Share

Dua Tahun Untuk Cinta
Dua Tahun Untuk Cinta
Author: RikaRWahyuni

01

“Hidupmu akan hancur, Alya.” Suara berat ayah Alya memecah keheningan di kantor mewah itu. Ayahnya duduk di seberang meja, wajahnya tampak lelah dan penuh keputusasaan. Alya memandangnya dengan tatapan penuh cemas, tidak menyangka mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut ayahnya.

"Apa maksud Papa?" tanya Alya dengan suara gemetar. Perasaannya kalut, tetapi ia mencoba tetap tegar.

"Perusahaan kita... Mahendra Corp... berada di ambang kebangkrutan," ucap ayahnya dengan berat hati. "Papa sudah mencoba segalanya, tapi tidak ada jalan keluar."

Alya menahan napas. Semua kerja keras dan mimpi-mimpi ayahnya kini runtuh di depan matanya. Namun, ia tahu bahwa kepanikan hanya akan memperburuk keadaan. Dia menghela napas panjang dan berusaha mengendalikan ketakutannya.

"Jangan khawatir, Pa," katanya pelan. "Kita pasti bisa mencari jalan keluar." Meski hatinya dipenuhi kecemasan, ia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di hadapan ayahnya.

Di saat ketegangan menguasai ruangan, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, mengganggu percakapan mereka. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok tinggi yang masuk dengan langkah percaya diri. Alexander Maximilian Arsenio.

Alexander adalah CEO muda dari Arsenio Corp, perusahaan multinasional yang mendominasi industri keuangan dan properti. Alya tidak mengenalnya secara pribadi, namun nama pria itu sudah sering ia dengar di kalangan bisnis.

Alexander memindai ruangan sejenak sebelum duduk di hadapan ayah Alya tanpa diundang. Pria itu memakai jas hitam yang terlihat rapi dan berwibawa. Ekspresinya datar, namun tatapan matanya tajam, penuh kendali.

"Pak Mahendra," kata Alexander dengan suara rendah namun tegas. "Saya sudah mendengar tentang situasi perusahaan Anda."

Ayah Alya mengangguk pelan, wajahnya semakin tegang. "Ya, benar. Saya sedang berusaha mencari solusi terbaik..."

"Saya punya solusi," potong Alexander tanpa ragu. Pandangannya beralih pada Alya, menilai setiap gerakannya. Alya merasa jantungnya berdegup kencang di bawah tatapan itu, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Dan solusi itu akan menyelamatkan perusahaan Anda dari kebangkrutan."

Alya mengerutkan kening. "Apa maksud Anda?" tanyanya, berusaha memahami maksud pria itu.

Alexander menarik napas sejenak sebelum mengucapkan kalimat yang akan mengubah hidup Alya selamanya. "Saya akan melunasi seluruh utang perusahaan keluarga Anda. Sebagai gantinya, Anda menikah dengan saya. Pernikahan kontrak selama dua tahun."

Alya terdiam. Kata-kata Alexander seperti petir yang menyambar di siang bolong. Menikah? Dengan pria yang hampir tidak dikenalnya? Dan hanya sebagai bagian dari kesepakatan bisnis?

"Apa?" Alya akhirnya berhasil bersuara, meskipun suaranya bergetar. "Anda serius? Anda ingin menikahi saya... sebagai bagian dari perjanjian?"

Alexander menatap Alya tanpa berkedip, seolah tawarannya adalah hal paling wajar di dunia. "Ya. Ini bukan pernikahan yang sebenarnya. Hanya sebuah kontrak bisnis. Setelah dua tahun, kita akan bercerai, dan semua ini akan berakhir."

Alya terhenyak. Ia menatap Alexander dengan kebingungan dan kemarahan yang perlahan membakar dadanya. "Anda pikir pernikahan hanya sekadar kesepakatan bisnis?" tanyanya dengan suara lebih keras.

Alexander tidak bergeming, tetap tenang seperti biasanya. "Dalam dunia saya, segalanya adalah bisnis, Nona Mahendra."

Alya mencoba memahami semua yang baru saja terjadi. Menikah dengan pria ini? Seorang pria yang jelas-jelas tidak percaya pada cinta atau hubungan sejati? Tapi di sisi lain, keluarga mereka terancam kehilangan segalanya. Jika ia menolak, ayahnya akan jatuh lebih dalam ke dalam kehancuran, dan tidak ada jaminan mereka bisa bangkit kembali.

Ayahnya menatapnya dengan mata penuh harap, meskipun ada perasaan bersalah yang jelas di sana. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi Alya tahu bahwa ayahnya tidak akan pernah meminta ini darinya. Namun, keadaan telah memaksa mereka berada di posisi ini.

"Apa yang akan saya dapatkan dari semua ini?" tanya Alya, mencoba untuk tetap tegar di tengah situasi yang menekan.

Alexander mengangkat satu alis. "Selain menyelamatkan perusahaan keluarga Anda? Saya akan memastikan bahwa hidup Anda selama dua tahun ke depan berjalan lancar. Setelah itu, Anda bebas, dan kita berpisah tanpa ikatan."

Alya menarik napas panjang. Di dalam kepalanya, berbagai kemungkinan berputar. Ini bukan keputusan mudah, dan bukan keputusan yang bisa diambil hanya dalam satu pertemuan. Tapi di hadapannya, ada pilihan yang tak bisa diabaikan. Dua tahun dari hidupnya, untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran.

Tanpa sadar, ia menatap pria di hadapannya. Tatapan Alexander tidak berubah—dingin, tak tergoyahkan. Dia tahu bahwa pria ini tidak akan mundur dari kesepakatannya.

"Baiklah," kata Alya akhirnya, dengan suara yang terdengar lebih mantap daripada yang sebenarnya ia rasakan. "Saya setuju."

Alexander tersenyum tipis, sebuah senyuman yang tak menyentuh matanya. "Bagus. Kontrak akan segera disiapkan."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status