Share

Tujuh Puluh

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-15 19:53:49

Naya yang di tatap seperti itu oleh Dewa hanya bisa semakin melesak kedalam dekapan suaminya dan menangis, entah bagaimana perasaannya saat ini. Naya sedang bertarung dengan perasaannya sendiri karena sekuat apapun Naya menepis perasaannya dengan Dewa tapi nyatanya cinta itu masih ada.

Tidak adil bukan, suaminya sudah banyak sekali menyakitinya namun tiba-tiba sekarang Naya tidak siap jika harus kehilangan Dewa. Benar kata orang cinta itu bisa membuat orang bodoh.

"Kenapa harus menangis, Kanaya?" Dewa menatap Naya yang menangis tersedu di dadanya dan merelakan kemejanya basah dengan air mata istrinya.

"Kenapa kita ketemu ya terlambat sih, Mas. Kenapa kamu harus nikah dulu sama Savira!" ujar Naya menatap Dewa dengan mata sembabnya namun wajahnya cemberut kesal.

"Kamu terlalu lama lahirnya." Jawabannya suaminya justru kembali membuat Naya memukul suaminya kesal.

"Iya, mana dapetnya om-om duda lagi. Tuhan nggak adil banget sama aku."

Bukannya marah, Dewa justru tertawa kecil kemudian men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Satu

    "Tau nggak sih, Mas. Katanya Citra sama mas Naufal mau nikah tapi papanya Citra belum ristuin." Melihat Dewa yang baru saja pulang kerja, bukannya membiarkan suaminya untuk bersih-bersih dulu justru Naya langsung mengajak suaminya itu ngobrol. "Menikah?" tanya Dewa. "Iya, tapi kasian belum dapat restu." ujar Naya cemberut. "Kenapa?" "Katanya sih karena Naufal terlalu tua untuk Citra." Memang sih Naufal itu mungkin seumuran suaminya pasti papanya Citra berpikir dua kali untuk membiarkan anak perempuan satu-satunya menikah dengan om-om. "Dia belum ada 30 tahun," ujar suaminya membuat Naya menatap suaminya tidak percaya. Padahal Naya kira mereka seumuran ternyata tidak. "Hah! Maksud kamu." "Saya sama Naufal beda 3 tahun dia baru mau masuk 30 bulan besok." Naya baru tau ternyata Mas Naufal masih lebih muda dari suaminya tapi kalau di lihat dari wajahnya memang seperti sudah kepala tiga. "Tapi tetap saja, Mas. Mereka beda 6 tahunan." Protes Naya. "Saya sama kamu beda 11 tahun.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Dua

    "Maaf, Ya. Saya belum bisa jadi suami yang baik buat kamu," Naya menoleh menatap suaminya heran.'Apa-apan tiba-tiba ngomong gitu. Gak kesampet kan?' tanya Naya dalam hati sambil menatap Dewa heran.Sore ini mereka sudah kembali kerumah Dewa, dan memang pindahan mereka tidak sesuai rencana karena harusnya siang mereka pindah, justru Dewa haru ada cara hingga akhirnya mereka baru bisa pindah sore hari. Jadi sampai semalam ini Naya belum selesai beres-beres padahal sudah di bantu bik Rosma siang tadi, tapi tetap Saja perlengkapan Kai sangat banyak, mulai dari skincare, dan yang lainya."Kamu kenapa?" tanya Naya heran."Nggak papa," ujarnya kemudian masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur."Aneh," cibir Naya kemudian melanjutkan aktivitas beberesnya. Seperti biasanya suaminya hanya akan menjadi mandiri saja, karena Naya tidak suka jika sedang berberes ada yang membantu karena hasilnya pasti tidak sesuai keinginannya."Besok lagi, udah malam." ujarnya membuat Naya kemba

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Tiga

    Naya sempat diam mematung sebentar, melihat Savira yang tiba-tiba ada di depan rumahnya. Karena sudah satu minggu ini Savira sudah tidak lagi menghubunginya namun tiba-tiba datang kerumahnya.Tentu saja Naya terkejut dengan kedatangan mendadak wanita di depannya ini."Gimana, Nay?" Tanyanya langsung."Duduk dulu, Mbak." ujar Naya sopan mempersilahkan Savira yang sedari tadi berdiri di teras rumahnya, apalagi wanita itu sedang hamil."Naya, aku mohon kembalikan Dewa padaku, aku butuh Dewa. Anak aku butuh ayahnya." pinta Savira. Entah, kenapa sekarang Naya sudah kehilangan respect lagi pada wanita di depannya ini. Apalagi wanita ini tidak bisa di ajak bicara baik-baik dan jika dikasari makan akan semakin berani."Mbak, anak aku juga butuh ayahnya. Mbak bisa minta tanggung jawab sama Haikal bukan sama suami aku," "Tapi anak...""Mbak, aku mohon jangan gunakan anak itu hanya untuk memenuhi obsesi kamu saja." "Nay, karir aku udah hancur! Dan orang yang benar-benar perduli denganku sekar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Empat

    "Nggak usah kerja, aku nggak mau kamu repotin lagi." Naya sudah mengeluarkan tatapan ketusnha pada Dewa.yang lahi ini hendak bekerja."Kamu terlalu lebay kalau saya sakit." Katanya menyubit hidung Naya pelan."Kalau kamu sakit bisa ngurus diri sendiri aku nggak repot,Mas. Kamu kalau lagi sakit dikit-dikit, Kanaya, Kanaya dan Kanaya." "Ya karena kamu istri saya." Jawabnya kemudian duduk di pinggiran ranjang mengurungkan niatnya untuk berangkat kerja, jika dirinya tetap memaksa bisa ngamuk istrinya."Jagain anak aku, jangan di buat nangis!" ujar Naya penuh peringatan."Dia anak saya juga, Kanaya. Tidak mungkin saya buat anak saya memangis." jawab Dewa."Oke, aku kebawah dulu."***"Mbak, ada tamu di depan." ujar Bik Rosma saat Naya baru saja sampai di bawah."Pagi-pagi begini? " "Dia bilang mau ketemu bapak, Mbak. Kalau wajahnya asing kalau buat saya." Naya berpikir sebentar, kira-kira Siapa yang bertemu sepagi ini dan ingin bertemu dengan suaminya. Kalau Naufal pasti akan langsung m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Lima

    "Dewangga Aditama." Sapa laki-laki yang rambutnya sudah banyak memulihkan itu."Kenapa ada kekantor saya?" tanya Dewa."Kamu tidak mau menawarkan saya minum dulu?" "Langsung saja."Fahri menghembuskan nafasnya, dia tersenyum menatap laki-laki di depannya yang pernah menjadi menantunya. "Kata Savira kamu sudah menikah dan memiliki anak ya, Ngga?" tanya Fahri dengan senyum di wajahnya."Iya." Jawabnya dengan wajah datarnya. Dewangga merasa tidak nyaman kembali di pertemukan dengan mantan ayah mertuanya itu."Jika tidak ada yang ingin anda katakan lagi, silahkan keluar saya sedang sibuk." Dewangga sengaja menarik tali pembatasan agar percapakan mereka tidak banyak basa-basi.Fahri terkekeh, "Saya kesini hari sabtu harusnya kamu tidak begitu sibuk." "Anda bisa langsung ke intinya saja?" "Kamu dan Savira...""Sejak saya kembalikan Savira kepada anda artinya saya sudah tidak ada hubungan apapun dengan Savira." "Kamu harus tau berapa banyak biaya yang saya keluarkan untuk membungkam me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Duda Pilihan Ayah   Hallo👋

    Hallo temen-temen semua, maaf ini bukan update terbaru dari Suami Pilihan Ayah. Tapi ini permohonan maaf dari aku karena aku akhir-akhir ini sering lama update cerita ini🙏 Di karenakan satu bulan ini aku sedang berobat tapi alhamdulillah sekarang sudah lebih baik, jadi mohon maaf banget kalau sering buat kalian semua yang udah nungguin cerita ini kecewa, sekali lagi aku minta maaf🙏 Tapi setelah ini aku usahakan untuk lebih rajin lagi updatenya, sekali lagi terimakasih untuk yang sudah setia dengan cerita sederhanaku ini😊 Dan terimakasih untuk dukungan kalian semua , dan terimakasih banyak untuk masukan-masukan dan saran kalian untuk cerita ini😊😊🫶 See you👋👋❤️

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Enam

    "Kenapa kesini? Kai sama siapa?" Dewa terkejut karena tiba-tiba istrinya datang kekantor.Baru saja Naya masuk keruangan suaminya bukannya di sambut dengan senyuman justru di sambut dengan banyak pertanyaan."Nanyanya satu-satu bisa kali, Mas." Balas Naya dengan wajah kesaknya."Kai sama siapa?" tanya Dewa lagi."Sama bunda, aku mau nganterin makan siang buat kamu." ujar Naya menunjukan kotak bekal yang dirinya bawa.Sudah lama Naya tidak berkunjung kekantor suaminya, dan kebetulan masakan yang dirinya masak adalah makanan kesukaan suaminya. Sebenernya Naya tadi sudah ingin mengirimkan makan siang suaminya lewat supir dirumahnya namun bundanya menyuruh Naya untuk mengantarkan sendiri.Dan melihat anaknya yang anteng jika dengan amanya membuat Naya berani meninggalkan Kai. Karena dirinya juga tidak akan lama hanya mengantarkan saja apalagi jarak dari rumah ke kantor suaminya tidak terlalu jauh."Bunda dirumah?" tanya Dewa."Iya, terus kami masak bareng. Karena inget suami ya akhrinya a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Tujuh

    "Kanaya," ujar Wira tidak kalah terkejut melihat Naya ada di kantor Dewangga."Om kenal sama suami saya?" tanya Naya membuat Dewangga menatap kedua orang di depannya dengan wajah bingungnya."Jadi kamu istrinya Dewangga?" tanya Wira benar-benar terkejut melihat wanita yang pernah membuat putranya hancur."Iya, Kanaya istri saya."Dewangga menjawab sembari menarik pinggang Naya agar mendekat."Kamu pulang, Ya. Saya minta Naufal antar kamu." ujar Dewa kemudian memanggil Nuafal yang kebetulan sedang ngobrol dengan sekretarisnya."Fal, antar istri saya pulang." "Baik, Pak." jawab Naufal patuh."Mas," panggil Kanaya mendongak menatap suaminya bingung."Nanti kita bicara dirumah, Kai sudah menunggu kamu dirumah." ujar Dewa mengelus kepala istrinya seolah menyakinkan Naya jika tidak ada hal yang perlu istrinya cemaskan.Akhirnya Naya mengalah, "Yaudah aku pulang, Ya." Pamit Kanaya yang di balas anggukan dan senyum tipis dari Dewa.Kemudian Naya berpamitan dengan Wira dan keluar dari ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

  • Duda Pilihan Ayah   132

    Sejak dokter muda itu mulai memeriksa Dewangga, Kanaya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu. Cara dokter itu bekerja terlihat cekatan dan penuh perhatian. Namun, ada yang aneh di balik perhatian itu. Beberapa kali, Kanaya menangkap tatapan yang lebih lama dari yang seharusnya, tatapan yang seolah memuji Dewangga dengan penuh kekaguman.Dan itu membuat hati Kanaya bergemuruh, perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul begitu saja, menyesakkan dadanya."Sudah selesai, Mas. Saya akan meresepkan obatnya sekarang," ujar dokter itu, dengan senyum hangat, lalu kembali ke meja untuk menulis resep."Mas?" tanya Kanaya merasa aneh dengan panggilan dokter itu.Kanaya menatap suaminya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. Dewangga menoleh, tatapannya penuh kebingungan."Ada apa?" tanya Dewangga, mencoba membaca ekspresi wajah Kanaya yang tampak tidak biasa.Kanaya menatap dokter itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewangga. "Kenapa pilih dokter perempuan? Kenapa nggak ya

  • Duda Pilihan Ayah   131

    Hari itu, rumah Dewangga dipenuhi oleh kolega dan teman-temannya. Sejak pagi, Kanaya tak sempat beristirahat sedikit pun karena tamu yang datang silih berganti. Keramaian ini adalah hal yang baru baginya, apalagi karena ia bukan tipe orang yang sering terlibat dalam acara-acara pekerjaan suaminya.Di tengah keramaian itu, salah satu rekan kerja Dewangga mendekat dan tanpa basa-basi berkata, "Pantas saja sekarang Dewa nggak pernah lama-lama di kantor, istrinya cantik, masih muda pula." Kanaya hanya bisa terdiam, bingung dan sedikit canggung karena ia tidak mengenali pria itu. Dewangga hanya tersenyum kecil, sementara rekan-rekan lain ikut melemparkan candaan yang membuat suasana semakin riuh. Bahkan Ayah mertuanya ikut tertawa, karena disini Dewangga terkena bahan keisengan para sahabatnya hal itu cukup membuat suasannya terasa hangat.Sementara itu, Kanaya memilih untuk duduk tenang di ruang tengah bersama para ibu-ibu yang sedang asyik berbincang. Mereka lebih banyak membahas anak-an

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status