Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 42. Penyelidikan

Share

42. Penyelidikan

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-03-24 20:32:45

Beberapa hari terakhir, hidup seorang Dito Alamsyah dibuat tidak tenang. Berpisah dengan Shana membuatnya kehilangan. Apa lagi tak lama setelah itu sang mantan melaksanakan pernikahan. Patah hati tentu ia rasakan. Namun sayang, semua ini terjadi karena dirinya seorang.

Untuk yang kesekian kalinya, Dito sibuk mengaktifkan nomor baru untuk kembali meneror sang mantan. Dia tidak akan menyerah. Ancaman dari Handaru Atmadjiwo seolah bukan apa-apa. Tidak peduli jika sang mantan sudah menikah dan bahagia, Dito tetap ingin merebut kembali Shana.

"Gue laper, Dito."

"Pesen makan sana," jawab Dito masih fokus pada ponselnya.

Wanita yang sedari tadi bersamanya itu mendengkus. Matanya berputar karena rasa jengah. Dia benci ketika semua orang terdekatnya menjadi tergila-gila dengan Shana Arkadewi. Namun dia juga tidak bisa menahan Dito. Dengan pria itu mengusik Shana, maka rumah tangga Ndaru dan Shana juga akan terguncang.

Shella Clarissa masih menaruh dendam pada Shana Arkadewi. Bukan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Duda Incaran Shana   43. Teka-Teki Arya

    Rencana pertemuan dengan Darma tidak jadi dilakukan. Ndaru baru mendapat kabar jika Darma tidak ada di kantor. Pria itu berada di Kalimantan bersama Guna saat ini. Sebagai pengusaha asli Kalimantan Timur, tentu namanya sangat berpengaruh untuk keberhasilan kakaknya di sana. Akhirnya, Ndaru memilih untuk putar balik kembali ke kantornya. Namun sebelum itu, dari jauh dia melihat Putri yang berjalan mendekat ke arah mobilnya. Dengan segera, Ndaru meminta supirnya untuk berhenti melaju. Ada apa? Sebelum Putri mengetuk jendela mobil, Ndaru lebih dulu membukanya. Dia menatap Putri yang sudah dekat dengan kerutan di dahi. "Mbak di sini?" tanya Ndaru. Putri mengangguk. "Wakilin Papa rapat. Kamu ngapain mau ketemu Papa?" Ah, ternyata niat Ndaru didengar oleh Putri. Jika sudah begini apa harus Ndaru mengungkapkan niatnya? Apa itu hal yang bijak membicarakan kematian kakaknya yang mencurigakan? "Masuk, Mbak. Kita bicara di dalam." Ndaru membuka mobilnya, meminta Putri untuk dud

    Last Updated : 2025-03-25
  • Duda Incaran Shana   44. Pengawal

    Ternyata Ndaru tidak main-main dengan ucapannya. Pria itu mengirim seorang wanita bernama Roro untuk bersama Shana. Bukan hanya untuk mengantar Juna sekolah, melainkan juga mengikutinya ke mana saja. Hingga saat ini, Roro masih berada di sampingnya. Tampak siaga jika Shana membutuhkan sesuatu sewaktu-waktu. Shana tahu jika Roro bukan hanya sekedar supir, melainkan pengawal yang Ndaru pekerjakan untuk mengawasinya. Ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya, Dito tidak banyak membuat ulah. Negatifnya, pergerakan Shana menjadi terbatas. Hari ini adalah awal dari semuanya. Awal di mana kesibukan Shana akan kembali menerpa. Sebagai penulis, dia memang tidak selalu datang ke lokasi syuting, tetapi sudut pandangnya sebagai penulis pasti akan dibutuhkan. Malam ini, semua kru berkumpul menjadi satu. Melakukan doa bersama sebelum proses syuting dimulai besok. Tak lupa dengan tumpeng nasi kuning sebagai bentuk rasa terima kasih pada Tuhan. Mereka semua berdoa agar proses pembuatan film

    Last Updated : 2025-03-25
  • Duda Incaran Shana   45. Akal Muslihat

    Tidak, jangan lagi. Ndaru seketika menggeleng tegas. "Mas Juna tidur di kamar sendiri, ya? Nggak kasian sama Suster Nur ditinggal sendiri?" Bibir Juna seketika maju. "Juna mau temenin Mama sama Papa biar nggak sendirian." Bagus. Sebenarnya berapa umur Juna? Kadang ia terlalu pintar untuk anak seusianya. "Oke, kalau gitu kita tunggu Mama Shana di kamar Mas Juna, ya? Nanti Papa minta Mama nyusul." Mata Juna tampak berkedip lucu. Mencoba mencerna ucapan ayahnya yang terlalu panjang. Masih butuh waktu untuk Juna mencerna dan memahami kalimat itu. "Mau Mama Shana." Pada akhinya Juna pun merengek, kembali memeluk kaki ayahnya dengan manja. Ndaru menggeleng pelan. Tatapan mata anaknya sudah terlihat mengantuk. Namun ia tetap keras kepala menunggu Shana. Ndaru meraih ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam delapan malam, tetapi belum ada tanda-tanda jika Shana akan kembali. Keterlauan. Baru tadi pagi ia memberi peringatan, tetapi langsung dilanggar begitu saja. Lalu apa jug

    Last Updated : 2025-03-25
  • Duda Incaran Shana   46. Acara Berdua

    Waktu telah berlalu. Seperti permintaan Ndaru, Shana akan meluangkan waktu. Ia kira hanya di hari Sabtu, ternyata juga sampai Minggu. Bukan hanya itu, tetapi Ndaru juga membawanya ke tempat yang baru. Untuk pertama kalinya Shana berlayar di atas yacht. Bukan sekedar kapal biasa melainkan superyacht yang dapat menampung sekitar 90 orang. Awalnya Shana tidak tahu undangan apa yang sebenarnya Ndaru datangi. Dia hanya menurut saat pria itu membawanya terbang ke Bali. Namun ternyata Shana dibuat terkejut berkali-kali. Dia memang bukan orang yang kekurangan, tetapi dia masih terkejut dengan gaya hidup orang yang berkecukupan. Untuk hari jadi pernikahan, acara yang diadakan rekan kerja Ndaru sangatlah mewah. Pasangan sejoli yang tak lagi muda tetapi masih terlihat cinta yang membara itu membawa tamu undangan yang terpilih untuk berlayar selama satu hari. Mereka memang tak mau acara yang biasa katanya. Benar-benar luar biasa. Di sini lah Shana sekarang, duduk di salah satu kursi

    Last Updated : 2025-03-28
  • Duda Incaran Shana   47. Hampir Saja

    Benar-benar berat. Setelah mengikuti berbagai kegiatan yang cukup padat, harusnya Ndaru dan Shana bisa langsung jatuh terlelap. Namun nyatanya, hingga jam satu dini hari mata mereka masih kompak terbuka. Rasa kantuk itu terasa, tetapi rasa canggung yang menjadi juara. Di tengah cahaya remang, Shana berbaring membelakangi Ndaru dan begitu juga sebaliknya. "Pak?" panggil Shana pelan. Mencoba memastikan jika pria yang berbaring di sampingnya itu sudah tidur. "Hm." Ternyata belum. "Kok belum tidur?" Shana membalikkan tubuhnya. "Ini mau tidur." Ndaru masih membelakanginya. "Saya nggak bisa tidur." Shana bisa mendengar Ndaru menghela napas. Pria itu bergerak dan membenarkan posisi bantalnya. Membuat posisinya menjadi setengah berbaring sambil bersandar pada kepala tempat tidur. "Seharusnya kita nggak perlu datang ke sini." "Kenapa?" Shana mengikuti posisi Ndaru yang terlihat nyaman. Tanpa sadar lengan mereka saling bersentuhan. Tangan Ndaru juga bergerak dengan sen

    Last Updated : 2025-03-28
  • Duda Incaran Shana   48. Selamat Pagi Dunia

    Terjebak pada situasi yang tidak disukai memang menyebalkan. Bertarung dengan hati dan pikiran sudah menjadi kebiasaan. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menjalankan. Sampai akhirnya bisa terbebas dari yang namanya beban. Ya, Shana menyebutnya beban. Berbagai macam perasaan bak bertarung di dalam pikiran. Ada gelisah, canggung, resah, dan juga senang. Semua bercampur menjadi satu sampai isi perut meminta untuk dikeluarkan. Pagi sudah datang. Hal pertama yang Shana lihat setelah membuka mata adalah sosok pria yang semalam tidur bersamanya. Mereka tidak melakukan apa-apa, bahkan ada pembatas di antara mereka. Namun sepertinya yatch yang mereka naiki ini berhantu. Pembatas selimut yang semalam Shana tempatkan dengan rapi di tengah mereka mendadak menghilang entah ke mana. Lalu saat ini, Shana hanya membatu tanpa bisa bergerak. Jika ia bergerak maka ia akan membangunkan Ndaru. Sejak kapan lengan besar pria itu melingkar di pinggangnya? Bisa saja Shana membangunkan Ndaru dan m

    Last Updated : 2025-03-28
  • Duda Incaran Shana   49. Tamu Tak Diundang

    Akhir pekan begitu cepat berlalu. Rutinitas juga sudah melambai ingin bertemu. Kesibukan mulai meneror Ndaru. Tampak bersemangat untuk menyerbu. Ndaru melewatkan makan siangnya kali ini. Setelah menghadiri rapat penting dia harus menyelesaikan pekerjaan sisanya. Pantang baginya untuk menunda pekerjaan. Setidaknya dia tidak mau membawa pekerjaan ke rumah. Karena itu juga Ndaru sering pulang malam. Ketukan pintu membuat Ndaru mengalihkan pandangannya sebentar. "Masuk," ucapnya. "Permisi, Pak. Ada Pak Guna yang ingin bertemu," kata Fajar, sekretarisnya. "Mas Guna?" gumam Ndaru. "Minta kakak saya masuk," balasnya. Fajar mengangguk dan berlalu pergi. Tak lama Guna masuk bersama istrinya, Dayanti. "Ada apa, Mas?" tanya Ndaru berpindah ke sofa. "Bukannya kamu yang cari aku kemarin?" Guna merenggangkan tubuhnya di sofa. "Jadinya dari bandara langsung ke sini." Ternyata Guna baru saja tiba. Dari mana lagi jika bukan dari daerah pilihannya. Pria itu tampak begitu serius dala

    Last Updated : 2025-03-28
  • Duda Incaran Shana   50. Menjaga Jarak

    "Putri," gumam Shana lemas. "Dia di sini?" Bagas mengangguk. "Mbak Shana nggak mau ketemu dulu? Tadi saya liat Mbak Putri lagi pesen kopi." Shana menarik napas dalam dan mengangguk. "Gue keluar dulu. Lo siapin aja file-nya." Langkah Shana terasa berat. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Untuk pertama kalinya Putri datang menemuinya. Bukan percaya diri. Shana yakin tujuan Putri datang bukan hanya untuk sekedar memesan kopi. Apa lagi jika bukan untuk menemuinya? "Mbak Putri?" sapa Shana pada wanita yang tengah duduk santai di samping jendela. Tampak mengaduk kopi hangatnya dengan elegan. "Mbak di sini?" Senyum Putri mengembang. Senyum yang tak pernah Shana liat selama ia bergabung ke dalam keluarga Atmadjiwo. "Kopi di sini enak." "Terima kasih, Mbak." Shana tampak ragu. "Boleh saya duduk?" Putri lagi-lagi tertawa. "Kita cuma berdua, Shan. Nggak perlu pura-pura." Shana mendengkus pelan dan mulai duduk di hadapan Putri. "Biar gimana pun

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   74. Diam-diam

    Shana harus memanfaatkan waktunya dengan baik. Sebagai seorang ibu, dia tetap mengutamakan kewajibannya untuk menjaga Juna. Seperti saat ini. Meski hanya Ibu Sambung, tetapi Shana dengan tulus menyayangi Juna. Anak itu terlalu menggemaskan untuk diabaikan. Memang Shana tidak menyukai keluarga Atmadjiwo, tetapi tidak dengan anak itu. Juna terlalu polos untuk mengetahui betapa kejamnya dunia. "Mama! Aku dapat bintang lima dari Miss Alin," teriak Juna sambil berlari ke arahnya. Jam pulang sekolah telah usai. Seperti biasa, Shana yang akan menemani Juna selama bersekolah. "Wah, Mas Juna pinter banget." Shana bertepuk tangan senang. Memberi apresiasi yang memang pantas ditujukan untuk Juna. "Tadi bikin gambar sapi," ucap Juna dengan gerakan tangannya. "Mana? Mama mau lihat." Shana berjongkok untuk menyamakan tigginya dengan Juna. Dengan gerakan yang menggemaskan, anak itu membuka tasnya dan mengeluarkan buku gambarnya. Di usia dua tahun ini, Shana melihat jika Juna cuku

  • Duda Incaran Shana   73. Bermain Peran

    Hari ini menjadi hari yang cukup berat untuk Shana. Mulai dari Dito, Ndaru, sampai Nendra. Ketiga pria itu berhasil membuat perasaannya bergejolak. Mulai dari kesal, gelisah, panik, dan masih banyak lainnya. Shana tidak bisa mengungkapkan satu-persatu perasaannya saat ini. Apa lagi saat melihat keberadaan Nendra di depan rumahnya. Tanpa aba-aba dan peringatan pria itu tiba-tiba berada di depan rumah Ndaru. Berdiri tegak dengan senyum manisnya yang khas. Namun ekspresi itu berbanding terbalik dengan Ndaru dan Shana. Jika tidak ingat dengan peringatan Ndaru, mungkin Shana akan menyambut kedatangan Nendra dengan senang hati. Wajah datar Ndaru sudah memperingatinya. Shana tidak akan melakukan aksi gila ada di kepalanya saat ini. Ndaru sedang marah. Dia tahu itu. "Mas Nendra di sini?" tanya Shana mendekat. Tarikan pada kerah kemeja membuat langkah Shana terhenti. Seketika dia kembali tertarik ke belakang sampai punggungnya menabrak dada Ndaru. Tidak menyakitkan, tetapi cukup me

  • Duda Incaran Shana   72. Rasa Canggung

    Sial! Bibir Shana seketika bungkam. Wajahnya kembali memanas karena pada akhirnya Ndaru akan membahas hal memalukan yang ia lakukan. Shana mohon, jangan di depan orang lain! "Apa argumen kamu sekarang?" Ndaru menantang. "Yang it—u yang ta—tadi saya nggak sengaja. Pak Ndaru tau sendiri kalau Dito kejar saya." Shana mulai menurunkan nada suaranya. Karena malu tentu saja. "Saya jadi penasaran. Kalau bukan saya yang di sana, siapa yang bakal kamu cium?" "Pak?!" Shana melirik Gilang dan Nanang gelisah. "Kita bahas di rumah," lanjutnya kembali menatap jendela. "Bagus. Kita langsung pulang. Jadi nggak perlu kamu ketemu Nendra-Nendra itu." Shana memilih untuk diam. Dia membuka kembali ponselnya untuk mengabari Nendra jika ia tidak bisa bertemu. Lagi-lagi Shana hanya bisa menurut. Ndaru kembali membuatnya mati kutu dengan serangannya yang selalu bisa membalikkan keadaan. Seharusnya Shana yang kesal, bukan? Kenapa justru pria itu yang memegang kendali? Sisa perjalana

  • Duda Incaran Shana   71. Melewati Batas

    Keheningan menguasai suasana. Meninggalkan kecanggungan yang begitu terasa. Bibir bungkam menjadi pilihan utama. Tak tahu harus berkata apa untuk mengeluarkan isi kepala. Dalam hati, Shana tak berhenti untuk mengutuk diri sendiri. Meluapkan kebodohannya yang terulang kembali. Bedanya kali ini dia dibuat mati berdiri. Saat mendengar ucapan dari sang suami. "Karena kaca mobil saya gelap." Benar-benar bodoh! Ciuman kedua kembali terulang. Lagi-lagi Shana yang lebih dulu menyerang. Dengan alasan untuk menghindar dari Dito seorang. Begitu tragedi ciuman itu usai, Shana tak lagi kembali ke lokasi syuting. Begitu tahu jika gadis itu tengah menghindari Dito, Ndaru langsung meminta sang supir untuk pergi segera. Menyadari jika mereka tak hanya berdua membuat Shana kembali mengumpat. Ada Gilang dan juga Nanang yang duduk di kursi depan. Membuat wajahnya seketika berubah sangat merah karena menahan malu. Apa mereka berdua melihat aksi gilanya tadi? Dari sudut mata, Shana bisa

  • Duda Incaran Shana   70. Rasa Gelisah 2

    Guna tampak terkejut. "Dia tau?" Hela napas kasar lolos dari mulut Ndaru. "Dia punya informan. Kita harus hati-hati." "Informan? Sialan, siapa dia?" Ndaru menggeleng. "Nanti aku cari tau." "Apa lagi yang kamu dapat dari acara semalam?" "Batu berlian," jawab Ndaru bodoh. "Bukan itu!" dengkus Guna kesal. "Kalau yang itu semua orang juga tau. Kata Maya kamu jadi trendic topic lagi." Guna menggelengkan kepalanya. "Hobi banget kamu jadi omongan banyak orang, tapi nggak masalah, karena itu juga aku minta kamu ke sini. Lihat ibu-ibu di luar sana, pada gemes sama kamu yang akhirnya daftarin anak mereka ke akademi kita." Guna tertawa terbahak. Berbanding dengan Ndaru, pria itu hanya bisa pasrah. Toh, dia juga sudah terbiasa. Dengan tampangnya yang lebih tampan dari saudara-saudaranya, Ndaru sering diperalat untuk mengeluarkan karisma kuatnya. "Satu lagi." Ndaru terlihat ragu untuk mengatakannya. "Shana, dia akrab dengan keluarga Nurdin." Kening Guna berkerut. "Kok bisa?" N

  • Duda Incaran Shana   69. Rasa Gelisah

    Hari Minggu yang tenang tak lagi bisa dibayang. Di pagi buta Ndaru sudah berada di atas awan. Menyusul kakaknya yang berada di Kalimantan. Rasa terpaksa tentu ia rasakan. Namun ada hal penting yang harus ia sampaikan. Dalam hati terdalam, Ndaru lebih suka jika Guna yang datang. Namun ia teringat pada Arya, di mana kakak keduanya itu meninggal karena ingin menemuinya. Ndaru tak mau hal yang sama terulang. Dia sudah kehilangan banyak orang dan itu semua karena dirinya. Dia tak ingin lagi. Di dalam pesawat pribadinya, Ndaru memilih untuk memejamkan mata. Rasa sesal karena tak mengajak Juna mulai terbayang-bayang. Namun ia sedang tergesa. Guna sudah menunggunya untuk hadir dalam acaranya. "Pak, pihak lelang amal semalam menghubungi. Untuk batu permata yang Bapak beli mau dikirim ke mana?" tanya Gilang. Ah, Ndaru lupa akan hal itu. Seketika dia meringis mengingat aksi tak terduganya. Hanya karena beberapa kalimat yang Shana ucapkan, mampu membuatnya terprovokasi dan membeli ba

  • Duda Incaran Shana   68. Ceroboh

    Ke mana perginya semua orang? "Shan, aku beneran cinta mati sama kamu. Aku janji, kalau kamu mau balik sama aku, aku akan berubah." "Omong kosong!" Shana mulai berdiri. Dito tidak mau mengalah. Pria itu ikut berdiri dan terus memohon pada Shana. Namun wajah memelas itu justru membuat Shana ketakutan. Dia tidak lagi bodoh seperti dulu. Dito adalah manusia manipulatif dan Shana tidak akan tertipu lagi. "Shan—" Dito kali ini berhasil meraih tangan Shana. Saat Shana akan berteriak, pria itu membungkam mulut Shana dengan tangannya. "Jangan teriak, Shan. Kamu tau apa yang akan terjadi kalau orang-orang tau kita cuma berdua di ruangan ini." "Sialan! Lepasin gue!" Shana berusaha memberontak. "Aku cuma mau kamu maafin aku. Kita mulai semuanya dari awal, ya?" "Orang gila!" Belum sempat Shana mendorong Dito, pria itu lebih dulu terdorong menjauh. Sepertinya doa Shana di dengar oleh Tuhan. Secara tiba-tiba Roro berada di hadapannya dan berusaha untuk melindunginya. "Janga

  • Duda Incaran Shana   67. Kembali Terulang

    Pagi ini Shana bangun lebih pagi. Tidak lagi bermalas-malasan seperti hari sebelumnya. Hari ini ia akan melakukan kunjungan rutin ke lokasi syuting. Kebetulan lokasi syuting juga tidak dilakukan di luar kota sehingga Shana bisa datang untuk sekedar melihat mahakaryanya. Ada rasa enggan sebenarnya. Tentu saja karena Dito, mantan kekasih gilanya. Namun setelah Ndaru meminta Shana mengganti nomor ponsel, Dito tak lagi berulah. Namun justru itu membuat Shana takut. Entah apa lagi yang akan pria itu lakukan saat mereka bertemu nanti. "Pagi, Bi," sapa Shana memasuki ruang makan. "Selamat pagi, Bu," balas Bibi Lasmi yang tengah menyiapkan makanan. Shana menatap ke sekitar dengan bingung. Keheningan yang ada membuatnya bertanya-tanya. Ke mana perginya semua penghuni rumah? "Kok sepi, Bi? Mas Juna belum bangun?" "Kayaknya belum, Bu. Semalem agak rewel mau nunggu Bapak sama Ibu pulang tapi akhirnya ketiduran juga meskipun udah malem banget." Shana meringis. Meski pulang lebih

  • Duda Incaran Shana   66. Aksi Handaru

    "Ibu Nancy Isabel, 3 miliar rupiah," ucap pemandu lelang menunjuk seseorang yang Shana yakini merupakan wanita sosialita. "Bapak Vincent Wiranto, 3,3 miliar rupiah!" Jantung Shana seketika berdetak cepat saat mendengar nominal itu. "Ibu Nancy, 3,7 miliar rupiah!" "Kembali ke Bapak Vincent, 4 miliar rupiah. Wah-wah persaingan yang ketat antara Bu Nancy dan Pak Vincent," ucap pemandu dengan diiringi tawa puas. "Tidak terduga, ada Bapak Nendra Hasan di sana dengan angka 5 miliar rupiah!" "Nendra?" Shana menegakkan duduknya. Dia menoleh ke arah di mana pemandu lelang menunjuk dan melihat seorang pria yang sudah lama tak ia lihat. "Mas Nendra?" gumam Shana yang kali ini diiringi dengan senyuman. Mendengar nama yang tak asing di telinga, Ndaru pun ikut menoleh. Tatapannya jatuh pada pria yang duduk bersama anggota keluarganya, bersama Nurdin Hasan. "Jadi dia yang namanya Nendra?" gumam Ndaru pelan. "Pak Ndaru kenal?" Shana menatap Ndaru cepat. Dia mendengar gumamam p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status