Share

Tujuh Puluh Lima

Author: Rose
last update Last Updated: 2024-06-20 09:26:02

"Dewangga Aditama." Sapa laki-laki yang rambutnya sudah banyak memulihkan itu.

"Kenapa ada kekantor saya?" tanya Dewa.

"Kamu tidak mau menawarkan saya minum dulu?"

"Langsung saja."

Fahri menghembuskan nafasnya, dia tersenyum menatap laki-laki di depannya yang pernah menjadi menantunya.

"Kata Savira kamu sudah menikah dan memiliki anak ya, Ngga?" tanya Fahri dengan senyum di wajahnya.

"Iya." Jawabnya dengan wajah datarnya. Dewangga merasa tidak nyaman kembali di pertemukan dengan mantan ayah mertuanya itu.

"Jika tidak ada yang ingin anda katakan lagi, silahkan keluar saya sedang sibuk." Dewangga sengaja menarik tali pembatasan agar percapakan mereka tidak banyak basa-basi.

Fahri terkekeh, "Saya kesini hari sabtu harusnya kamu tidak begitu sibuk."

"Anda bisa langsung ke intinya saja?"

"Kamu dan Savira..."

"Sejak saya kembalikan Savira kepada anda artinya saya sudah tidak ada hubungan apapun dengan Savira."

"Kamu harus tau berapa banyak biaya yang saya keluarkan untuk membungkam me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda Pilihan Ayah   Hallo👋

    Hallo temen-temen semua, maaf ini bukan update terbaru dari Suami Pilihan Ayah. Tapi ini permohonan maaf dari aku karena aku akhir-akhir ini sering lama update cerita ini🙏 Di karenakan satu bulan ini aku sedang berobat tapi alhamdulillah sekarang sudah lebih baik, jadi mohon maaf banget kalau sering buat kalian semua yang udah nungguin cerita ini kecewa, sekali lagi aku minta maaf🙏 Tapi setelah ini aku usahakan untuk lebih rajin lagi updatenya, sekali lagi terimakasih untuk yang sudah setia dengan cerita sederhanaku ini😊 Dan terimakasih untuk dukungan kalian semua , dan terimakasih banyak untuk masukan-masukan dan saran kalian untuk cerita ini😊😊🫶 See you👋👋❤️

    Last Updated : 2024-06-23
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Enam

    "Kenapa kesini? Kai sama siapa?" Dewa terkejut karena tiba-tiba istrinya datang kekantor.Baru saja Naya masuk keruangan suaminya bukannya di sambut dengan senyuman justru di sambut dengan banyak pertanyaan."Nanyanya satu-satu bisa kali, Mas." Balas Naya dengan wajah kesaknya."Kai sama siapa?" tanya Dewa lagi."Sama bunda, aku mau nganterin makan siang buat kamu." ujar Naya menunjukan kotak bekal yang dirinya bawa.Sudah lama Naya tidak berkunjung kekantor suaminya, dan kebetulan masakan yang dirinya masak adalah makanan kesukaan suaminya. Sebenernya Naya tadi sudah ingin mengirimkan makan siang suaminya lewat supir dirumahnya namun bundanya menyuruh Naya untuk mengantarkan sendiri.Dan melihat anaknya yang anteng jika dengan amanya membuat Naya berani meninggalkan Kai. Karena dirinya juga tidak akan lama hanya mengantarkan saja apalagi jarak dari rumah ke kantor suaminya tidak terlalu jauh."Bunda dirumah?" tanya Dewa."Iya, terus kami masak bareng. Karena inget suami ya akhrinya a

    Last Updated : 2024-06-23
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Tujuh

    "Kanaya," ujar Wira tidak kalah terkejut melihat Naya ada di kantor Dewangga."Om kenal sama suami saya?" tanya Naya membuat Dewangga menatap kedua orang di depannya dengan wajah bingungnya."Jadi kamu istrinya Dewangga?" tanya Wira benar-benar terkejut melihat wanita yang pernah membuat putranya hancur."Iya, Kanaya istri saya."Dewangga menjawab sembari menarik pinggang Naya agar mendekat."Kamu pulang, Ya. Saya minta Naufal antar kamu." ujar Dewa kemudian memanggil Nuafal yang kebetulan sedang ngobrol dengan sekretarisnya."Fal, antar istri saya pulang." "Baik, Pak." jawab Naufal patuh."Mas," panggil Kanaya mendongak menatap suaminya bingung."Nanti kita bicara dirumah, Kai sudah menunggu kamu dirumah." ujar Dewa mengelus kepala istrinya seolah menyakinkan Naya jika tidak ada hal yang perlu istrinya cemaskan.Akhirnya Naya mengalah, "Yaudah aku pulang, Ya." Pamit Kanaya yang di balas anggukan dan senyum tipis dari Dewa.Kemudian Naya berpamitan dengan Wira dan keluar dari ruangan

    Last Updated : 2024-06-24
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Delapan

    "Rian mantan kamu?" tanya Dewa."Iya, kok mas kenal sama om Wira?" tanya Naya menatap suaminya penasaran.Bagaimana tidak, kalau dirinya melihat dari background mereka berdua jelas berbeda. Bisnis yang mereka lakoni juga bertolak belakang jadi Naya rasa tidak mungkin jika perusahaan suaminya bekerja sama dengan perusahaan Wirawan.Dewangga terdiam cukup lama. Selama ini Dewangga mengenal laki-laki tua itu dengan nama Farhan bukan Wirawan seperti yang istrinya tau. Dan bagaimana bisa mantan mertuanya itu juga ayah dari mantan pacar istrinya? membingungkan bukan."Mas.." panggil Naya.Dewa menoleh menatap istrinya, dirinya bingung haruskan dia bilang kalau Wira yang istrinya kenal itu adalah ayah kandung Savira."Kenapa, kok kaya kaget gitu?" "Kamu kok bisa kenal?" Cecar Naya penasaran."Dulu kami sempat kerja sama. Saya nggak tau kalau W-wirawan ayahnya Rian." Jawab Dewa memilih untuk menyembunyikan hal ini, sebaiknya Naya tidak mengetahui hal ini. Karena Dewangga belum tau banyak

    Last Updated : 2024-06-26
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Puluh Sembilan

    "Hari ini aku nggak ada niatan buat pergi, Mas." jawab Naya ngasal."Gak boleh tinggalin saya lagi." ujar suaminya lagi hingga Naya tertawa cukup keras. "Kamu kenapa sih, Mas? Pasti buat salah lagi kan?" Tuduh Naya membuat Dewa melepaskan pelukannya dan menatap Naya tajam.Ctak. Dewa menyentil kening Kanaya."Maasss.."pekik Naya tidak terima dengan tangannya yang terulur mengusap dahinya."Anak saya kaget," ujar Dewa membuat Naya menoleh ke belakang melihat Kai yang sedari tadi di cuekin karena bapaknya tiba-tiba drama main peluk-peluk.Dewa kemudian mengendong putranya, sedangkan Naya masih di posisinya dengan wajah tidak terimanya."Om Wira bilang apa?" tanya Naya menyusul suaminya yang mengendong Kai."Ngga papa, bicara saja.""Aku tau kalau kalian bicara nggak mungkin kan cuma diem-dieman terus tatap-tatapan saja." Sahut Naya kesal.Dewa menatap wajah kesal istrinya dirinya bingung harus bicara atau tidak dengan Naya. Tapi jika dirinya jujur pasti istrinya akan kepikiran dan kal

    Last Updated : 2024-06-29
  • Duda Pilihan Ayah   Delapan Puluh

    "Apa keputusan kamu, Dewangga." Suara itu membuat Dewa mengurungkan niatnya untuk masuk keruangannya memilih menoleh kebelakang menatap laki-laki tua itu."Keputusan saya masih sama, saya akan mempertahankan keluarga saya." "Bagaimana kalau saya buka kasus pengalapan uang 7 tahun lalu," ujar Wirawan dengan keangkuhannya."Bagaimana kalau anda yang ketahuan sudah membohongi keluarga Hadikusuma?" ujar Dewangga ikut mengancam."Silahkan saja, karena saya sudah menghapus semua data saya. Jadi usaha kamu akan sia-sia." ujar Wirawan yang memang sudah terkenal dengan kelicikannya bahkan dalam dunia bisnis."Dan sepertinya kamu juga lupa, jika mertua kamu juga pernah mau jadi besan saya dan bahkan sempat membuang anak saya keluar negeri,""Bukankah itu anda yang merencanakan?""Memang saya yang merencanakan, tapi mertua kamu itu dengan bodohnya menurut saja bahkan jika saya ingin melaporkan mertua kamu kepolisian bisa saja. Kamu tetap akan menjadi Dewangga yang lemah dan tidak memiliki Pow

    Last Updated : 2024-06-29
  • Duda Pilihan Ayah   Delapan Puluh Satu

    "Loh, udah mau pulang?" tanya Naufal yang sedikit tekejut karena Dewangga baru jam empat sore sudah bersiap-siap untuk pulang."Gara-gara kamu saya harus membunjuk Kanaya agar memperbolehkan saya kesurabaya besok." ujar Dewa mengemasi beberapa barang bawaanya."Sekarang Naya harus di bujuk juga toh?" ujar Naufal tidak percaya karena selama ini Dewa bebas-bebas saja mau keluar kota kapanpun tapi sekarang sepertinya sahabatnya ini sudha sadar jika memiliki seorang istri yang memang sudah sewajarnya menjadi prioritasnya."Sejak dulu ya sama tapi tdak sengomel-ngomel sekarang." ujar Dewa.Dulu Dewa memang masih bisa keluar kota semuanya sendiri terkadang bahkan tidka berpamitan dengan Kanya, tapi sekarang dirinya tidak akan bisa melakukan hal itu lagi. Karena dirinya sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi suami dan ayah yang baik buat keluarganya.Dan sekarang bedanya Naya itu lebih cerewet dari dulu, atau mungkin sekarang karena sudah menjadi seorang ibu hingga membuat istriny

    Last Updated : 2024-06-30
  • Duda Pilihan Ayah   Delapan Puluh Dua

    "Tumben ngajakin makan di luar," "Mumpung nenek sama kakeknya Kai nginep dirumah."Untuk pertama kalinya Dewangga Aditama yang lempeng-lempeng aja itu, malam ini mengajaknya keluar katanya malam Rabuan. Aneh kan, biasanya kan malam mingguan la ini suaminya ngajak malam rabuan memang ada-ada saja sekarang suaminya itu."Makan bakso di deket kantor kamu aja yuk, Mas. Aku udah lama nggak makan sate." "Bakso?" tanya Dewa tidak percaya.Padahal malam ini rencananya ingin makan malam romantis di restoran gitu, tapi sepertinya akan gagal karena istrinya lebih memilih makan bakso kaki lima."Masa ngedate makan bakso pinggir jalan," "Pengennya itu..." ujar Kanaya mengerucutkan bibirnya cemberut."Kamu nggak ngidam kan?" tanya Dewa yang merasa ada yang beda dari istrinya yang tiba-tiba menginginkan bakso."Iyaa ngidam pengen bakso." "Iya, beneran mau makan bakso?" tanya Dewa membuat Naya tersenyum dengan wajah imutnya hal itu membuat Dewa tersenyum."Oke."Setelah sampai di tempat langgana

    Last Updated : 2024-06-30

Latest chapter

  • Duda Pilihan Ayah   141

    "Kemarin seru, ya, Mas?" tanya Kanaya dengan senyum nakal, matanya yang cerah menatap Dewangga yang tengah duduk bersandar di headboard ranjang, sibuk membaca buku tebal yang tampaknya tak pernah jauh dari tangannya.Kemarin adalah hari penuh keceriaan, waktu berkualitas yang dihabiskan bersama keluarga kecil mereka. Laughter and joy filled the house—penuh tawa dan kebahagiaan. Namun, kini mereka kembali pada rutinitas masing-masing, dan semua itu seolah menjadi kenangan manis yang terpatri dalam hati.Dewangga menoleh sejenak dan mengangguk. "Kai terlihat bahagia kemarin," ujarnya dengan suara pelan, seperti mengingat kembali momen itu dengan penuh rasa syukur."Kai aja? Emang Mas nggak bahagia?" tanya Kanaya dengan nada menggoda, membiarkan pertanyaan itu mengalir begitu saja, berharap Dewangga menangkap leluconnya."Jika anak dan istri saya bahagia, maka saya juga bahagia, Kanaya," jawab Dewangga, suaranya tenang, namun ada kehangatan yang menyertai kata-katanya. Senyumnya yang tul

  • Duda Pilihan Ayah   140

    Pagi itu, Kanaya terbangun dan langsung disuguhi pemandangan romantis antara ayah dan anak. Dewangga tengah menciumi wajah putranya, Kai, yang masih terlelap dalam tidurnya.“Aku nggak di-cium?” tanya Kanaya, dengan wajah cemberut dari balik selimut, membuat Dewangga menoleh sejenak ke arahnya.Namun, bukannya menjawab, Dewangga malah kembali menciumi pipi Kai, seakan tidak peduli dengan Kanaya yang sedang merajuk.“Mas,” Kanaya memanggil dengan nada menggoda.Dewangga menoleh sejenak, lalu bangkit dan turun dari ranjang."Loh, mau ke mana?" tanya Kanaya saat melihat suaminya bergerak menuju pintu."Kamar mandi, mau ikut?" tanya Dewangga santai, namun dengan senyum yang khas."Males," jawab Kanaya malas, lalu menatap Kai yang masih tertidur lelap. Tidur Kai pagi itu tampak jauh lebih nyenyak daripada malam sebelumnya yang sedikit rewel.Setelah selesai dengan rutinitasnya, Dewangga kembali ke kamar, di mana Kanaya tengah bercanda dengan Kai di atas ranjang. Jika kalian berpikir Dewang

  • Duda Pilihan Ayah   139

    “Beneran pekerjaan kamu udah selesai? Aku nggak mau, ya, nanti tiba-tiba harus pulang gara-gara kerjaan kamu,” ucap Kanaya dengan nada sedikit kesal.Ia melirik Dewangga yang duduk bersandar di kepala ranjang, laptop bertengger di pangkuannya. Matanya tetap terpaku pada layar, jemarinya mengetik cepat.Walaupun Dewangga sudah banyak berubah tidak sedingin dulu, namun untuk yang satu ini sepertinya tidak akan berubah. Karena di mana pun mereka berada, pekerjaan selalu menjadi prioritas utama.“Hanya mengecek laporan sebentar,” jawab Dewangga santai, tanpa menoleh sedikit pun.Kanaya mendesah pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya ke putra mereka, Kai, yang tertidur di tengah-tengah mereka. Nafasnya teratur, wajah mungilnya tampak begitu damai. Senyum kecil muncul di bibir Kanaya, lalu dengan lembut ia mengulurkan tangan untuk membelai pipi anaknya.“Jangan diganggu, dia baru tidur,” tegur Dewangga lembut, masih dengan mata tertuju ke laptop.Kanaya mendengus kecil, lalu cemberut. “A

  • Duda Pilihan Ayah   138

    "Suami kamu jadi nyusul, Nay?" tanya Eyang dengan wajah penuh tanya, membuat Naya menggelengkan kepala. Ia tidak tahu pasti, karena semalam Dewangga mengatakan masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."Belum tahu, Yang. Soalnya Mas Dewa lagi ada proyek baru," jawab Kanaya sambil tersenyum tipis.Eyang Ratih mengangguk bijak. "Gak papa, suami kamu itu memang pekerja keras dari dulu. Kamu harus lebih pengertian dengan pekerjaan suamimu, Nak," katanya sambil menatap cucunya dengan penuh kasih sayang.Kanaya mengangguk pelan. "Naya sekarang sudah lebih mengerti kok, Yang. Sebelum menikah pun, Mas Dewa memang suka kerja, tapi semenjak ada Kai, dia mulai lebih bisa membagi waktu."Kanaya mengingat bagaimana dulu ia selalu mempermasalahkan kebiasaan Dewangga yang workaholic, bahkan sering kali waktu mereka bersama terasa terbatas karena suaminya lebih banyak di kantor."Kai, anak kamu mirip banget sama papanya," ujar Ratih sambil terkekeh, melihat Kai yang asyik bermain dengan sepu

  • Duda Pilihan Ayah   137

    Pagi ini, suasana di dalam mobil terasa hening. Dewangga mengemudi dengan wajah serius, hanya sesekali mengalihkan pandangannya ke spion atau dashboard, tanpa banyak kata. Kanaya duduk di sampingnya, berusaha mencairkan suasana, tetapi setiap kali ia membuka suara, suaminya hanya memberi gumaman atau jawaban sepintas. Tidak ada kehangatan seperti biasanya. Dewangga tampak begitu jauh, seolah keberangkatan mereka bukanlah hal yang dia inginkan.Kanaya merasakan ketegangan itu dengan jelas. Ia tahu, jika terus memaksa berbicara, suaminya bisa saja berubah pikiran dan membatalkan izin untuk pergi. Itu adalah sesuatu yang sangat ingin ia hindari. Ia sudah menunggu kesempatan ini begitu lama, sebuah kesempatan untuk bertemu keluarganya di Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa hari. Namun, perasaan Dewangga yang gelisah, seolah membawa kecemasan yang tak terucapkan, membuatnya merasa bimbang.Mobil mereka akhirnya memasuki area bandara. Di kejauhan, Kanaya bisa melihat keluarganya sudah me

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status