Ardian melonggarkan dasinya saat tiba dirumah setelah ia kembali menjenguk calon istrinya, ia melepaskan kedua sepatu hitam khas pekerja kantoran. Beberapa hari ini ia merasa lelah untuk mencari jalan keluar atas masalahnya. Ia pun masih teringat sedikit kejadian awal sebelum semuanya terjadi.
Sampai saat ini, ia masih begitu ragu untuk menyampaikan pernikahannya kepada orang tuanya dikampung. Hari ini pun suasana terlihat sepi, tidak ada sosok putrinya."Tidak dijawab! Kemana dia? Hanya Siska yang bisa menjelaskan kesalah pahaman ini, karena dia yang membawa Ayu masuk ke rumah ini, atau mungkin ini rencana Siska, agar aku menikah dengan temannya?" Ia mencoba menerka-nerka.Ia melangkah masuk ke kamar mandi, sungguh ia tidak bisa membayangkan pernikahan esok. Benaknya terus bertanya-tanya.Pria itu pernah gagal dalam membina rumah tangga dulu. Ia takut, hal itu akan terulang kembali pada pernikahan Keduanya ini. Sekar memang belum dapat tergantikan, sosok itu selalu terbayang selama dirinya menjadi duda. Namun, setelah Ayu berkelibat dikehidupannya. Ardian lupa akan masa merindunya pada Sekar.Ia merendamkan tubuhnya di bathup, rasanya begitu lega, hari ini ia dapat bersantai, sebelum memulai hari kehidupannya yang baru bersama Ayu. Air hangat itu mampu menghangatkan tubuhnya. Teringat masa silam, perpisahannya bersama Sekar.Wanita itu tega menduakannya, dan memberikan anak hasil perselingkuhannya kepadanya. Tidak ada yang bisa ia lakukan, karena saat itu ia sudah terlanjur kecewa, namun tak tega melihat bayi berwajah merah tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Ia bisa menerima anak itu. Namun, mantan istrinya tetap berusaha mengejar cinta dari ayah kandung bayi itu. Dan sampai saat Siska sudah beranjak dewasa.Selesai membersihkan diri, alangkah terkejutnya ia melihat Ayu yang datang kembali menemuinya."Ayu?" panggilnya.Ayu datang seorang diri, ia menatap tajam pria yang masih terbaluti handuk di pinggulnya."Hal apa yang membuatmu datang Yu?" tanyanya.Ayu terdiam, ia datang tanpa memgabari lebih dulu. "Sebaiknya ganti pakaian dulu, aku ingin bicara sesuatu!" ucapnya, dan keluar kamar meninggalkan Ardian yang masih terlihat bingung.Tidak lama, Ardian menyusul Ayu. Bagi Ayu, rumah ini sudah tidak asing baginya. Selama Ardian pulang, gadis itu mengikuti sampai rumah. Sikap Ayu membuat Ardian menjadi curiga dan bingung."Aku mau kita menikah besok!" ujarnya.Ardian justeru terdiam, rencana untuk menikahinya sudah matang diselenggarakan minggu depan. "Kamu yakin?" tanyanya, memastikan."Iya, kenapa? Anda keberatan? Apa Anda takut?" tanyanya menantang."Tidak, sama sekali itu bukan masalah, apa alasannya?!" Ardian masih tidak percaya akan permintaan Ayu."Apa aku perlu menyebutkan alasannya? Setelah yang kau lakukan kemarin?!"Kalimat yang ketus itu membuatnya terdiam. Ardian menundukkan pandangannya."Dan satu hal yang aku mau, jangan katakan ini pada Siska!"Ayu rasa cukup untuk memberitahu Ardian tenang permintaannya ini. Ia memutuskan untuk memberi pelajaran kepada Siska, bagaimana rasanya terjebak tanpa kesalahan apapun.Gadis itu memilih pulang, sedangkan diluar rumah hujan turun dengan cepat."Berteduhlah dulu, setidaknya sampai hujannya reda!" ujar Ardian.Ayu menurut, tadi ia datang menggunakan taxi online. Dan sekarang ia harus bersabar menunggu hujan turun.Ponsel Ardian berbunyi, ternyata Siska mencoba menghubunginya."Kamu dimana? Kenapa tidak pulang?!" tanya Ardian."Aku di Villa milik Sintia, aku di Bali!" Jawab Siska, dengan suara berbisik karena diiringi musik yang begitu berbunyi kencang, sehingga sedikit membuat Ardian begitu kesal.Ayu yang mendengar itu, segera mendekati Ardian. Ardian mulai merasa gugup, ketika Ayu memperhatikannya. "Ya sudah, nanti hubungi Daddy lagi!" titah Ardian.Ayu merasa kesal melihat, Ardian yang mematikan ponselnya. "Kenapa berisik sekali?!""Sepertinya Siska tengah berpesta!" jawab Ardian.Ayu menatap tajam ke arah pria itu. "Sepertinya Siska, wanita yang hobi menggelar pesta! Sudah berapa korban kejahilannya, seperti aku ini?!""Apa maksudmu Yu?!""Maksudku, Anda harus bisa menghimbau kegiatan anak gadis Anda! Aku bisa tertidur telanjang bulat karena perbuatannya. Jika ia memang begitu senang melakukan pesta seperti itu, pasti bukan hanya aku korban sepertinya.""Siska, tidak mungkin berbuat jahat seperti itu!" bela Ardian."Ya, aku belum memiliki bukti, tetapi aku akan tetap menyalahkan Anda atas semua yang Anda lakukan!""Ini masalah kita Yu! Tolong jangan libatkan Siska!"Semakin Ardian membela Ayu, semakin kesal jadinya. Lebih baik ia pamit dan meninggalkan Ardian."Ingat! Besok malam, aku ingin kita menikah!" ucapnya dan pergi, walaupun hujan sudah tidak turun dengan deras.Ayu bersiap untuk berlari melewati hujan, namun tangan Ardian meraih tangannya, sehingga langkahnya terhenti sejenak, dan hujan membasahi tubuh mereka."Kau menginginkan pernikahan kita besok malam? Sepertinya kau tidak dapat pergi!" desisnya. Ardian melangkah perlahan mendekati Ayu. Ayu mencoba untuk mundur dan menghindar pria itu."Apa mau kamu? Jangan macam-macam!" teriaknya takut.Ardian meraih tengkuk Ayu, secepatnya ia ingin mencium gadis ini. "Lepas! Jangan kurang ajar!" bentak Ayu."Aku tidak pernah kurang ajar, bukankah ini alasannya, agar kita bisa menikah dengan cepat? Aku yakin, kau sudah merasa tidak sabar!"Ayu semakin emosi, tangan kanannya reflek menampar pipi Ardian."Sungguh kau gadis yang kejam, aku ingin mengantarmu pulang! Kau mau pulang dengan cara apa? Tidak ada angkutan di komplek ini! Jadi turuti perintahku!" ucapnya.Ardian mengelus pipinya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengenggam tangan Ayu. Ia semakin tidak bisa berkutik, ini kesalahannya kenapa bisa ia mengikuti Ardian sampai rumah.Sementara itu di Bali, Siska tengah berkumpul bersama teman-temannya. Mereka begitu asik merayakan kemenangan atas rencana mereka yang sudah menjebak Ayu."Bagus! Setidaknya sudah tidak ada lagi wanita penganggu pacar-pacar kita!" ucap Runia."Seno pasti udah tidur bareng sama Ayu, pastinya Ayu bakal frustasi dan enggak akan mampu menanggung malu, ya kan Sintia?" tanya Siska."Pasti! Kita akan buat dia menyesal, jika dia hamil, kita permalukan saja di depan anak satu sekolahan."Ketiga gadis itu terlihat gembira dan bahagia, namun mereka tidak tahu. Jika gadis yang mereka jebak akan membuat mereka menyesal sudah menjebak dan merusak harga dirinya.***Tidak mengantarkannya pulang, Ardian justeru membawa calon istrinya ke butik. Ayu disuruh untuk memilih busana pengantin mereka. Namun di saat memilah dan memilih, Ardian dan Ayu tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang begitu dirindukan Ayu.Dika menyapa keduanya, dengan kedua matanya Dika mencoba menahan air matanya untuk tidak turun melihat gadis yang dicintainya akan menikah dengan pria lain."Selamat ya Yu!"ucapnya.Ayu mengangguk pelan. Ardian merasa sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka. Ini yang ditakutkannya. Pernikahan tanpa cinta akan ia hadapi! Akankah pernikahan keduanya di masa mendatang dapat berjalan mulus? Sementara Ayu terlihat begitu tulus mencintai Dika."Baiklah, aku keluar sebentar!" ucap Ardian, meninggalkan keduanya untuk bertemu pandang lebih lama.Selama perjalanan pulang Ayu terlihat diam dan memandang ke luar jendela mobil Ardian. Pria yang sedang menyetir pun tengah menerka-nerka, apa sebenarnya yang dibicarakan Ayu dengan pria tadi? Sedikit demi sedikit, ia merasa terusik dengan kehidupan Ayu dengan Dika. 'Apakah dia menyesal jika terpaksa menikah denganku? Justeru meninggalkan pria yang begitu tulus mencintainya, disini aku seperti peran jahat yang tega mengambil wanita orang lain!'Pria itu pun asik dengan pemikirannya sendiri. Saat ini yang harus ia lakukan adalah menebus kesalahan akibat perbuatannya. 'Bagaimana bisa jika nanti aku menyukai anak kecil seperti dia?' Bertahan di suasana sunyi membuat Ardian gundah, sesekali ia berusaha memikirkan sesuatu ungkapan agar gadis itu mau berbicara. Namun, rasa gugupnya terus membuat semuanya menjadi kacau. Pada akhirnya, Ayu memejamkan kedua matanya yang sudah memaksanya sedari tadi. Sesampainya di rumah Ayu ia membangunkan gadis itu. "Sudah sampai, ayo turun! Hujan sudah r
Keputusannya sudah bulat, kini balutan kebaya putih dan hiasan bunga di atas kepalanya merubah dirinya yang akan menjadi seorang ratu.Ratu untuk Ardian dan menunggu sang calon suami mengucapkan ijab qabul di depan ayahnya. Sedih itu yang dirasakan, ia sudah tidak bisa menahan bulir air matanya yang terus memaksa untuk keluar. Ia berusaha bertahan untuk menghadapi kenyataan yang saat ini ia hadapi. “Aku harus bisa!” desisnya. Bayangan Dika terus menghantuinya. "Aku mampu, aku harus melupakannya!" Ayu menghapus air matanya. Dewi sudah mengundangnya untuk turun ke bawah, ia pun tersenyum dihadapan cermin besar miliknya, dan beranjak untuk menemui Ardian. Ayu berusaha untuk terlihat Bahagia, ia harus berpura-pura dihadapan semua orang yang hadir, dan bersandiwara menerima Ardian dengan penuh suka hati. Ayu duduk disamping Ardian lalu mencium tangan suaminya itu, kedua netranya sekilas memandang pesona Ardian yang begitu gagah, nampak begitu berbeda seperti sebelumnya. Rambutnya ter
Setelah melakukan prosesi yang begitu sederhana, Ardian dan Ayu pamit untuk pergi dari rumah, mengingat mereka sudah menjadi sepasang suami-istri yang sah. Tangisan Dewi pecah, bagian ini menjadi hal terberat untuknya. Hati kecilnya belum bisa menerima semuanya secara ikhlas. Tentu ia masih merasa khawatir, gadis kecilnya itu belum cukup umur untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. "Jangan menangis Bu, Ayu tidak pergi jauh, Ayu masih di sekitar Jakarta, kalau ada waktu Ayu akan bermain ke sini!" Senyum yang terbit dari sang putri menguatkan hati sang ibu. Ayu mengusap air mata yang sudah luruh membasahi wajah Dewi. Kenangan bersama sejak dulu seakan menjadi kisah yang tidak bisa dilupakan sampai kapan pun. "Ibu akan merindukan kamu, Nak! Sehat-sehat ya Sayang. Kamu harus kuat Nak, rumah tangga itu tidak mudah seperti jalan yang lurus, kalian harus bisa melewati segalanya bersama. Jangan egois dalam menghadapi masalah. Ingat Nak, jangan Jangan bersikap buruk pada suamimu, sekara
Kepulangannya dari kota Bali, Siska sengaja mengajak sang ibunda untuk kembali. Niat dari lubuk hatinya adalah menyatukan kembali ayah dan sang ibunda yang sudah lama sekali berpisah sejak dirinya dilahirkan. Alasan mengapa mereka bercerai, Ardian tidak mau membahas, apalagi menceritakan pada anak perempuannya itu. Sambil bergandengan tangan Sekar kembali mengingat memori bersama selama menikah dengan Ardian. "Mah! Mamah tunggu disini ya, pasti Daddy terkejut kalau Mamah datang dan kembali lagi bersama aku juga Daddy," tuturnya, terlihat nampak raut wajah bahagia dari Siska. Sekar hanya tersenyum dan mengangguk, Sambil mengenang rumah lamanya, ia pun menunggu Siska dan meraih majalah yang tergeletak di meja ruang tamu. Sementara itu Siska berlari kecil menuju kamar Ardian, bajunya sedikit basah karena harus terkena tetesan air hujan sesaat dirinya keluar dari dalam mobil taksi. Siska membuka pintu kamar sang ayah yang berada di lantai dua. Rumah ini begitu sunyi, sampai ia berter
Siska melempar semua barang-barang di kamarnya, ia mengutuki dirinya sendiri yang bodoh karena semua rencananya untuk Ayu yang seharusnya berhasil, kini dirinya yang terjebak. "Pernikahan Ayu dengan Daddy harus segera berakhir, aku tidak mau memiliki Mommy seperti dia, apalagi ia teman sekolahku, apa yang akan di katakan Sintia dan Runia? Jika mereka tahu hal ini. Aku harus bisa membuat mereka bercerai. Saat ini Ayu terus membuat Ardian sibuk dengan dirinya, ia sengaja menahan Ardian untuk tidak menemui Siska. “Maafkan aku Siska, rasa sakit hatiku belum bisa terbalaskan atas semua rencana kamu yang ingin menghancurkan hidupku.” Ia pun terpaksa harus berpura-pura bersikap manja, ia memeluk tubuh Ardian, tubuh kecil Ayu mampu membuat Ardian mulai merasakan gejolak dihatinya. "Ayu," panggil Ardian lembut. Ayu melepaskan pelukannya, Adrian memutar tubuhnya, ia menarik lengan Ayu dan menggendong nya. Kedua mata mereka bertemu. cukup lama Ayu dan Ardian berpandangan satu sama lain
“Sabar Sekar, kamu harus bisa merebut Ardian kembali, kamu harus bisa bermain halus kepada istri dari mantan suamimu!”Sekar beranjak pergi keluar, masih ada desiran cemburu dari dalam hatinya. "Benarkah aku masih memiliki rasa pada Ardian? Bagaimana dulu aku bisa sebodoh itu, meninggalkannya demi ayahnya Siska!"Suara petir menggelegar, sekilas kilat cahaya itu mampu membuat tubuh Sekar bergetar. Sementara, setelah mendengar suara petir, Ardian segera menghentikan aksinya. Ia bergegas berjalan menuju ke arah jendela, berniat untuk menutup jendela. Pandangannya tertuju pada Sekar yang masih berdiri karena tiba-tiba hujan deras mengguyur cepat. “Sejak kapan dia disini?” desisnya. Ayu beranjak pergi meninggalkan Ardian, ia berniat untuk membersihkan dirinya kembali. Ada rasa sesal telah membuat Ardian kembali menyentuh dirinya. Tanpa ragu, Ardian bergegas pergi untuk menemui Sekar. Wanita yang pernah singgah dihatinya, wanita yang pernah mendampinginya. "Kamu disini Sekar?" Sekar
Ayu terdiam, lututnya terasa lemas, belum pernah ia merasakan sedih yang membuat tubuhnya lemas. “Tidak, aku tidak akan pernah menyukai pria ini! Aku harus bisa menahan agar tidak pernah jatuh cinta dengannya!” Ardian masih terdiam, memandang wajah Ayu yang begitu gelisah. Ia terus menatapnya tanpa berkedip. Tangan kanannya menyentuh dadanya yang bidang, jantungnya kembali berdebar tak karuan. “Aku sudah pernah merasakan berhubungan dengan setiap wanita, hanya saja, Ayu terus membuatku tidak bisa melupakannya! Apa ini, padahal dahulu aku pernah mencintai wanita, tapi tidak pernah sedalam seperti ini!” Ayu terjengkit mendengar suara ponselnya berbunyi. Panggilan masuk dari seseorang yang selalu merindukan kehadirannya. "Kak Dika?" Ayu begitu gugup, ia begitu gelisah dan sekilas ia merasa senang ada Dika yang menghubunginya. Dengan sedikit ragu, Ayu menjawab panggilan Dika."Hallo Ayu? Ayu?" Suara serak Dika, membuat Ayu sedikit cemas, ada apa dengan pria ini. "Hallo Kak? Aku de
Tidur di kamar terpisah membuat Ardian memilih cepat untuk bersiap pergi ke kantor. Hari ini, ia mencoba untuk tidak peduli dengan Ayu. Biasanya ia membuatkan sarapan, kali ini ia membiarkan Ayu. Tidak ada jawaban dari bibir Ayu semalam, jika wanita itu benar-benar cemburu. Sambil bercermin, Ardian pun memasang dasi sendiri. Ia terdiam dan menatap cermin besar, memandangi dirinya. “Aku tampan, bagaimana bisa kau tidak takluk denganku? Bagaimana bisa kau masih mencintai orang lain, padahal aku mengikat cincin di jemarimu. Aku tahu kau datang karena sebuah dendam, tapi bisakah sedikit kau membuka hati untukku?” Ia menelan salivanya, dan berlalu dan keluar kamar. Di saat itu pula, Ayu keluar dari kamarnya, bertemu tatap sebentar membuat hati Ardian berdesir. “Ingin rasanya membawa dia ke pelukanku!” Ayu menatap heran melihat Ardian berwajah murung, dan nampak tidak begitu ceria. “Apa ia bersedih karena aku atau mantannya? Ah, sudahlah, aku harus bertemu kak Dika hari ini juga!”Ayu be