Share

Bab 4. kejujuran

Satu bulan kemudian….

"Selamat datang dan selamat berbelanja, Nyonya," sapa Zea dengan begitu sopan dan ramah.

"Terimakasih. Bisa bantu saya mengambilkan baju yang tergantung?" ucap pembeli yang Zea sapa, umurnya sekitar 60 tahun tapi wajahnya masih terlihat muda.

Zea mengangguk sambil tersenyum. Dia segera mengambilkannya.

"Ini, Nyonya." Zea menyerahkan baju tersebut dan langsung diterima.

Dari kejauhan terlihat Amira berjalan mendekati Zea dengan membawa cacatan. Amira melihat Zea begitu semangat ikut tersenyum bahagia. Ini adalah hari pertama gajian untuk Zea, wajar saja jika sahabatnya itu merasa sangat bersemangat.

"Ze, bisa bantu aku tolong carikan barang yang ada dicatatan ini gak?" tanya Amira sembari menyerahkan catatannya.

"Bisa, tapi setelah aku melayani Ibu ini ya. Gak papa, kan?" ucap Zea.

"Iya, gak papa. Kalau udah nanti bawa keruangan aku ya, sekalian sama bonnya," jawab Amira.

Mata Amira merasa tidak asing dengan pembeli yang sedang dilayani oleh Zea. Dari postur tubuhnya dia seperti kenal, namun sayangnya dia tidak bisa melihat wajahnya karena pembeli tersebut sibuk memilih pakaian.

Amira menggelengkan kepala, mungkin dia hanya  mirip saja. Amira segera pergi meninggalkan Zea masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjaan hari ini.

Masih sibuk memilih pakaian, Ibu-ibu tersebut sesekali melirik kearah Zea sambil tersenyum. Dengan tulus Zea juga membalas senyuman itu.

"Kamu pegawai baru ya disini?" tanya Ibu-ibu itu.

"Iya, Nyonya. Saya beru sebulan kerja disini, jadi maaf ya bila pelayanan saya kurang baik," jelas Zea dengan sedikit menundukan kepalanya.

"Nama kamu siapa?" tanya Ibu itu lagi.

"Nama saya Zea, Nyonya," jawab Zea.

Ibu-ibu itu menangguk dsn tersenyum. Dia kembali memilih beberapa baju dan juga tas. Dirasa sudsh cukup, ibu tersebut meminta Zea untuk mengantarkannya kekasir. 

Dengan senang hati Zea mengantarkan dan membawakan barang-barang yang dibeki pengunjungnya.

Selesai membayar, ternyata si pembeli tiba-tiba memberikan Zea uang tips.

"Ini uang tips untuk Kamu," ucap ibu itu dengan memberikan uang seratus ribu kepada Zea.

"Terimakasih sebelumnya, tapi sebaiknya tidak usah, Nyonya. Bukan saya menolak rezeki, tapi saya rasa Nyonya tidak perlu memberikan saya uang tips," tolak halus Zea.

"Jangan panggil saya Nyonya, panggil saja Oma Rini," tutur Oma Rini.

Baru pertama kali Zea mendapatkan pelanggan yang ramah serta baik seperti Oma Rini. Zea merasa senang karena bisa melayani Oma Rini.

"Baik, Oma," jawab Zea.

Oma Rini mengangguk dan segera pergi. Tapi, dia bukan pergi untuk pulang melainkan naik kelantai atas. Zea berpikir mungkin Oma tersebut masih ingin berbelanja di lantai atas.

Zea melangkahkan kakinya, berniat untuk mencari bara yang dipinta oleh Amira tadi. Tapi, kakinya tiba-tiba menginjak sesuatu. Saat matanya melihat kebawah, Zea begitu terkejut karena satu buah dompet bagus tergeletak diatas lantai.

Zea menoleh ke kanan dan kiri guna mencari pemilik domper tersebut. Tapi sayangnya tidak ada yang lewat sama sekali. Dengan sedikit ragu, Zea melihat isi dompet tersebut. 

Begitu melihat identitas di dalam, mata Zea membulat.

"Loh, bukannya ini milik Ibu yang berusan ya? Aduh kasihan banget, pasti sekarang Ibu itu lagi nyari dompetnya yang jatuh," gumam Zea.

Zea segera naik kelantai atas guna mencari keberadaan Oma Rini. Sudah mutar-mutar tapi Zea tidak dapat menemukan keberadaan Oma Rini.

Bruk.

Karena tidak melihat kedepan, alhasil Zea menabrak seseorang.

"Aduh!" ucap Zea kaget.

Dia menoleh, melihat siapa yang dia tabrak barusan. Seketika matanya membulat ketika tahu bahwa dia menabrak Agam.

"Pak Agam. Maaf, Pak saya tidak sengaja," ucap Zea.

Agam tidak menjawab, dia melengos begitu saja meninggalkan Zea membuat Zea lagi-lagi dibuat kesal oleh sikap Agam.

"Kenapa sih orang itu gak pernah menjawab maaf orang? Heran, kok ada ya orang seperti dia," gerutu Zea.

***

Di ruangan Agam seseorang duduk dengan santai sembari menikmati secankir teh hangat. Usianya yang tidak muda lagi tapi masih terlihat begitu cantik.

Ceklek.

Agam masuk dan tersenyum kepada orang yang sedang menunggunya. Agam mencium punggung tangan orang tersebut dnegan sangat lembut.

"Mama ngapain kesini?" tanya Agam dengan mendudukan diri disamping orang yang dia sebut Mama.

"Habis belanja, terus Mama kangen sama Kamu makanya Mama mampir kesini," jelas Mama Agam yang ternyata adalah Oma Rini.

Agam mengangguk, dia bingung harus menjawab apa.

Oma Rini sepertinya akan menunjukan sesuatu kepada Agam. Tapi dia sadar bahwa dompetnya tidak ada di dalam tas.

Wajah Oma Rini terlibat panik, ini bukan soal uang tapi semua surat-surat ada didalam dompetnya.

Agam mengernyitkan kening ketika melihat ekspresi Mamanya terlihat panik.

"Ada apa?" tanya Agam.

Oma Rini menatap Agam.

"Dompet Mama gak ada. Aduh, jatuh dimana ya," jawab Oma Rini dengan nads suara panik.

Agam beranjak, dia menghubungi pikah informasi untuk mengumumkan kehilangan dompet Mamanya. Tidak lupa Agam juga menyebutkan ciri-ciri dompet tersebut.

"Perhatian semuanya! Barang siapa yang menemukan dompet berwarna coklat dengan berukuran panjang di area lantai satu dan dua, mohon segera bawa keasal suara!"  Bagian informasi terus mengulang ucapannya.

Zea menatap dompet yang ada di tangannya, dia segera membawa dompet tersebut keasal suara. Ternyata disana sudah ada Sgam dan juga Oma Rini.

"Oma, ya ampun aku nyari kemana-mana ternyata sudah ada disini. Ini dompet Oma, tadi jatuh didepan kasir," ucap Zea dengan menyerahkan dompet berwarna coklat.

"Masya Allah, terimakasih ya, Zea. Kamu mrmang sangat baik dan jujur, beruntung banget dompet ini Kamu yang nemuin," ujar Oma Rini.

Zea tersenyum dan bernafa lega karena berhasil mengembalikan dompet yang dia temukan.

Agam menatap Zea yang masih tersenyum lembut kearah mamanya. Dia terus memperhatikan Zea dan mencerna perkataan Oma Rinu barusan. Jika Agam pikir-pikir, memang benar Zea adalah karyawan yang baik, ramah dan juga jujur. 

Selama ini banyak sekali yang membicarakan Zea karena dia begitu ramah kepada pelanggan.

"Oma, coba dicek dulu isinya masih lengkap atau ada yang hilang," saran Zea.

"Tidak perlu. Oma percaya Kamu orangnya jujur," jawab Oma Rini.

"Kalau begitu Aku permisi ya, Oma, Pak Agam. Mau lanjut kerja lagi," pamit Zea.

Oma Rini mengangguk tapi tidak dengan Agam. Agam hanya menatap Zea sekilah lalu mengalihkan padangannya kearah lain.

Oma Rini menarik Agam masuk kedalam ruangan Agam. Dia ingin membicarakan sesuatu kepada anak bungsunya itu.

Agam hanya pasrah tangannya ditarik, dia mengikuti langkah orang yang sudah melahirkannya keduania.

"Agam, Zea anak yang baik dan ramah. Mama suka sama dia," terang Oma Rini.

"Mama mau pacaran sama dia?" tebak Agam.

Pluk.

Oma Rini memukul lengan Agam pelan.

"Ngada-ngada kamu. Maksud Mama, dia cocok jika jadi istri kamu," tutur Oma Rini.

"Gak bisa. Lebih baik Mama pulang dan istirahat," ucap Agam.

Oma Rini menghela nafas kasar. Dia merasa bosan dengan Agam yang selalu mengalihkan pembicaraan. Dia heran dengan sikap anaknya yang semakin kesini semakin dingin kepada perempuan. 

"Yasudah, Mama pulang dulu," ucap Oma Rini.

Agam menganggukkan kepalanya.

Seperginya Oma Rini, Agam menghubungi seseorang.

"Suruh Zea keruangan saya sekarang!" perintah Agam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status