Home / Romansa / Dua Hati Satu Cinta / Bab 04. Kegilaan Gilang

Share

Bab 04. Kegilaan Gilang

Author: Tyna Anggun
last update Last Updated: 2021-09-22 17:38:11

      Saat itu aku merasakan tubuh ku terasa ada yang menindih. Saat ku buka ternyata sosok laki-laki yang sangat ku benci. Dengan refleks ku dorong tubuhnya hingga membuatnya terjerembab. 

     "Brengsek kau Gilang, buat apa kau datang kesini!" bentakku. 

     Bukan menjauh malah semakin mendekat dirinya, tentu saja membuatku kewalahan. 

     "Van, aku sangat merindukan mu. Tolong izinkan aku mencium mu sekali saja." ucapnya lembut dan mencoba merayuku kembali. 

     "Pergi kau dari sini, dasar laki-laki tak punya akhlak." 

     Seketika kami terkejut dengan suara seseorang mengetuk pintu kamar. 

     Tok tok tok, "Non Vania buka pintunya, kenapa Non kok berteriak!" teriak bi Jum memanggilku dari luar kamar. 

      "Tidak ada apa-apa bi, tadi saya cuma terkejut kok!" jawabku setelah membuka pintu. 

      "Memang Non terkejut kenapa," tanyanya lagi. Jelas ini dilakukan bi Jum karena dia takut terjadi apa-apa denganku. 

      Setelah menjelaskan perihal yang terjadi, bi Jum pun kembali ke tempatnya semula. 

      "Pergilah dari ruangan ini. Aku tak ingin kehadiran mu disini membuat bencana buat ku." ketusku. 

     "Van, apa kau tak merindukanku lagi, sepertinya kau sudah mulai mencintai Kakak ku Raja ya!" 

     "Itu bukan urusan mu. Setidaknya dia tak pecundang seperti mu." cerca ku

     "Aku tahu, untuk bisa dekat dengan ku kau rela menikah dengan Kakaku Raja, benarkan itu Vania?" ucapnya lirih. 

     "Cukup Gilang, pergilah kau dari hadapan ku. Aku sudah terlalu muak melihat tingkah mu." tegasku. 

     "Baiklah sayang, kita lihat saja apa kalian berdua akan merasakan kebahagiaan atau kehancuran." bisiknya dan Gilang pun segera berlalu meninggalkan kamar. 

      Sesungguhnya aku tak habis pikir, sebenarnya apa sih maunya laki-laki pecundang itu. 

     "Mas, apa sering adikmu itu datang kesini?" 

     Seketika Mas Raja mengeryitkan kening menatap heran pada ku. 

     "Ada apa sih dek," tanyanya heran. 

     "Gilang tadi datang kesini, dia mencoba merayuku kembali." penjelasan ku tapi tak membuat Mas Raja percaya. 

     "Mungkin dia ingin menjadikanmu teman dek, soalnya istrinya terlalu sibuk." 

     "Maaf tidak bagiku, musuh takkan mungkin bisa menjadi teman. Itu prinsipku. Sudahlah lupakan saja, tak ada guna membahasnya denganmu." ketusku dan segera beranjak dari tempat ku duduk. 

     "Bukan begitu maksud Mas, kamu salah paham sayang!" diraihnya tanganku, dengan cepat ku tepis. 

     Sungguh menjengkelkan buatku, tanpa mempedulikan panggilan Mas Raja. 

      Keesokan paginya setelah kepergian Mas Raja, aku beranjak melangkah masuk ke dalam rumah.  Seketika terdengar olehku suara gawai yang berbunyi. Saat ku hampiri, dan ku buka ternyata panggilan dari nomor tak dikenal. Karena terus berdering, akhirnya ku beranikan untuk mengangkatnya. Ternyata nomor dari Gilang. Secepatnya ku matikan. 

       Siang itu bi Jum pamit untuk belanja ke pasar. Setelah kepergian bi Jum, aku kembali masuk ke dalam kamar. Ditengah lelapnya mata ini terpejam, terdengar oleh ku suara pintu dibuka. Saat mata ku buka, ternyata kulihat Gilang tersenyum lebar tengah menghampiri diriku yang masih berbaring. Melihat kegilaanya tersebut membuat ku takut. Dengan kondisi perut yang membesar, aku mulai kewalahan. 

      Seketika Gilang dengan bringas mengejarku. Tiba-tiba aku merasakan mulas yang sangat. Tak ada kasihan sedikitpun, Gilang mencoba mencumbui ku. Aku coba memberontak. Saat dirinya mencoba membuka gaunku, tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya. Seketika Gilang terjerembab jauh disisi ranjang. 

     "Jangan ganggu Non Vania tuan, atau saya laporkan ke tuan Raja!" teriak bi Jum. Melihat kondisi ku yang lemah dan tak berdaya bi Jum membimbing ku untuk tidur diatas ranjang. 

      Seketika Gilang melangkah keluar. Aku masih terus merasakan sakit dan mulas yang tak terkira. Setelah bi Jum menghubungi dokter pribadi dari  keluarga Mas Raja, beberapa menit kemudian tibalah dokter itu di kediaman mereka. 

      Dari hasil pemeriksaannya tersebut, aku merasa bersyukur karena kandungan ku tak terjadi apa-apa. 

     "Bi, ada yang ingin saya tanyakan. Tapi jawab yang sebenarnya ya!" 

     "Ya Non, apa yang ingin ditanyaka sebisa mungkin bibi jawab." 

     "Apa sering Gilang datang kesini bi?" tanyaku penasaran. 

     "Iya Non, tapi saya juga heran. Biasanya tuan Gilang itu ramah dan sikapnya sopan lho. Tapi ntah mengapa setelah melihat kejadian tadi bibi sempat tak percaya." 

     "Dari mana dia mendapatkan kunci rumah ini ya bi?" tanyaku heran. 

     "Bibi juga gak tahu Non," jawabnya. 

     "Lebih baik katakan saja sejujurnya  pada Tuan Raja Non," pinta bi Jum. 

     "Mas Raja lebih percaya dengan adiknya bi dari pada percaya dengan ucapanku, istrinya sendiri." ucapku lirih.

      "Sabar ya Non," ucapnya menyemangatiku. 

      Saat malam menjelang, setelah selesai menyelesaikan makan malam bersama tiba-tiba Mas Raja meminta izin dariku. Karena minggu ini dirinya akan menyelesaikan tugasnya di luar kota. Tentu saja membuatku khawatir. Dia mengatakan untuk sementara bi Jum yang akan menemani selama tiga hari. Ya memang waktu yang cukup lama, sehingga aku pun mengiyakan saja. 

     "Kamu jangan khawatir ya sayang, Mas gak akan lama kok."

      "Iya Mas, selagi bi Jum ada di sisiku aku tidak khawatir kok. Yang terpenting Mas disana jangan lama-lama ya. Soalnya perutku ini sudah membuncit he he he."

       "Iya sayang," seketika tubuhku di bimbing masuk ke kamar. 

****

       Keesokan paginya Mas Raja berangkat dengan mengendarai mobil kesayangannya. Aku yang merasakan susah untuk berjalan dengan perlahan masuk ke dalam rumah. 

      Sejak kejadian itu, Gilang tak berani menampakkan batang hidungnya. Walaupun begitu aku tetap waspada. Sambil rebahan di depan televisi, aku pun akhirnya tertidur pulas. Tiba-tiba gawai ku berdering. Saat kulihat panggilan dari seseorang yang tidak ku kenal. 

      "Halo dengan siapa ini," tanyaku penasaran. 

      "Oh Dina, boleh lah. Baik aku tunggu ya, bay!"

     Akhirnya sore itu Dina datang berkunjung. Dia adalah teman ku semasa masih sekolah. Setelah cukup lama bercengkerama, akhirnya dia berpamitan pulang. Tentunya aku merasa kesepian lagi.

      Karena hari sudah larut malam akhirnya aku kembali masuk ke pembaringan. Rasa kantuk yang kurasakan tak tertahankan lagi. Aku pun tertidur dengan pulasnya. 

     Di tengah malam saat tenggorokan ini terasa kering, dengan perlahan ku melangkah menuju dapur. Saat memasuki dapur aku dikejutkan dengan suara seseorang sedang melangkah mendekati diriku. Dengan cepat ku kembali masuk ke dalam kamar. Entah mengapa saat tubuh ini ingin ku baringkan, seketika ada seseorang yang memelukku dari belakang. Tiba-tiba mulutku ditutup dengan cepat oleh tangannya. Kemudian wajah itu merapat di pipiku, dengan lembut di kecupnya.

     "Sayang," desahnya. Mendengar suaranya aku mulai mengenali siapa gerangan orang itu. 

     "Lepaskan aku Gilang. Aku tahu kalau--" ucapanku terputus karena dengan bringas di lumatnya bibirku ini. 

      "Nikmatilah Van, kau pasti menyukainya." ucapnya yang diiringi dengan desahan. 

      "Buat apa kamu pikirkan Raja, belum tentu dia disana setia pada mu. Marilah kita bersenang-senang sayang."

      "Tidak Gilang, tolong jangan lakukan itu," ucapku memohon. 

       "Aku masih mencintai mu Van, aku ingin memiliki apa yang dimiliki Raja!" ucapnya dengan tatapan tajam. 

Related chapters

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 05.Kelahiran

    "Pergilah Mas," rayuku pada Gilang saat itu. "Apa kau tak merindukan ku?" tanya Gilang mencoba menahan gejolak di hatinya. "Setelah kau meninggalkan ku dan memilih menikah dengan perempuan kaya itu, kau lupa dengan diriku. Sejak saat itu hilang sudah rasa rinduku ini." ucapku ketus. "Bukankah kau yang meninggalkan aku Van?" cibir Gilang dengan wajah kesal. Seketika aku pun terdiam membisu mendengar penuturannya itu. Untuk cerita tentang masalah itu tak akan ada guna lagi, toh sekarang aku sudah menjadi istri orang yang telah memisahkan aku dari Gilang. "Lalu mengapa kau datang lagi mengganggu hidupku Mas, sekarang aku bahagia menjadi istri Mas Raja, dan kau lihat sendiri aku tengah mengandung darah dagingnya!" cercaku. Seketika Gilang terdiam menatap lekat mataku, terlihat ada rasa penyesalan di matanya. Kemudian Gilang me

    Last Updated : 2021-10-20
  • Dua Hati Satu Cinta    Kebosanan Vania

    Satu bulan kemudian. Saat sedang asyiknya bersantai dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang membuka pintu gerbang dan masuk sebuah mobil dan berhenti di halaman rumah. Beberapa menit kemudian keluarlah seseorang yang tak asing bagiku. Siapa lagi kalau bukan Gilang. Melihatnya saja aku sudah malas. Terkadang aku heran, dirinya tak bekerja apa hari-hari berkeliaran di rumah orang. "Assalamualaikum cantik!" sapa Gilang dengan nada menggoda. "Wa'alaikumsalam!" jawabku ketus. "Hai keponakan paman yang tampan seperti wajah pamannya, apa kabar!" godanya lagi. Tentu saja hal itu membuatku muak. "Apaan sih Mas, ngapain hampir tiap hari datang kesini sih, bosan tahu!" ketusku. "Kok gitu sambutannya, tak baik bicara seperti itu!" sahut Gilang manja. "Biarin, emang k

    Last Updated : 2021-10-21
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 07. Terungkap Sudah

    Malam itu saat mata ini terpejam, betapa terkejutnya diriku setelah merasakan sesuatu yang menyentuh area sensitif ku. Saat mata ini terbuka ternyata kulihat tepat di hadapanku wajah seseorang yang tak lagi asing bagiku. Ya wajah Gilang yang tengah tersenyum dan dengan cepat dilumatnya bibirku dengan bringas. Aku yang belum sempat melawan terpaksa harus menerima semua cumbuan dan aksi-aksinya yang memancing birahiku. Sungguh kelihaiannya membuatku tak mampu membendung hasratku yang ingin segera menuntaskannya. Cukup lama kami melakukan hal itu, hingga akhirnya kami sama-sama merasakan puncak kenikmatan. Aku tersadar dengan kegilaan ini. Ku tatap wajah Gilang dengan tajam. Gilang mencoba meraih tangan ku, dengan cepat ku tepis. "Pergilah Mas!" tegasku. "Maaf Van, aku--" "Sudah cukup, jangan berkata-kata apa-apa lagi!" sahutku tegas. "Aku m

    Last Updated : 2021-10-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Kepergian Vania

    Kemudian Vania membuka pintu dan menemui Ibu mertuanya datang. Setelah dilihatnya ternyata bukan hanya dirinya yang datang, tapi seorang perempuan cantik yang tak dikenal. Seketika dilihat oleh Vania perempuan tersebut merangkul tangan Raja dengan manja. "Ada apa ini Ma!" tanya Vania. Kemudian Mama mertuanya menjelaskan maksud kedatangannya tersebut. "Begini Van, maaf kalau Mama tidak jujur dengan kamu, sebenarnya Raja dan Vivi sudah menikah satu bulan yang lalu. Semua ini bukan kehendak Mama tapi atas permohonan dari orang tua Vivi yang merupakan teman Papanya. Sebenarnya mereka sudah lama dijodohkan, tapi saat itu Vivi sedang ada diluar negeri. "Lalu!" jawabnya singkat. "Vivi ingin tinggal di rumah ini bersama mu!" jawab Mama mertuanya. "Dan kau Mas, apa keputusan mu!" tanya Vania geram. Men

    Last Updated : 2021-10-24
  • Dua Hati Satu Cinta    Kemana Cinta Akan Berlabuh

    Dua tahun kemudian. Setelah Vania berpisah dengan Raja hidupnya kini tenang. Dengan memiliki putra yang tampan, Vania merasakan kebahagiaan. Sementara Gilang masih tetap menghantui hidup Vania hingga putranya kini yang sudah menginjak tuga tahun. Tapi Vania tak pernah ambil pusing. Untuk menghidupi putra sematawayangnya, sebut saja Juna. Vania harus bekerja di sebuah perusahaan ternama dan hanya sebagai staf karyawan biasa. Karena memiliki wajah yang cantik, banyak laki-laki yang ingin mempersunting Vania agar menjadi istri mereka. Tapi dengan halus di tolaknya, bagaimana pun masih ada trauma yang membuatnya enggan untuk berumah tangga kembali. "Van, ayo sudah mau masuk Maghrib nih biar tak kelamaan mari Mas hantar!" ucap salah seorang staf manager yang sedari dahulu menyukainya. Tapi Vania tak pernah menggubrisnya hingga kini. "Tidak Pak maaf, mungkin taksi bentar lagi lewat

    Last Updated : 2021-11-22
  • Dua Hati Satu Cinta     Dua Hati Satu Cinta

    Bab 01. Penghianatan "Hai sayang, kamu ada dimana. Lama banget sih!" sahutku kesal. Aku Vania gadis cantik dari desa Sebong Lagoi. Aku memiliki paras wajah yang lumayan cantik dan berlesung pipi. Kekesalan yang kurasakan saat ini ya menunggu. Satu jam ditunggu tidak juga muncul. Gilang, ya pacarku itu kalau sudah buat janji susah sekali untuk menepati. Kalau gak telat, ya lupa. Terkadang membuatku jengah. Aku mencintainya karena kepribadiannya yang sopan dan gak neko-neko sih jadi cowok. Setelah menjalani hubungan yang serius Gilang mencoba untuk melamarku. Tentunya aku sangat bahagia dibuatnya. Pernah satu hari aku dibawa kerumah orang tuanya. Tepatnya di desa sebelah dimana aku tinggal sekarang. Dari situ aku tahu, ternyata Gilang memiliki satu saudara laki-laki yang bernama Raja. Usia mereka bertaut dua tahun. Yang kulihat dari

    Last Updated : 2021-09-21
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 02. Sakit Tapi Tak Berdarah

    "Sudah bu biar saya saja yang akan menjelaskan pada Vania." ucap Mas Raja mencoba menyakinkan hati Ibu. "Aku tak perlu mendengarkan cerita bohong mu lagi, sudah cukup kau menciptakan kehancuran dalam hidupku. Pergilah kau jauh-jauh dari kehidupan ku!" teriakku mencoba untuk mengusirnya. "Vania! Jaga ucapan mu nak, dia orang yang telah menolong mu. Tak sepantasnya kau berkata seperti itu!" bela Ibu. Seketika membuat ku ternganga, "apa! Menolongku?" batinku tak menyangka kalau Ibu bisa berkata seperti itu. Aku tak tahu, mungkin selama ini Raja sudah mencuci otak Ayah, Ibuku. Ku tarik lengan Mas Raja untuk segera mengikutiku. "Gila kamu ya Mas, sejak kapan kau mempengaruhi pikiran Ibuku, dasar munafik!" ucapku ketus. "Terserah kamu mau menuduh Mas seperti itu. Sedikit pun

    Last Updated : 2021-09-22
  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 03. Kehamilan Ku

    Saat tersadar kulihat Ibu dan Ayah duduk dan menangis. Diusapnya rambutku dengan lembut. Ku lihat Mas Raja tepat berada di belakang mereka. "Kamu kenapa toh nduk, buat kami khawatir saja," ucap Ayah merasa cemas. "Ya sudah, Ayah dan Ibu keluar dulu ya!" pamit mereka dan segera beranjak melangkah meninggalkan aku dan Mas Raja di dalam kamar. Seketika Mas Raja duduk mendekati ku dan dengan ragu di raihnya jemariku. Seketika di kecupnya dengan lembut. "Van maaf kalau Mas sudah membuatmu jadi begini. Sekarang terserah kamu mau menjauhi Mas atau apa pun yang bisa membuat hatimu tenang dan mulai saat ini juga Mas gak akan mengganggu lagi kehidupan mu. Tapi sebelum Mas pergi, tolong jawab pertanyaan Mas. Kenapa sebegitu besar rasa bencimu selama ini terhadap Mas?" ujarnya sambil terus menatap mataku. "Pergilah Mas, tolong biarkan aku sendiri disini. Tak

    Last Updated : 2021-09-22

Latest chapter

  • Dua Hati Satu Cinta    Kemana Cinta Akan Berlabuh

    Dua tahun kemudian. Setelah Vania berpisah dengan Raja hidupnya kini tenang. Dengan memiliki putra yang tampan, Vania merasakan kebahagiaan. Sementara Gilang masih tetap menghantui hidup Vania hingga putranya kini yang sudah menginjak tuga tahun. Tapi Vania tak pernah ambil pusing. Untuk menghidupi putra sematawayangnya, sebut saja Juna. Vania harus bekerja di sebuah perusahaan ternama dan hanya sebagai staf karyawan biasa. Karena memiliki wajah yang cantik, banyak laki-laki yang ingin mempersunting Vania agar menjadi istri mereka. Tapi dengan halus di tolaknya, bagaimana pun masih ada trauma yang membuatnya enggan untuk berumah tangga kembali. "Van, ayo sudah mau masuk Maghrib nih biar tak kelamaan mari Mas hantar!" ucap salah seorang staf manager yang sedari dahulu menyukainya. Tapi Vania tak pernah menggubrisnya hingga kini. "Tidak Pak maaf, mungkin taksi bentar lagi lewat

  • Dua Hati Satu Cinta    Kepergian Vania

    Kemudian Vania membuka pintu dan menemui Ibu mertuanya datang. Setelah dilihatnya ternyata bukan hanya dirinya yang datang, tapi seorang perempuan cantik yang tak dikenal. Seketika dilihat oleh Vania perempuan tersebut merangkul tangan Raja dengan manja. "Ada apa ini Ma!" tanya Vania. Kemudian Mama mertuanya menjelaskan maksud kedatangannya tersebut. "Begini Van, maaf kalau Mama tidak jujur dengan kamu, sebenarnya Raja dan Vivi sudah menikah satu bulan yang lalu. Semua ini bukan kehendak Mama tapi atas permohonan dari orang tua Vivi yang merupakan teman Papanya. Sebenarnya mereka sudah lama dijodohkan, tapi saat itu Vivi sedang ada diluar negeri. "Lalu!" jawabnya singkat. "Vivi ingin tinggal di rumah ini bersama mu!" jawab Mama mertuanya. "Dan kau Mas, apa keputusan mu!" tanya Vania geram. Men

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 07. Terungkap Sudah

    Malam itu saat mata ini terpejam, betapa terkejutnya diriku setelah merasakan sesuatu yang menyentuh area sensitif ku. Saat mata ini terbuka ternyata kulihat tepat di hadapanku wajah seseorang yang tak lagi asing bagiku. Ya wajah Gilang yang tengah tersenyum dan dengan cepat dilumatnya bibirku dengan bringas. Aku yang belum sempat melawan terpaksa harus menerima semua cumbuan dan aksi-aksinya yang memancing birahiku. Sungguh kelihaiannya membuatku tak mampu membendung hasratku yang ingin segera menuntaskannya. Cukup lama kami melakukan hal itu, hingga akhirnya kami sama-sama merasakan puncak kenikmatan. Aku tersadar dengan kegilaan ini. Ku tatap wajah Gilang dengan tajam. Gilang mencoba meraih tangan ku, dengan cepat ku tepis. "Pergilah Mas!" tegasku. "Maaf Van, aku--" "Sudah cukup, jangan berkata-kata apa-apa lagi!" sahutku tegas. "Aku m

  • Dua Hati Satu Cinta    Kebosanan Vania

    Satu bulan kemudian. Saat sedang asyiknya bersantai dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang membuka pintu gerbang dan masuk sebuah mobil dan berhenti di halaman rumah. Beberapa menit kemudian keluarlah seseorang yang tak asing bagiku. Siapa lagi kalau bukan Gilang. Melihatnya saja aku sudah malas. Terkadang aku heran, dirinya tak bekerja apa hari-hari berkeliaran di rumah orang. "Assalamualaikum cantik!" sapa Gilang dengan nada menggoda. "Wa'alaikumsalam!" jawabku ketus. "Hai keponakan paman yang tampan seperti wajah pamannya, apa kabar!" godanya lagi. Tentu saja hal itu membuatku muak. "Apaan sih Mas, ngapain hampir tiap hari datang kesini sih, bosan tahu!" ketusku. "Kok gitu sambutannya, tak baik bicara seperti itu!" sahut Gilang manja. "Biarin, emang k

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 05.Kelahiran

    "Pergilah Mas," rayuku pada Gilang saat itu. "Apa kau tak merindukan ku?" tanya Gilang mencoba menahan gejolak di hatinya. "Setelah kau meninggalkan ku dan memilih menikah dengan perempuan kaya itu, kau lupa dengan diriku. Sejak saat itu hilang sudah rasa rinduku ini." ucapku ketus. "Bukankah kau yang meninggalkan aku Van?" cibir Gilang dengan wajah kesal. Seketika aku pun terdiam membisu mendengar penuturannya itu. Untuk cerita tentang masalah itu tak akan ada guna lagi, toh sekarang aku sudah menjadi istri orang yang telah memisahkan aku dari Gilang. "Lalu mengapa kau datang lagi mengganggu hidupku Mas, sekarang aku bahagia menjadi istri Mas Raja, dan kau lihat sendiri aku tengah mengandung darah dagingnya!" cercaku. Seketika Gilang terdiam menatap lekat mataku, terlihat ada rasa penyesalan di matanya. Kemudian Gilang me

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 04. Kegilaan Gilang

    Saat itu aku merasakan tubuh ku terasa ada yang menindih. Saat ku buka ternyata sosok laki-laki yang sangat ku benci. Dengan refleks ku dorong tubuhnya hingga membuatnya terjerembab. "Brengsek kau Gilang, buat apa kau datang kesini!" bentakku. Bukan menjauh malah semakin mendekat dirinya, tentu saja membuatku kewalahan. "Van, aku sangat merindukan mu. Tolong izinkan aku mencium mu sekali saja." ucapnya lembut dan mencoba merayuku kembali. "Pergi kau dari sini, dasar laki-laki tak punya akhlak." Seketika kami terkejut dengan suara seseorang mengetuk pintu kamar. Tok tok tok, "Non Vania buka pintunya, kenapa Non kok berteriak!" teriak bi Jum memanggilku dari luar kamar. "Tidak ada apa-apa bi, tadi saya cuma terkejut kok!" jawabku setela

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 03. Kehamilan Ku

    Saat tersadar kulihat Ibu dan Ayah duduk dan menangis. Diusapnya rambutku dengan lembut. Ku lihat Mas Raja tepat berada di belakang mereka. "Kamu kenapa toh nduk, buat kami khawatir saja," ucap Ayah merasa cemas. "Ya sudah, Ayah dan Ibu keluar dulu ya!" pamit mereka dan segera beranjak melangkah meninggalkan aku dan Mas Raja di dalam kamar. Seketika Mas Raja duduk mendekati ku dan dengan ragu di raihnya jemariku. Seketika di kecupnya dengan lembut. "Van maaf kalau Mas sudah membuatmu jadi begini. Sekarang terserah kamu mau menjauhi Mas atau apa pun yang bisa membuat hatimu tenang dan mulai saat ini juga Mas gak akan mengganggu lagi kehidupan mu. Tapi sebelum Mas pergi, tolong jawab pertanyaan Mas. Kenapa sebegitu besar rasa bencimu selama ini terhadap Mas?" ujarnya sambil terus menatap mataku. "Pergilah Mas, tolong biarkan aku sendiri disini. Tak

  • Dua Hati Satu Cinta    Bab 02. Sakit Tapi Tak Berdarah

    "Sudah bu biar saya saja yang akan menjelaskan pada Vania." ucap Mas Raja mencoba menyakinkan hati Ibu. "Aku tak perlu mendengarkan cerita bohong mu lagi, sudah cukup kau menciptakan kehancuran dalam hidupku. Pergilah kau jauh-jauh dari kehidupan ku!" teriakku mencoba untuk mengusirnya. "Vania! Jaga ucapan mu nak, dia orang yang telah menolong mu. Tak sepantasnya kau berkata seperti itu!" bela Ibu. Seketika membuat ku ternganga, "apa! Menolongku?" batinku tak menyangka kalau Ibu bisa berkata seperti itu. Aku tak tahu, mungkin selama ini Raja sudah mencuci otak Ayah, Ibuku. Ku tarik lengan Mas Raja untuk segera mengikutiku. "Gila kamu ya Mas, sejak kapan kau mempengaruhi pikiran Ibuku, dasar munafik!" ucapku ketus. "Terserah kamu mau menuduh Mas seperti itu. Sedikit pun

  • Dua Hati Satu Cinta     Dua Hati Satu Cinta

    Bab 01. Penghianatan "Hai sayang, kamu ada dimana. Lama banget sih!" sahutku kesal. Aku Vania gadis cantik dari desa Sebong Lagoi. Aku memiliki paras wajah yang lumayan cantik dan berlesung pipi. Kekesalan yang kurasakan saat ini ya menunggu. Satu jam ditunggu tidak juga muncul. Gilang, ya pacarku itu kalau sudah buat janji susah sekali untuk menepati. Kalau gak telat, ya lupa. Terkadang membuatku jengah. Aku mencintainya karena kepribadiannya yang sopan dan gak neko-neko sih jadi cowok. Setelah menjalani hubungan yang serius Gilang mencoba untuk melamarku. Tentunya aku sangat bahagia dibuatnya. Pernah satu hari aku dibawa kerumah orang tuanya. Tepatnya di desa sebelah dimana aku tinggal sekarang. Dari situ aku tahu, ternyata Gilang memiliki satu saudara laki-laki yang bernama Raja. Usia mereka bertaut dua tahun. Yang kulihat dari

DMCA.com Protection Status