini masih diberikan kebebasan untuk melihat wajah yang ayu itu. Entah ia tidak ingin kehilangan gadis itu, tetapi nyatanya dia bukan siapa - siapanya. Hanyalah seorang teman saja, bahkan saat ini ia tak yakin apakah dia sudah dimaafkan oleh Asia atau tidak. Terlihat di matanya, ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Asia.Asia mulai merapatkan tangannya. Kali ini ia benar - benar bosan, dia tahu Dylan sedari tadi sudah memandangnya dekat - dekat. Bukan jantung yang dia rasakan, Asia selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan yang selalu melihatnya. Saat itu, Dylan mulai mengalihkan pandangan ke arah lain. Suasana menjadi tenang dan damai. Atau ini hanya karena ada Dylan di sisinya?Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan, dia yang baru saja memejamkan matanya. Terlihat ada keindahan yang terlihat di sana, mata Dylan juga terlihat lebih
Sekarang ia mulai merenungkan apa yang harus ia ceritakan kepada Asia.Dylan mulai menghembuskan napasnya. Sedangkan Asia hanya meliriknya saja dan tidak berkata apa-apa."Udah sore ya, btw ada yang mau diomongin?" ucap Asia."Gue nggak pernah bosan kalau sama Lo. Pengen deh lama - lama kalau sama Lo?" kata Dylan.Sedangkan Asia hanya mengerutkan wajahnya, Asia pikir Dylan sudah berubah tetapi sama saja seperti dulu."Gombal banget, sih, tolong ingat ada istri tuh,"Dylan mengatakan,"gue udah cerai,"Asia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dylan. Mustahil sekali jika itu sampai terjadi, tetapi kenyataannya memang seperti itu."Gue udah cerai sama Nafisah," katanya sambil memberikan senyuman kepada Asia."Dia cerain gue, karena menurut dia. Gue nggak layak untuk menjadi seorang suami yang diimpikan oleh Nafisah selama ini," tuturnya. Tetapi Dylan langsung mengarah
"Kok bisa?" tanya Asia yang tidak percaya."Sejak pertama kali kita ketemu. Lo lupa ya dulu kita sempet berantem. Sampai akhirnya gue merasa jatuh cinta sama Lo. Lo juga dulu pernah minta nomer gue, tapi nggak pernah gue hubungin sama sekali," kata Dylan sambil tersenyum.Dada Asia semakin panas. Ia tidak menyangka kalau cintanya sudah berbalas. Padahal pertemuan itu bisa saja menjadi hal yang indah kalau dia sudah sadar sejak dulu."Lo nggak inget ya gue sering banget satu projek sama Lo. Lupa ya apalagi gara - gara klien nyebelin itu yang membuat kita satu projek,"Ya ampun otak Asia ini terbuat dari apa, sih!"Dulu gue sering duduk dekat sama Lo, berharap Lo inget sama gue. Tapi kenyataannya enggak, gue juga yang harus berusaha untuk dekatin Lo,"Dylan tahu rasanya sulit tetapi tidak ada cara lain selain berbicara langsung kepada Asia. Sedangka
Dylan mulai mengajak Asia keluar ruangan. Ia tahu karenanya Asia menjadi seperti ini. Bertemu dengan Asia saja sudah cukup bagus untuk dirinya. Dia mulai berjalan kaki dengan Asia sampai ke tempat kerjanya.Dia mulai meninggalkan mobilnya dan tanpa menyalakan mesin sama sekali. Matahari sudah semakin gelap, ia mulai digantikan dengan kegeapan malam. Ia tahu kehadiran matahari hari ini sudah memberikan dia kedamaian antara Dylan dan Asia. Tetapi bintang – bintang seolah berbicara padanya tentang hal yang terjadi.Berbeda dengan Asia, Dylan tahu gadis ini tidak bisa berkata apa – apa.Bahkan gadis itu sudah berani berhenti menangis saat bersama dengan Dylan. Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Dylan kepada Asia. Tetapi saat ini, ia hanya ingin Asia diam saja daripada hanya menyakiti Asia saja. Selama berjalan dari taman, ia tidak melihat senyuman yang ada di dalam wajah gadis itu.Dylan mulai mengelus tangan Asia,
Setelah meninggalkan Asia di kantor, Dylan ternyata langsung menuju sebuah rumah yang dikenalnya. Mobil sedannya langsung melaju dan tancap gas ke rumah di kawasan Tambun.Bodohnya dia hanya melihat sahabatnya sedang beromansa dengan seorang wanita.Saking kesalnya, Dylan langsung membunyikan klakson yang membuat sepasang kekasih itu langsung kaget setelah mendengar bunyi klakson milik mobil sedan itu.“Gila lo!” kata laki – laki itu yang kesal setelah Dylan menyembunyikan klakson dari mobil sedan berwarna silver itu.“Untung gue nggak jantungan, malah bunyiin klakson lagi. Coba gue jantungan, bisa mati kali gue!”“Hai kak Natasha, apa kabar?” kata Dylan yang langsung menyapa gadis di samping Ardi, gadis yang sudah lama berpacaran dengan Ardi.Ternyata Natasha hanya sedikit tersenyum dan mulai berpamitan untuk pulang. “Aku pulang duluan ya nanti kemaleman,” kata gadis itu lalu melepaskan