Share

Kebosanan Vania

Penulis: Tyna Anggun
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-21 17:32:15

    Satu bulan kemudian. 

   Saat sedang asyiknya bersantai dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang membuka pintu gerbang dan masuk sebuah mobil dan berhenti di halaman rumah. Beberapa menit kemudian keluarlah seseorang yang tak asing bagiku. Siapa lagi kalau bukan Gilang. Melihatnya saja aku sudah malas. Terkadang aku heran, dirinya tak bekerja apa hari-hari berkeliaran di rumah orang. 

   "Assalamualaikum cantik!" sapa Gilang dengan nada menggoda. 

   "Wa'alaikumsalam!" jawabku ketus. 

   "Hai keponakan paman yang tampan seperti wajah pamannya, apa kabar!" godanya lagi. 

   Tentu saja hal itu membuatku muak. 

   "Apaan sih Mas, ngapain hampir tiap hari datang kesini sih, bosan tahu!" ketusku. 

   "Kok gitu sambutannya, tak baik bicara seperti itu!" sahut Gilang manja. 

   "Biarin, emang kamu tak bekerja ya Mas. Hari-hari keluyuran terus!" cibirku. 

   "Malas, enak tidur-tiduran lagian istriku tak pernah protes dan tak secerewet kamu, wkwkwk!" selanya. 

   "Hum, istrimu saja yang bodoh punya suami macam begini disayang-sayang!" ucapku tak kalah sengit. 

   "Ish, sudahlah Van tak perlu bahas istriku. Lebih baik kita bahas masa depan--" ucapan Gilang terhenti seketika. 

   "Sudahlah tak ada guna meladeni mu!" ketusku dan beranjak melangkah meninggalkan Gilang yang masih cemberut. 

   Kemudian dirinya mengikuti langkah ku, aku pun mempercepat masuk kedalam kamar dan mengunci pintu serapat mungkin. 

   Mendapat kecuekanku yang tak menghiraukan kehadirannya, membuat Gilang sedikit emosi. Kemudian bi Jum menghampirinya saat berada di ruangan dan duduk didepan televisi. 

   "Tuan Gilang sudah lama datangnya?" tanya bi Jum. 

   "Baru saja kok bi," sahut Gilang.

   "Mau minum apa tuan, biar saya buatkan!" tanya bi Jum lagi. 

   "Kopi saja ya bi, seperti biasa!" 

   "Baik, saya tinggal sebentar." sahut bi Jum. 

   Sementara mata Gilang tak lepas melirik dari arah dalam. Dirinya menjadi kesal karena Vania tak mau menemaninya. 

   Beberapa menit kemudian tibalah bi Jum dengan membawa secangkir kopi yang dipinta. 

   Hingga waktu menjelang sore Gilang tak kunjung pulang, dan akhirnya aku terkejut saat diriku tengah membuatkan susu botol untuk bayiku, ku lihat kehadiran Gilang yang tiba-tiba berada di belakang ku. 

   "Ups," ucapku terkejut. 

   Seketika ku lihat kearahnya, terlihat mata tajam menusuk jantungku. Aku pun berusaha membuang jauh-jauh pandanganku. 

   "Sampai kapan kamu menghindar dariku Van!" ucapnya serius. 

   "Cukup Mas, kau sudah gila!" cercaku. 

   "Ya kau yang sudah membuatku gila, gila dan gila!" tutur Gilang dan mencoba melekatkan wajahnya ke wajahku. 

   "Pergi Mas, nanti ada yang melihat. Tolong jangan ganggu hidupku!" ucapku memohon. 

   Kembali di tatapnya mataku, dan seketika dia ingin melumat bibirku, dengan cepat ku dorong tubuhnya hingga membuatnya terjerembab jatuh. 

   "Kau benar-benar sudah gila Gilang!" ucapku dan sedikit berlari meninggalkan dirinya dan masuk kembali ke dalam kamar. 

   "Ha ha ha, Vania, Vania!" lontarnya dan tertawa lepas. 

   "Ada apa ya tuan Gilang, kok ribut-ribut?" tanya bi Jum. 

   "Tak ada apa-apa bi, sudahlah saya mau pulang dulu!" ketus Gilang dan melangkah keluar rumah dan menuju mobilnya. Bi Jum menggelengkan kepala melihat tingkah Adik majikannya itu. 

   Mengetahui Gilang sudah pulang, Vania pun baru berani keluar kamar. 

   "Ada apa Non, tuan Gilang buat ulah lagi ya?" tanya bi Jum yang tiba-tiba hadir dan mengejutkan Vania. 

   "Lama aku bosan lihat dia bi, tapi percumalah!" sahutku geram. 

   Saat waktu menjelang petang Mas Raja baru kembali pulang. Seperti biasa aku menyambutnya dengan hangat. Saat malam tiba, setelah kami selesai menghabiskan makan malam, karena sikapku yang tiba-tiba murung membuat Mas Raja heran.

   "Hai ada apa cantik," tanya Raja memanggilku cantik, mendengar panggilannya seperti itu membuat ku teringat dengan Gilang. 

   "Jangan panggil aku seperti itu Mas, aku tak suka!" sahutku kesal. 

   Seketika Raja mengeryitkan kening dan menatap ku heran. "Kamu kenapa dik, seperti sedang jengkel dengan seseorang?" tanyanya kembali.

   "Tanyakan pada adikmu itu, aku lama-lama bosan kalau harus berhadapan dengannya!" cibirku. 

   "Apa maksudmu dik, Mas tak paham!"

   "Kalaupun aku bicara sama kamu dan mengatakan sejujurnya, apa kamu sebagai Kakak nya percaya dengan ucapan ku ini?" dahutku kesal. 

   "Gilang?" tanyanya terkejut. "Memang apa yang dilakukan olehnya padamu!" tanyanya dengan datar. 

   Kemudian ku dekap tubuh kekarnya, aku pun menceritakan perihal sebenarnya dari awal hingga akhir. Mendapatkan istrinya di perlakukan seperti itu oleh Adik kandungnya sendiri membuat Raja naik darah. Dengan cepat dia beranjak dari duduknya dan menuju pintu, seketika ku cegah. Tentunya dengan alasan, bukan waktu yang tepat untuk membalasnya. Karena bagaimana pun juga, aku tak ingin rumah tangganya hancur dan Gilang membalaskan dendam pada keluargaku. 

   "Jangan dulu Mas, bukan waktu yang tepat untuk membalasnya sekarang!" 

   "Maksudmu, sampai kapan?" tanyanya sinis. 

   "Besok kan dia pasti datang, kebetulan Mas kan libur. Biar kita panas-panasin saja hatinya anggap saja Mas tak tahu apa yang tengah terjadi." bisikku. 

   "Baiklah kalau perlu Mas bogem saja tuh wajah!" ucap Raja geram.  

 ...

   Keesokan harinya seharian di tunggu namun tak datang juga. Mungkin karena tahu hari ini Mas Raja libur bekerja. Tapi bagaimana pun juga ada rasa was-was dihatiku. 

   "Kenapa baru cerita sekarang soal Gilang dik?" tanya Raja saat kami tengah bersantai. 

   "Saat itu aku pernah cerita, tapi Mas tak percaya. Bahkan Mas acuhkan aku!" sahutku. 

   Terlihat  penyesalan di wajah Raja, benar adanya dahulu dirinya tak pernah menggubris ucapan sang istri. Tapi dirinya ingin benar-benar membuktikan ucapan istrinya tersebut. 

   "Dik, minggu depan Mas ada tugas keluar kota. Tapi untuk kali ini cukup lama Mas disana. Bagaimana ini dik, Mas benar-benar khawatir." ucap Raja sedih. 

   Mendengar ucapannya tersebut tentu membuat ku terkejut. Bagaimana tidak, hampir satu bulan berada disana. Lalu bagaimana denganku disini?

   "Lho kok malah ngelamun sih!" tegur Mas Raja mengagetkanku. 

   "Mas apa tak terlalu lama hingga hampir satu bulan?" ucapku sedih. 

   "Ya bagaimana lagi dik, cuma Mas yang bisa menghandle pekerjaan itu!" 

   "Ya sudah kalau memang begitu. Adik berdoa semoga Mas baik-baik saja disana." sahutku sedih. 

   Kemudian tubuhku di rangkulnya dengan lembut, "Jangan khawatir kan Mas, justru Mas yang khawatir ninggalin kamu disini. Tapi Mas akan pasang cctv untuk mengambil bukti atas perbuatan Gilang. Jadi bukti buat kita menghancurkan perbuatannya!" 

   "Mas, apa istrinya tak membuatnya bahagia ya, hingga istri saudaranya diusik?" tanyaku heran. 

   "Istrinya terlalu sibuk dengan dunianya. Itu hukuman buatnya dik, yang terpenting Mas akan pinta bi Jum menjaga kalian dengan baik!"

   ...

   Tibalah masanya Mas Raja berangkat. Dengan berat ku lepaskan kepergiannya. Tapi bi Jum menenangkan kecemasan ku. 

   Hari-hari kulalui dengan penuh rasa sepi. Entah mengapa untuk hari ini fikiranku terus tertuju pada suamiku di seberang sana. Sudah beberapa hari sejak kepergian Mas Raja, tamu tak diundang itu tak menampakkan batang hidungnya. Hatiku pun sedikit tenang, tapi itu cuma beberapa hari saja. Pada malam itu, 

   

   

Bab terkait

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 07. Terungkap Sudah

    Malam itu saat mata ini terpejam, betapa terkejutnya diriku setelah merasakan sesuatu yang menyentuh area sensitif ku. Saat mata ini terbuka ternyata kulihat tepat di hadapanku wajah seseorang yang tak lagi asing bagiku. Ya wajah Gilang yang tengah tersenyum dan dengan cepat dilumatnya bibirku dengan bringas. Aku yang belum sempat melawan terpaksa harus menerima semua cumbuan dan aksi-aksinya yang memancing birahiku. Sungguh kelihaiannya membuatku tak mampu membendung hasratku yang ingin segera menuntaskannya. Cukup lama kami melakukan hal itu, hingga akhirnya kami sama-sama merasakan puncak kenikmatan. Aku tersadar dengan kegilaan ini. Ku tatap wajah Gilang dengan tajam. Gilang mencoba meraih tangan ku, dengan cepat ku tepis. "Pergilah Mas!" tegasku. "Maaf Van, aku--" "Sudah cukup, jangan berkata-kata apa-apa lagi!" sahutku tegas. "Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Kepergian Vania

    Kemudian Vania membuka pintu dan menemui Ibu mertuanya datang. Setelah dilihatnya ternyata bukan hanya dirinya yang datang, tapi seorang perempuan cantik yang tak dikenal. Seketika dilihat oleh Vania perempuan tersebut merangkul tangan Raja dengan manja. "Ada apa ini Ma!" tanya Vania. Kemudian Mama mertuanya menjelaskan maksud kedatangannya tersebut. "Begini Van, maaf kalau Mama tidak jujur dengan kamu, sebenarnya Raja dan Vivi sudah menikah satu bulan yang lalu. Semua ini bukan kehendak Mama tapi atas permohonan dari orang tua Vivi yang merupakan teman Papanya. Sebenarnya mereka sudah lama dijodohkan, tapi saat itu Vivi sedang ada diluar negeri. "Lalu!" jawabnya singkat. "Vivi ingin tinggal di rumah ini bersama mu!" jawab Mama mertuanya. "Dan kau Mas, apa keputusan mu!" tanya Vania geram. Men

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Dua Hati Satu Cinta    Kemana Cinta Akan Berlabuh

    Dua tahun kemudian. Setelah Vania berpisah dengan Raja hidupnya kini tenang. Dengan memiliki putra yang tampan, Vania merasakan kebahagiaan. Sementara Gilang masih tetap menghantui hidup Vania hingga putranya kini yang sudah menginjak tuga tahun. Tapi Vania tak pernah ambil pusing. Untuk menghidupi putra sematawayangnya, sebut saja Juna. Vania harus bekerja di sebuah perusahaan ternama dan hanya sebagai staf karyawan biasa. Karena memiliki wajah yang cantik, banyak laki-laki yang ingin mempersunting Vania agar menjadi istri mereka. Tapi dengan halus di tolaknya, bagaimana pun masih ada trauma yang membuatnya enggan untuk berumah tangga kembali. "Van, ayo sudah mau masuk Maghrib nih biar tak kelamaan mari Mas hantar!" ucap salah seorang staf manager yang sedari dahulu menyukainya. Tapi Vania tak pernah menggubrisnya hingga kini. "Tidak Pak maaf, mungkin taksi bentar lagi lewat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Dua Hati Satu Cinta     Dua Hati Satu Cinta

    Bab 01. Penghianatan "Hai sayang, kamu ada dimana. Lama banget sih!" sahutku kesal. Aku Vania gadis cantik dari desa Sebong Lagoi. Aku memiliki paras wajah yang lumayan cantik dan berlesung pipi. Kekesalan yang kurasakan saat ini ya menunggu. Satu jam ditunggu tidak juga muncul. Gilang, ya pacarku itu kalau sudah buat janji susah sekali untuk menepati. Kalau gak telat, ya lupa. Terkadang membuatku jengah. Aku mencintainya karena kepribadiannya yang sopan dan gak neko-neko sih jadi cowok. Setelah menjalani hubungan yang serius Gilang mencoba untuk melamarku. Tentunya aku sangat bahagia dibuatnya. Pernah satu hari aku dibawa kerumah orang tuanya. Tepatnya di desa sebelah dimana aku tinggal sekarang. Dari situ aku tahu, ternyata Gilang memiliki satu saudara laki-laki yang bernama Raja. Usia mereka bertaut dua tahun. Yang kulihat dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 02. Sakit Tapi Tak Berdarah

    "Sudah bu biar saya saja yang akan menjelaskan pada Vania." ucap Mas Raja mencoba menyakinkan hati Ibu. "Aku tak perlu mendengarkan cerita bohong mu lagi, sudah cukup kau menciptakan kehancuran dalam hidupku. Pergilah kau jauh-jauh dari kehidupan ku!" teriakku mencoba untuk mengusirnya. "Vania! Jaga ucapan mu nak, dia orang yang telah menolong mu. Tak sepantasnya kau berkata seperti itu!" bela Ibu. Seketika membuat ku ternganga, "apa! Menolongku?" batinku tak menyangka kalau Ibu bisa berkata seperti itu. Aku tak tahu, mungkin selama ini Raja sudah mencuci otak Ayah, Ibuku. Ku tarik lengan Mas Raja untuk segera mengikutiku. "Gila kamu ya Mas, sejak kapan kau mempengaruhi pikiran Ibuku, dasar munafik!" ucapku ketus. "Terserah kamu mau menuduh Mas seperti itu. Sedikit pun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 03. Kehamilan Ku

    Saat tersadar kulihat Ibu dan Ayah duduk dan menangis. Diusapnya rambutku dengan lembut. Ku lihat Mas Raja tepat berada di belakang mereka. "Kamu kenapa toh nduk, buat kami khawatir saja," ucap Ayah merasa cemas. "Ya sudah, Ayah dan Ibu keluar dulu ya!" pamit mereka dan segera beranjak melangkah meninggalkan aku dan Mas Raja di dalam kamar. Seketika Mas Raja duduk mendekati ku dan dengan ragu di raihnya jemariku. Seketika di kecupnya dengan lembut. "Van maaf kalau Mas sudah membuatmu jadi begini. Sekarang terserah kamu mau menjauhi Mas atau apa pun yang bisa membuat hatimu tenang dan mulai saat ini juga Mas gak akan mengganggu lagi kehidupan mu. Tapi sebelum Mas pergi, tolong jawab pertanyaan Mas. Kenapa sebegitu besar rasa bencimu selama ini terhadap Mas?" ujarnya sambil terus menatap mataku. "Pergilah Mas, tolong biarkan aku sendiri disini. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 04. Kegilaan Gilang

    Saat itu aku merasakan tubuh ku terasa ada yang menindih. Saat ku buka ternyata sosok laki-laki yang sangat ku benci. Dengan refleks ku dorong tubuhnya hingga membuatnya terjerembab. "Brengsek kau Gilang, buat apa kau datang kesini!" bentakku. Bukan menjauh malah semakin mendekat dirinya, tentu saja membuatku kewalahan. "Van, aku sangat merindukan mu. Tolong izinkan aku mencium mu sekali saja." ucapnya lembut dan mencoba merayuku kembali. "Pergi kau dari sini, dasar laki-laki tak punya akhlak." Seketika kami terkejut dengan suara seseorang mengetuk pintu kamar. Tok tok tok, "Non Vania buka pintunya, kenapa Non kok berteriak!" teriak bi Jum memanggilku dari luar kamar. "Tidak ada apa-apa bi, tadi saya cuma terkejut kok!" jawabku setela

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 05.Kelahiran

    "Pergilah Mas," rayuku pada Gilang saat itu. "Apa kau tak merindukan ku?" tanya Gilang mencoba menahan gejolak di hatinya. "Setelah kau meninggalkan ku dan memilih menikah dengan perempuan kaya itu, kau lupa dengan diriku. Sejak saat itu hilang sudah rasa rinduku ini." ucapku ketus. "Bukankah kau yang meninggalkan aku Van?" cibir Gilang dengan wajah kesal. Seketika aku pun terdiam membisu mendengar penuturannya itu. Untuk cerita tentang masalah itu tak akan ada guna lagi, toh sekarang aku sudah menjadi istri orang yang telah memisahkan aku dari Gilang. "Lalu mengapa kau datang lagi mengganggu hidupku Mas, sekarang aku bahagia menjadi istri Mas Raja, dan kau lihat sendiri aku tengah mengandung darah dagingnya!" cercaku. Seketika Gilang terdiam menatap lekat mataku, terlihat ada rasa penyesalan di matanya. Kemudian Gilang me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20

Bab terbaru

  • Dua Hati Satu Cinta    Kemana Cinta Akan Berlabuh

    Dua tahun kemudian. Setelah Vania berpisah dengan Raja hidupnya kini tenang. Dengan memiliki putra yang tampan, Vania merasakan kebahagiaan. Sementara Gilang masih tetap menghantui hidup Vania hingga putranya kini yang sudah menginjak tuga tahun. Tapi Vania tak pernah ambil pusing. Untuk menghidupi putra sematawayangnya, sebut saja Juna. Vania harus bekerja di sebuah perusahaan ternama dan hanya sebagai staf karyawan biasa. Karena memiliki wajah yang cantik, banyak laki-laki yang ingin mempersunting Vania agar menjadi istri mereka. Tapi dengan halus di tolaknya, bagaimana pun masih ada trauma yang membuatnya enggan untuk berumah tangga kembali. "Van, ayo sudah mau masuk Maghrib nih biar tak kelamaan mari Mas hantar!" ucap salah seorang staf manager yang sedari dahulu menyukainya. Tapi Vania tak pernah menggubrisnya hingga kini. "Tidak Pak maaf, mungkin taksi bentar lagi lewat

  • Dua Hati Satu Cinta    Kepergian Vania

    Kemudian Vania membuka pintu dan menemui Ibu mertuanya datang. Setelah dilihatnya ternyata bukan hanya dirinya yang datang, tapi seorang perempuan cantik yang tak dikenal. Seketika dilihat oleh Vania perempuan tersebut merangkul tangan Raja dengan manja. "Ada apa ini Ma!" tanya Vania. Kemudian Mama mertuanya menjelaskan maksud kedatangannya tersebut. "Begini Van, maaf kalau Mama tidak jujur dengan kamu, sebenarnya Raja dan Vivi sudah menikah satu bulan yang lalu. Semua ini bukan kehendak Mama tapi atas permohonan dari orang tua Vivi yang merupakan teman Papanya. Sebenarnya mereka sudah lama dijodohkan, tapi saat itu Vivi sedang ada diluar negeri. "Lalu!" jawabnya singkat. "Vivi ingin tinggal di rumah ini bersama mu!" jawab Mama mertuanya. "Dan kau Mas, apa keputusan mu!" tanya Vania geram. Men

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 07. Terungkap Sudah

    Malam itu saat mata ini terpejam, betapa terkejutnya diriku setelah merasakan sesuatu yang menyentuh area sensitif ku. Saat mata ini terbuka ternyata kulihat tepat di hadapanku wajah seseorang yang tak lagi asing bagiku. Ya wajah Gilang yang tengah tersenyum dan dengan cepat dilumatnya bibirku dengan bringas. Aku yang belum sempat melawan terpaksa harus menerima semua cumbuan dan aksi-aksinya yang memancing birahiku. Sungguh kelihaiannya membuatku tak mampu membendung hasratku yang ingin segera menuntaskannya. Cukup lama kami melakukan hal itu, hingga akhirnya kami sama-sama merasakan puncak kenikmatan. Aku tersadar dengan kegilaan ini. Ku tatap wajah Gilang dengan tajam. Gilang mencoba meraih tangan ku, dengan cepat ku tepis. "Pergilah Mas!" tegasku. "Maaf Van, aku--" "Sudah cukup, jangan berkata-kata apa-apa lagi!" sahutku tegas. "Aku m

  • Dua Hati Satu Cinta    Kebosanan Vania

    Satu bulan kemudian. Saat sedang asyiknya bersantai dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang membuka pintu gerbang dan masuk sebuah mobil dan berhenti di halaman rumah. Beberapa menit kemudian keluarlah seseorang yang tak asing bagiku. Siapa lagi kalau bukan Gilang. Melihatnya saja aku sudah malas. Terkadang aku heran, dirinya tak bekerja apa hari-hari berkeliaran di rumah orang. "Assalamualaikum cantik!" sapa Gilang dengan nada menggoda. "Wa'alaikumsalam!" jawabku ketus. "Hai keponakan paman yang tampan seperti wajah pamannya, apa kabar!" godanya lagi. Tentu saja hal itu membuatku muak. "Apaan sih Mas, ngapain hampir tiap hari datang kesini sih, bosan tahu!" ketusku. "Kok gitu sambutannya, tak baik bicara seperti itu!" sahut Gilang manja. "Biarin, emang k

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 05.Kelahiran

    "Pergilah Mas," rayuku pada Gilang saat itu. "Apa kau tak merindukan ku?" tanya Gilang mencoba menahan gejolak di hatinya. "Setelah kau meninggalkan ku dan memilih menikah dengan perempuan kaya itu, kau lupa dengan diriku. Sejak saat itu hilang sudah rasa rinduku ini." ucapku ketus. "Bukankah kau yang meninggalkan aku Van?" cibir Gilang dengan wajah kesal. Seketika aku pun terdiam membisu mendengar penuturannya itu. Untuk cerita tentang masalah itu tak akan ada guna lagi, toh sekarang aku sudah menjadi istri orang yang telah memisahkan aku dari Gilang. "Lalu mengapa kau datang lagi mengganggu hidupku Mas, sekarang aku bahagia menjadi istri Mas Raja, dan kau lihat sendiri aku tengah mengandung darah dagingnya!" cercaku. Seketika Gilang terdiam menatap lekat mataku, terlihat ada rasa penyesalan di matanya. Kemudian Gilang me

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 04. Kegilaan Gilang

    Saat itu aku merasakan tubuh ku terasa ada yang menindih. Saat ku buka ternyata sosok laki-laki yang sangat ku benci. Dengan refleks ku dorong tubuhnya hingga membuatnya terjerembab. "Brengsek kau Gilang, buat apa kau datang kesini!" bentakku. Bukan menjauh malah semakin mendekat dirinya, tentu saja membuatku kewalahan. "Van, aku sangat merindukan mu. Tolong izinkan aku mencium mu sekali saja." ucapnya lembut dan mencoba merayuku kembali. "Pergi kau dari sini, dasar laki-laki tak punya akhlak." Seketika kami terkejut dengan suara seseorang mengetuk pintu kamar. Tok tok tok, "Non Vania buka pintunya, kenapa Non kok berteriak!" teriak bi Jum memanggilku dari luar kamar. "Tidak ada apa-apa bi, tadi saya cuma terkejut kok!" jawabku setela

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 03. Kehamilan Ku

    Saat tersadar kulihat Ibu dan Ayah duduk dan menangis. Diusapnya rambutku dengan lembut. Ku lihat Mas Raja tepat berada di belakang mereka. "Kamu kenapa toh nduk, buat kami khawatir saja," ucap Ayah merasa cemas. "Ya sudah, Ayah dan Ibu keluar dulu ya!" pamit mereka dan segera beranjak melangkah meninggalkan aku dan Mas Raja di dalam kamar. Seketika Mas Raja duduk mendekati ku dan dengan ragu di raihnya jemariku. Seketika di kecupnya dengan lembut. "Van maaf kalau Mas sudah membuatmu jadi begini. Sekarang terserah kamu mau menjauhi Mas atau apa pun yang bisa membuat hatimu tenang dan mulai saat ini juga Mas gak akan mengganggu lagi kehidupan mu. Tapi sebelum Mas pergi, tolong jawab pertanyaan Mas. Kenapa sebegitu besar rasa bencimu selama ini terhadap Mas?" ujarnya sambil terus menatap mataku. "Pergilah Mas, tolong biarkan aku sendiri disini. Tak

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 02. Sakit Tapi Tak Berdarah

    "Sudah bu biar saya saja yang akan menjelaskan pada Vania." ucap Mas Raja mencoba menyakinkan hati Ibu. "Aku tak perlu mendengarkan cerita bohong mu lagi, sudah cukup kau menciptakan kehancuran dalam hidupku. Pergilah kau jauh-jauh dari kehidupan ku!" teriakku mencoba untuk mengusirnya. "Vania! Jaga ucapan mu nak, dia orang yang telah menolong mu. Tak sepantasnya kau berkata seperti itu!" bela Ibu. Seketika membuat ku ternganga, "apa! Menolongku?" batinku tak menyangka kalau Ibu bisa berkata seperti itu. Aku tak tahu, mungkin selama ini Raja sudah mencuci otak Ayah, Ibuku. Ku tarik lengan Mas Raja untuk segera mengikutiku. "Gila kamu ya Mas, sejak kapan kau mempengaruhi pikiran Ibuku, dasar munafik!" ucapku ketus. "Terserah kamu mau menuduh Mas seperti itu. Sedikit pun

  • Dua Hati Satu Cinta     Dua Hati Satu Cinta

    Bab 01. Penghianatan "Hai sayang, kamu ada dimana. Lama banget sih!" sahutku kesal. Aku Vania gadis cantik dari desa Sebong Lagoi. Aku memiliki paras wajah yang lumayan cantik dan berlesung pipi. Kekesalan yang kurasakan saat ini ya menunggu. Satu jam ditunggu tidak juga muncul. Gilang, ya pacarku itu kalau sudah buat janji susah sekali untuk menepati. Kalau gak telat, ya lupa. Terkadang membuatku jengah. Aku mencintainya karena kepribadiannya yang sopan dan gak neko-neko sih jadi cowok. Setelah menjalani hubungan yang serius Gilang mencoba untuk melamarku. Tentunya aku sangat bahagia dibuatnya. Pernah satu hari aku dibawa kerumah orang tuanya. Tepatnya di desa sebelah dimana aku tinggal sekarang. Dari situ aku tahu, ternyata Gilang memiliki satu saudara laki-laki yang bernama Raja. Usia mereka bertaut dua tahun. Yang kulihat dari

DMCA.com Protection Status