Share

28. Butuh healing

Menangis. Aku menangis mengingat Esa sempat menitikkan air matanya tadi. Ini pertama kali dalam hidupku melihat seorang laki-laki kecewa berat seolah telah menaruh ekspetasi tinggi pada wanita. Aku sendiri bahkan merasa bersalah dan teramat kecewa pada diriku karena telah membuat orang baik dan pengertian sepertinya terluka. Dalam benak, seribu kali terulang dan mengucur dalam tangis, aku mengharapkan ia bertemu dengan wanita lain yang lebih sehat dan lebih layak bersanding dengannya. Jadi, setelah mengepak koper dan mengunci pintu, aku melihat layar ponselku sejenak, menekan tombol blokir pada kontaknya kemudian pergi dari kosan agar tidak ditemukan.

Hari yang terik, tapi kakiku berjalan menyusuri jalan. Sesekali menjulurkan tangan di tepian trotoar untuk taksi kosong, sebelum akhirnya memilih perjalanan ke sebuah tempat yang jauh. Aku melamun dan supir taksi curiga padaku. Ia bertanya apakah aku sedang sakit atau tidak, atau mau ke mana? dengan raut khawatir. Aku tidak punya tujuan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status