Share

05

Setelah beberapa bulan menjalani kehidupan pernikahan, Alya mulai memahami ritme sehari-hari di apartemen Alexander. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, sementara Alexander biasanya masih berkutat dengan dokumen-dokumennya atau menerima panggilan telepon yang terdengar serius. Meskipun mereka masih terkesan formal, setiap interaksi membawa sedikit kehangatan, seperti perlahan-lahan es yang mencair.

Suatu pagi, saat Alya sedang mengatur piring di meja, ia mendapati Alexander memandanginya dengan tatapan yang berbeda, lebih lembut. Ia mencoba mengabaikan degup jantungnya yang tiba-tiba terasa tak beraturan, namun tak bisa menahan senyum kecil. Alexander, yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya, tampak seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, sebelum ia sempat bertanya, Alexander sudah beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Alya dengan rasa penasaran.

Hari itu, Alya merasa Alexander sedikit berbeda. Di sela-sela pekerjaan, Alexander lebih sering menghampiri meja kerja Alya yang berada di sudut ruang kerjanya. Mereka bekerja di ruangan yang sama, namun jarang berbicara kecuali ada hal penting yang perlu dibahas. Namun, kali ini berbeda. Alexander mulai menanyakan hal-hal ringan, dari apakah Alya sudah makan siang, hingga apakah ia membutuhkan bantuan dalam pekerjaannya. Interaksi kecil ini membuat Alya semakin bingung, namun ia merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri Alexander.

Ketika malam tiba, mereka duduk berhadapan di ruang tamu. Alexander tiba-tiba mengeluarkan sebotol wine dan mengajaknya untuk bersantai. “Hanya malam ini,” katanya sambil tersenyum, sesuatu yang jarang terlihat di wajahnya. Mereka berbincang tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaan, masa kecil, hingga impian mereka masing-masing. Untuk pertama kalinya, Alya merasa ia benar-benar mengenal Alexander sebagai seseorang yang lebih dari sekadar suaminya dalam pernikahan kontrak ini.

“Aku tidak menyangka kamu akan menjadi teman bicara yang asyik, Alya,” ujar Alexander sambil menatap gelas wine di tangannya. Alya tersenyum kecil, merasa sedikit canggung namun senang mendengar pujian itu.

“Terima kasih,” jawabnya pelan, menundukkan kepala sejenak. “Aku juga tidak menyangka kita bisa mengobrol seperti ini. Biasanya kamu selalu terlihat sibuk dan fokus.”

Alexander tertawa kecil, suaranya terdengar lebih santai dari biasanya. “Mungkin aku perlu belajar untuk rileks. Terkadang, kesibukan membuatku melupakan hal-hal sederhana.”

Perlahan-lahan, suasana di antara mereka semakin hangat. Alya mulai merasakan kedekatan yang berbeda, sesuatu yang membuat hatinya berdebar. Namun, di tengah percakapan itu, Alexander tiba-tiba terdiam, seolah-olah sedang bergulat dengan sesuatu dalam pikirannya.

“Alya,” panggilnya dengan nada serius.

Alya mengangkat kepalanya, menatap Alexander dengan mata yang penuh tanya. “Ya?”

“Aku ingin kamu tahu bahwa...aku menghargai keberadaanmu di sini. Meskipun awalnya kita menikah atas dasar kesepakatan, kehadiranmu benar-benar membuat hidupku berbeda.”

Alya terdiam, mencoba mencerna kata-kata Alexander yang tiba-tiba itu. Ia merasakan kehangatan menjalari hatinya, namun di saat yang sama, ada keraguan yang menyelimutinya.

“Aku juga merasa begitu, Alexander,” jawab Alya pelan, suaranya hampir berbisik. “Aku...terima kasih karena sudah menerimaku di sini, meskipun mungkin sulit bagi kita berdua.”

Malam itu berlalu dengan kebisuan yang tenang. Mereka tak lagi banyak berbicara, namun keheningan di antara mereka terasa nyaman. Ketika Alya beranjak tidur, ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Alexander mulai berubah. Ia tidak lagi melihatnya hanya sebagai pasangan dalam pernikahan kontrak, namun sebagai seseorang yang mungkin memiliki tempat di hatinya.

---

Keesokan harinya, Alya merasa suasana di apartemen sedikit berbeda. Alexander terlihat lebih perhatian dari biasanya. Ia menanyakan hal-hal sederhana, seperti apakah Alya butuh bantuan dengan pekerjaannya, atau apakah ia sudah makan. Meskipun hal ini membuat Alya bingung, ia tidak bisa menahan perasaan bahagia yang perlahan-lahan tumbuh di hatinya.

Namun, di balik perubahan ini, Alya juga merasa ada tembok yang masih sulit ia tembus. Alexander tetap menjaga jarak, seolah-olah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan. Setiap kali Alya mencoba mendekat, Alexander selalu kembali menjadi pria dingin yang sulit ditebak.

Malam itu, Alya merasa ingin memahami Alexander lebih dalam. Setelah makan malam, ia memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara di ruang tamu. Alexander awalnya terkejut dengan ajakan Alya, namun ia tidak menolak.

“Ada yang ingin kubicarakan, Alexander,” ujar Alya sambil menatapnya dengan serius.

Alexander mengangkat alisnya, menunjukkan ketertarikan. “Apa itu?”

“Aku ingin tahu... kenapa kamu selalu menjaga jarak? Meskipun kita sudah menikah, kadang-kadang aku merasa seperti orang asing di sampingmu,” kata Alya dengan suara pelan namun tegas.

Alexander terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab. “Bukan karena aku ingin menjaga jarak, Alya. Aku hanya... sulit untuk terbuka. Ada banyak hal yang aku simpan sendiri, dan terkadang aku merasa lebih nyaman dengan begitu.”

Alya mengangguk pelan, mencoba memahami apa yang dirasakan Alexander. “Tapi bukankah pernikahan ini seharusnya menjadi kesempatan bagi kita untuk saling mengenal? Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu, Alexander. Mungkin... aku ingin kita bisa lebih dari sekadar pasangan kontrak.”

Alexander terdiam, menatap Alya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Aku mengerti, Alya. Tapi terkadang, ada hal-hal dalam hidupku yang sulit untuk dibagikan. Mungkin suatu hari nanti, aku akan siap untuk terbuka padamu.”

Alya tersenyum tipis, meski dalam hatinya ada rasa kecewa. “Baiklah. Aku akan menunggumu, Alexander.”

Malam itu, Alya menyadari bahwa meskipun Alexander mulai menunjukkan sisi lembutnya, ada luka atau rahasia yang ia sembunyikan rapat-rapat. Alya tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan mungkin membutuhkan waktu untuk membuka hati Alexander sepenuhnya. Namun, ia bertekad untuk bertahan dan membuktikan bahwa pernikahan ini bisa lebih dari sekadar kontrak.

---

Beberapa hari kemudian, Alya mendapat undangan dari teman lamanya yang akan menikah. Ia awalnya ragu untuk pergi, mengingat hubungannya dengan Alexander masih terasa canggung. Namun, ketika ia memberanikan diri untuk memberitahu Alexander, pria itu justru menyambutnya dengan baik.

“Kita bisa pergi bersama. Aku ingin melihat seperti apa kehidupan sosialmu sebelum kita bertemu,” ujar Alexander dengan senyum kecil di wajahnya.

Alya terkejut, namun ia merasa senang mendengar tawaran itu. Ini adalah kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama di luar apartemen, sesuatu yang jarang mereka lakukan.

Pada hari pernikahan teman Alya, mereka tiba di acara tersebut dengan tampilan yang elegan. Semua orang memperhatikan pasangan itu, dan Alya merasakan kehangatan di hatinya setiap kali Alexander menggenggam tangannya dengan lembut. Teman-teman Alya terpesona dengan kehadiran Alexander, dan beberapa bahkan memuji hubungan mereka.

Namun, saat malam semakin larut, Alya menyadari ada tatapan yang berbeda di mata Alexander. Ketika mereka kembali ke apartemen, Alexander tiba-tiba menjadi pendiam, seolah-olah ada sesuatu yang mengganggunya.

“Ada apa, Alexander?” tanyanya khawatir.

Alexander menghela napas panjang, lalu berkata dengan suara pelan, “Melihat teman-temanmu... Aku menyadari betapa berbeda hidup kita. Mereka terlihat bahagia, tanpa beban, sementara aku...aku hanya bisa menawarkan hubungan yang rumit ini padamu.”

Alya menggenggam tangan Alexander dengan lembut. “Alexander, aku memilih berada di sini bersamamu. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku siap menjalani semua ini, selama kamu ada di sisiku.”

Alexander menatapnya dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Alya. Aku tidak tahu apakah aku layak mendapatkanmu, tapi... aku akan berusaha.”

Malam itu, mereka duduk berdua di ruang tamu, berbicara tentang masa depan dan harapan-harapan mereka. Perlahan, tembok yang selama ini membatasi mereka mulai retak, dan untuk pertama kalinya, Alya merasa bahwa pernikahan ini bisa menjadi lebih dari sekadar kesepakatan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status