Keputusannya sudah bulat, kini balutan kebaya putih dan hiasan bunga di atas kepalanya merubah dirinya yang akan menjadi seorang ratu.
Ratu untuk Ardian dan menunggu sang calon suami mengucapkan ijab qabul di depan ayahnya.Sedih itu yang dirasakan, ia sudah tidak bisa menahan bulir air matanya yang terus memaksa untuk keluar. Ia berusaha bertahan untuk menghadapi kenyataan yang saat ini ia hadapi.“Aku harus bisa!” desisnya.Bayangan Dika terus menghantuinya. "Aku mampu, aku harus melupakannya!"Ayu menghapus air matanya. Dewi sudah mengundangnya untuk turun ke bawah, ia pun tersenyum dihadapan cermin besar miliknya, dan beranjak untuk menemui Ardian.Ayu berusaha untuk terlihat Bahagia, ia harus berpura-pura dihadapan semua orang yang hadir, dan bersandiwara menerima Ardian dengan penuh suka hati.Ayu duduk disamping Ardian lalu mencium tangan suaminya itu, kedua netranya sekilas memandang pesona Ardian yang begitu gagah, nampak begitu berbeda seperti sebelumnya. Rambutnya tertata rapih, kumisnya sedikit tipis tidak seperti kemarin.“Ah, tidak! Jangan terpesona Yu! Dia pria yang sudah membuat hidupmu hancur!” desisnya.Ayu dan Ardian tersenyum saat fotografer handal memotret mereka. Mau tidak mau ia dan Ardian harus berpose mesra, merangkul layaknya pasangan suami istri yang bahagia dihadapan banyak orang yang menatap mereka.Sang kakak merasa belum rela jika Ayu sudah memiliki suami, itu berarti sang adik sudah tidak bisa mengandalkannya.“Kalau sampai pria itu menyakiti adikku, tak segan-segan aku akan menyiksanya dengan tanganku!”Mengerti dengan suasana hati sang anak pertama, Sandi perlahan mendekati Saka. "Ini takdir adikmu, seharusnya kita buat dia bahagia menjalani hal ini, kau kakaknya sepatutnya berikan semangat untuknya," ucapnya seraya menepuk bahu kokoh Saka.Sementara itu Dewi menangis di pelukan Sandi, ia merasa tidak sanggup melepas putri kecilnya yang kini harus menjadi dewasa akibat keadaan yang harus diterima. Memiliki suami, dan memiliki kehidupannya sendiri. Dan tentu ia akan merindukan sikap manja putrinya."Sudahlah Bu, malu dilihat yang lain!" tegur Sandi yang mengelus rambut istrinya."Salah, kalau aku menangis? Aku belum siap ditinggal sama Ayu, kamu enggak pernah bisa mengerti perasaan aku!"Sandi menghela napasnya dengan kasar, ia tidak mau berdebat di acara pernikahan Ayu dengan Ardian.Suasana semakin khidmat, melantunnya doa-doa Ardian untuk Istri kecilnya.Sebuah sandiwara yang harus pengantin perempuan lakukan ialah memeluk Ardian. Saat itu juha jantung pun berdesir tak karuan, pandangannya terus tidak bisa terlepas saat memandang wajah Ardian.“Tidak, aku tidak boleh jatuh cinta dengan Om Ardian, aku hanya ingin memberi Siska pelajaran, karena dia sudah membuat hidupku hampir hancur.”"Kamu sangat cantik Yu!" bisik Ardian sengaja. se membuat raut wajah Ayu berwarna merah merona.Para tamu memberikan ucapan selamat kepada Ayu dan Ardian. Terlihat Saka tengah berjalan menghampiri Ardian yang tengah menikmati peran barunya sebagai suami Ayu."Ardian! Ku ucapkan terima kasih karena kau mau bertanggung jawab atas kejadian ini. Sejujurnya saya masih belum ikhlas merelakan adik saya menikah dengan kami, tapi saya meminta tolong jaga Ayu, jangan keras padanya, dia masih menjadi adik kecil saya yang sangat saya sayangi!"Senyum Ardian terbit mendengar nada cinta dari Saka untuk Ayu, “Kakak yang baik!” desisnya. Ia tentu paham akan kecemasan Saka."Kamu tidak perlu khawatir, Saya berjanji akan menjaga Ayu dan menjadikannya wanita satu-satunya di hati saya."Saka hanya mengangguk, ia berharap Ardian mampu melakukan apa yang seperti ia katakan barusan, walaupun dengan berat hati merelakan Ayu yang kini sudah melangkahi dirinya.Suasana pernikahan begitu meriah. Walaupun hanya dihadiri oleh keluarga Ayu, sementara keluarga Ardian di kampung belum mengetahui akan pernikahan ini, begitu pun Siska yang masih belum pulang dari liburannya di Bali.Ardian membaca isi chat yang dikirimkan oleh Siska, bahwa sore hari ia akan pulang dengan seseorang yang bisa membuatnya bahagia.Ardian hanya membacanya, hari ini ia sangat disibukkan dengan tamu undangan yang datang secara bergantian untuk foto bersama.Melihat rona kebahagiaan Ayu, senyumnya terbit membuatnya sedikit mengharapkan rasa. Ia tidak dapat membohongi dirinya saat ini karena Ayu benar-benar terlihat sangat cantik di matanya.Ayu terpaksa menampakkan senyum saat Ardian melihat ke arahnya. Ia tidak mau para tamu undangan memergoki dirinya yang selebihnya merasa sungkan untuk mengikuti resepsi sederhana seperti ini.Rahma dan suami pun turut datang memberikan selamat kepada kedua penganten."Selamat ya Di, enggak menyangka akhirnya kamu bisa menikah setelah sekian tahun sendirian!" ucap Rahma."Ini semua sudah menjadi takdir, mungkin Ayu memang dikirimkan untuk menjadi istri saya walaupun dengan kejadian yang mungkin membuat dirinya tertekan!""Untung saja, saat itu kamu menghubungiku, dan aku bisa memberi masukan, syukurlah semoga pernikahan kedua kamu ini bisa berjalan terus sampai maut memisahkan!""Terimakasih Rahma, kamu memang teman baik yang mau menolong saya!"Dalam keramaian susana dj hari pernikahannya, ja mengambil kesempatan ini untuk menyinggung seseorang jauh disana.Ia membuat status story di W* miliknya, namun dengan sengaja hanya satu kontak saja yang boleh terlihat akan statusnya, dengan pakaian pengantin dan menunjukkan cincin di jari manis kanannyaTak lupa ia membuat caption yang bertuliskan ISTRI SAH.Sehingga seorang wanita yang akan kembali ke Jakarta, merasa tidak percaya dengan teka-teki dari orang yang sudah terjebak karena rencana jahatnya."Apa? .... A--Ayu menikah?" teriaknya.Siska menjadi panas melihat foto Ayu yang tersenyum memakai kebaya putih penganten."Gila! Seno benar-benar nikahin si Ayu?" ucapnya.Tanpa ragu, gadis berambut kepang itu segera menghubungi Seno, pria yang terlibat dengannya untuk menjebak Ayu.Panggilan tersambung."Wow! Nggak nyangka seorang Seno bisa nikahin Ayu!" kelakarnya."Bicara apa sih kamu? Siapa yang nikah sih?" tanya Seno."Kamu lah, karena malam pertama kemarin sama si Ayu. Malah bisa-bisanya nikahin si Ayu!" cibirnya."Ayu? Aku belum menyentuh dia, waktu itu aku kena diare dan harus mondar-mandir ke kamar mandi, dan terpaksa cewek itu aku tinggal, karena diare sampai sekarang aku belum bisa keluar dari rumah sakit!" tutur Seno dengan napas yang panjang."What?" jerit Siska, membuat bising di dalam pesawat yang belum terbang menuju bandara Soekarno Hatta.Siska mematikan ponselnya tidak percaya jebakannya meleset."Tungu dulu!Waktu itu Ayu ada di kamar. Semua pekerja di rumah aku suruh libur, tentu pria hanya Seno yang bersama Ayu! Lalu siapa pria yang aku lihat waktu itu di rekaman CCTV? Atau ...?"Tak sadar, ia sudah meremas rambutnya kencang dan mengumpat di dalam hati akibat kebodohannya sendiri.Setelah melakukan prosesi yang begitu sederhana, Ardian dan Ayu pamit untuk pergi dari rumah, mengingat mereka sudah menjadi sepasang suami-istri yang sah. Tangisan Dewi pecah, bagian ini menjadi hal terberat untuknya. Hati kecilnya belum bisa menerima semuanya secara ikhlas. Tentu ia masih merasa khawatir, gadis kecilnya itu belum cukup umur untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. "Jangan menangis Bu, Ayu tidak pergi jauh, Ayu masih di sekitar Jakarta, kalau ada waktu Ayu akan bermain ke sini!" Senyum yang terbit dari sang putri menguatkan hati sang ibu. Ayu mengusap air mata yang sudah luruh membasahi wajah Dewi. Kenangan bersama sejak dulu seakan menjadi kisah yang tidak bisa dilupakan sampai kapan pun. "Ibu akan merindukan kamu, Nak! Sehat-sehat ya Sayang. Kamu harus kuat Nak, rumah tangga itu tidak mudah seperti jalan yang lurus, kalian harus bisa melewati segalanya bersama. Jangan egois dalam menghadapi masalah. Ingat Nak, jangan Jangan bersikap buruk pada suamimu, sekara
Kepulangannya dari kota Bali, Siska sengaja mengajak sang ibunda untuk kembali. Niat dari lubuk hatinya adalah menyatukan kembali ayah dan sang ibunda yang sudah lama sekali berpisah sejak dirinya dilahirkan. Alasan mengapa mereka bercerai, Ardian tidak mau membahas, apalagi menceritakan pada anak perempuannya itu. Sambil bergandengan tangan Sekar kembali mengingat memori bersama selama menikah dengan Ardian. "Mah! Mamah tunggu disini ya, pasti Daddy terkejut kalau Mamah datang dan kembali lagi bersama aku juga Daddy," tuturnya, terlihat nampak raut wajah bahagia dari Siska. Sekar hanya tersenyum dan mengangguk, Sambil mengenang rumah lamanya, ia pun menunggu Siska dan meraih majalah yang tergeletak di meja ruang tamu. Sementara itu Siska berlari kecil menuju kamar Ardian, bajunya sedikit basah karena harus terkena tetesan air hujan sesaat dirinya keluar dari dalam mobil taksi. Siska membuka pintu kamar sang ayah yang berada di lantai dua. Rumah ini begitu sunyi, sampai ia berter
Siska melempar semua barang-barang di kamarnya, ia mengutuki dirinya sendiri yang bodoh karena semua rencananya untuk Ayu yang seharusnya berhasil, kini dirinya yang terjebak. "Pernikahan Ayu dengan Daddy harus segera berakhir, aku tidak mau memiliki Mommy seperti dia, apalagi ia teman sekolahku, apa yang akan di katakan Sintia dan Runia? Jika mereka tahu hal ini. Aku harus bisa membuat mereka bercerai. Saat ini Ayu terus membuat Ardian sibuk dengan dirinya, ia sengaja menahan Ardian untuk tidak menemui Siska. “Maafkan aku Siska, rasa sakit hatiku belum bisa terbalaskan atas semua rencana kamu yang ingin menghancurkan hidupku.” Ia pun terpaksa harus berpura-pura bersikap manja, ia memeluk tubuh Ardian, tubuh kecil Ayu mampu membuat Ardian mulai merasakan gejolak dihatinya. "Ayu," panggil Ardian lembut. Ayu melepaskan pelukannya, Adrian memutar tubuhnya, ia menarik lengan Ayu dan menggendong nya. Kedua mata mereka bertemu. cukup lama Ayu dan Ardian berpandangan satu sama lain
“Sabar Sekar, kamu harus bisa merebut Ardian kembali, kamu harus bisa bermain halus kepada istri dari mantan suamimu!”Sekar beranjak pergi keluar, masih ada desiran cemburu dari dalam hatinya. "Benarkah aku masih memiliki rasa pada Ardian? Bagaimana dulu aku bisa sebodoh itu, meninggalkannya demi ayahnya Siska!"Suara petir menggelegar, sekilas kilat cahaya itu mampu membuat tubuh Sekar bergetar. Sementara, setelah mendengar suara petir, Ardian segera menghentikan aksinya. Ia bergegas berjalan menuju ke arah jendela, berniat untuk menutup jendela. Pandangannya tertuju pada Sekar yang masih berdiri karena tiba-tiba hujan deras mengguyur cepat. “Sejak kapan dia disini?” desisnya. Ayu beranjak pergi meninggalkan Ardian, ia berniat untuk membersihkan dirinya kembali. Ada rasa sesal telah membuat Ardian kembali menyentuh dirinya. Tanpa ragu, Ardian bergegas pergi untuk menemui Sekar. Wanita yang pernah singgah dihatinya, wanita yang pernah mendampinginya. "Kamu disini Sekar?" Sekar
Ayu terdiam, lututnya terasa lemas, belum pernah ia merasakan sedih yang membuat tubuhnya lemas. “Tidak, aku tidak akan pernah menyukai pria ini! Aku harus bisa menahan agar tidak pernah jatuh cinta dengannya!” Ardian masih terdiam, memandang wajah Ayu yang begitu gelisah. Ia terus menatapnya tanpa berkedip. Tangan kanannya menyentuh dadanya yang bidang, jantungnya kembali berdebar tak karuan. “Aku sudah pernah merasakan berhubungan dengan setiap wanita, hanya saja, Ayu terus membuatku tidak bisa melupakannya! Apa ini, padahal dahulu aku pernah mencintai wanita, tapi tidak pernah sedalam seperti ini!” Ayu terjengkit mendengar suara ponselnya berbunyi. Panggilan masuk dari seseorang yang selalu merindukan kehadirannya. "Kak Dika?" Ayu begitu gugup, ia begitu gelisah dan sekilas ia merasa senang ada Dika yang menghubunginya. Dengan sedikit ragu, Ayu menjawab panggilan Dika."Hallo Ayu? Ayu?" Suara serak Dika, membuat Ayu sedikit cemas, ada apa dengan pria ini. "Hallo Kak? Aku de
Tidur di kamar terpisah membuat Ardian memilih cepat untuk bersiap pergi ke kantor. Hari ini, ia mencoba untuk tidak peduli dengan Ayu. Biasanya ia membuatkan sarapan, kali ini ia membiarkan Ayu. Tidak ada jawaban dari bibir Ayu semalam, jika wanita itu benar-benar cemburu. Sambil bercermin, Ardian pun memasang dasi sendiri. Ia terdiam dan menatap cermin besar, memandangi dirinya. “Aku tampan, bagaimana bisa kau tidak takluk denganku? Bagaimana bisa kau masih mencintai orang lain, padahal aku mengikat cincin di jemarimu. Aku tahu kau datang karena sebuah dendam, tapi bisakah sedikit kau membuka hati untukku?” Ia menelan salivanya, dan berlalu dan keluar kamar. Di saat itu pula, Ayu keluar dari kamarnya, bertemu tatap sebentar membuat hati Ardian berdesir. “Ingin rasanya membawa dia ke pelukanku!” Ayu menatap heran melihat Ardian berwajah murung, dan nampak tidak begitu ceria. “Apa ia bersedih karena aku atau mantannya? Ah, sudahlah, aku harus bertemu kak Dika hari ini juga!”Ayu be
Menunggu membuat Ardian merasa gusar sejak tadi. Ayu masih belum berada di rumah sampai matahari tenggelam. Sesekali ia meneguk air di dalam gelas yang ia bawa, rasa khawatir mulai mengusik pikirannya. “Jelas-jelas ia tidak mencintaimu, tapi kenapa kau masih peduli dengannya!” desisnya. Ardian keluar dari kamarnya, ia memilih untuk menunggu Ayu di ruang tamu. Namun, terlihat Sekar datang bersama Siska. "Itu Daddy!" Siska tersenyum bersamaan dengan Sekar. “Sepertinya Ayu tidak di rumah, ini kesempatanku!” Sekar tersenyum kepada Siska seolah mengerti, Siska akhirnya meninggalkan keduanya di ruang tamu. "Apa kabar Mas? Aku senang bisa berjumpa dengan kamu lagi!" Kedua tangannya mulai bermain disekitar tubuh Ardian. Suasana hatinya begitu buruk, rasanya risi sekali ketika Sekar mulai menggodanya. Jemari Sekar mengusap bibir Ardian. Tampak ada gelora hasrat yang membara di hati Sekar. Ardian terdiam, mantan istrinya itu ia biarkan bermain mengecup lehernya. "Hentikan Sekar," pintany
Pagi cerah yang nampak hari ini, membuat suasana hati Ayu menjadi lebih baik. Seragam sekolah yang lama tidak terpakai, kini ia kenakan. Rasa rindunya kepada teman-teman semakin memuncak di dada. Tidak sabar rasanya ia ingin bertemu sapa dengan teman-temannya. Ardian yang sudah siap dengan pakaian kantornya, menghampiri Ayu yang sedang mengikat tali sepatu.“Tidak bisa di percaya jika istriku anak ABG, masih bersekolah, tapi tidak apa hanya beberapa bulan lagi dia akan lulus sekolah!”"Kenapa melamun?" tanya Ayu. "Tidak! Sudah siap, aku akan mengantar kamu!" ucap Ardian yang menggandeng tangan Ayu. Siska yang tengah asik menyantap roti tawarnya, tiba-tiba tangannya gemetar melihat Daddynya menggandeng mesra Ayu.Siska segera menghabiskan roti tawarnya, nampaknya rumah tangga Ayu dan Daddynya akan berjalan baik. “Kenapa sih? Ia selalu merebut semuanya, pertama Randy, cowok yang aku taksir, kedua Daddy, apalagi saat ini Dewangga terus menanyakan kabar Ayu lewat aku!” Ardian mengusap