"Kyaa," jerit Queenza saat ia melihat mobil yang melaju kencang ke arahnya.Beruntung sang pengendara mobil dengan sigap mengerem mobilnya tepat waktu hingga tak sampai menimbulkan kecelakaan.Queenza yang terkejut meluruhkan tubuhnya ke aspal karena seluruh tenaganya sudah terkuras dan ia pun sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit yang sejak tadi ia tahan.Pengendara mobil yang juga terkejut segera keluar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Queenza."Mbak, kamu gak apa-apa kan?" tanya orang itu saat sudah dekat dengan Queenza. Ia lalu melihat sekeliling yang terlihat sepi. Dia pun mencoba menggoyangkan tubuh Queenza yang terkapar di jalan itu, dan saat ia membalikan tibuh Queenza. Betapa terkejutnya orang itu. "Queen, ini beneran kamu kan?" ucapnya sambil membawa Queenza ke dalam pangkuannya, ia mencoba menyadarkan Queenza yang sudah tak sadarkan diri. "Queen bangun. Apa yang sudah terjadi sama kamu, kenapa kamu sampai seperti ini." Tanpa sengaja tatap
Semua orang menatap Niki. Bu Halimah yang mendengarnya terlihat sangat syok. Ada apa ini sebenarnya. Kenapa anak dan calon mantunya ingin membatalkan pernikahan ini. Apa mereka berdua sudah besekongkol untuk membuatnya jantungan karena syok. Pikirnya."Maafkan aku Om, Tante. Aku sebenarnya ingin memberitahuhan ini dari beberapa waktu yang lalu, hanya saja waktunya selalu tidak tepat. Dan hari ini waktu yang tepat untuk aku berbicara," ucap Niki dengan suara yang bergetar. Tangannya meremas gaun yang ia kenakan."Kenapa?" tanya bu Halimah sambil menatap kecewa pada Niki."Aku ... aku mencintai pria lain," dusta Niki. Hatinya teramat sakit saat ia mengatakan itu. Tapi, ia tak ingin lebih dipermalukan dengan mendengar pembatalan dari pihak Dimas. Jadi ia berpikir lebih baik dia yang membatalkan pernikahan ini dibanding dia yang ditolak. Bu Halimah menangis lalu pingsan karena tak siap dengan apa yang tengah ia hadapi saat ini. Semua orang terkejut dan mendekat pada bu Halimah. Pak Pra
Dimas bangkit dari duduknya saat mendengar suara mobil yang datang. Dengan cepat ia berlari ke arah luar. Ia menatap tajam orang yang baru saja keluar dari mobil itu.Ervan yang baru tiba pun terkejut saat melihat Dimas yang kini berada di depannya, dengan cepat ia berjalan dan melayangkan tinjunya pada Dimas. Karena amarah yang sudah membuncah di dalam hatinya.Dimas yang tak mau kalah pun membalas memukuli Ervan. Kini mereka saling baku hantam.Alvin dan pak Asep mencoba melerai mereka berdua yang sudah sama-sama babak belur."Brengsek lo, bajingan. Bisa-bisanya lo main gila sama bini gue," teriak Ervan."Lo yang lebih brengsek, gak bisa jaga bini lo dan malah menyia-nyiakannya. Jangan salahkan gue embat bini lo, karena semua berawal dari lo yang gak becus jaga bini lo, jadi wajar kalau bini lo cari kenyamanan sama gue yang memberikannya perhatian lebih," ucap Dimas dengan ponggah."Bangsat lo." Ervan hendak memukul Dimas kembali. Namun, ia tak bisa be
Orang yang menolong Queenza berdiri di depan ruangan ICU di mana Queenza yang tengah berbaring di dalam sana. Ia menatap Queenza dengan sendu lewat kaca."Queen, apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kamu sampai seperti ini? Bertahanlah! Aku janji akan membantumu dan siap menjadi tamengmu asal kamu bangun Queen" ucap orang itu dengan lirih. Queenza dinyatakan koma setelah menjalankan oprasi. Dan orang yang membantu Queenza selalu setia menemani Queenza.Queenza terlihat mengerjap-ngerjapkan matanya. Orang yang sudah menolong Queenza tersenyum dan segera memanggil dokter.Setelah Queenza diperiksa, orang itu mendekat pasa dokter yang sudah memeriksa Queenza."Bagaimana Dok keadaan adik saya?" tanyanya pada sang dokter."Bersyukur adik Anda sudah melewati masa kritisnya, dan sebentar lagi bisa dipindahkan ke ruang perawatan" jawab dokter itu sambil tersenyum."Syukurlah. Terima kasih banyak Dok," ucapnya lagi sambil tersenyum penuh kelegaan. "Sama-sama, itu sudah tugas dan kewajiban s
Queenza terbangun dari tidurnya dan terkejut saat tangan sebelah kirinya digenggam erat oleh Abi, ia perlahan mencoba melepaskan genggaman itu dan beringsut turun dari ranjang."Kamu sudah bangun," ucap Abi membuat Queenza tersentakQueenza menghentikan gerakannya yang mau turun dari ranjang.Abi bangun dari duduknya dan mendekat pada Queenza, ia lalu membantu Queenza turun dari ranjang."Kamu mau ke mana?" tanya Abi sambil membawa tangan Queenza."Aku mau ke kamar mandi." Queenza melepaskan tangan Abi yang memegang tangannya. "Aku bisa sendiri," ucapnya sambil mencoba berdiri. Namun, rasa nyeri di perutnya membuat Queenza kembali duduk di atas ranjang.Abi tersenyum tipis saat melihat Queenzq yang urung untuk berdiri, ia pun masih setia berdiri di depan Queenza.Queenzq hanya diam dan tak berani meminta bantuan pada Abi. Tapi, semakin lama ia semakin tak bisa menahan rasa ingin buang air kecilnya itu. Ia pun mendongakkan kepalanya dan menatap Abi dengan wajah yang memelas.Abi terseny
Queenza dan Abi menoleh bersamaan saat melihat seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam ruang rawat Queenza.Abi dengan cepat berdiri dan menghalangi Queenza dengan tubuhnya agar tak terlihat orang yang baru saja masuk itu. Ia menatap curiga orang tersebut."Kamu siapa?" tanya Abi dengan waspada."Ah, maaf. Sepertinya saya salah masuk ruangan," ucap orang yang tadi membuka pintu dan masuk begitu saja ke ruangan.Abi tak langsung percaya, dia terus menatap curiga orang itu."Maaf Pak, saya masuk ke ruangan yang salah. Saya kira ini ruangan teman saya," ucap orang tersebut, setelah meminta maaf dia pun pergi dari ruangan itu.Abi kembali duduk di kursi sambil menghela napas panjang. Ia kira yang barusan masuk itu yang mengincar Queenza, iq pun menatap Queenza yang sedang menatapnya."Kamu kenapa tadi tegang begitu Mas?" tanya Queenza sambil tersenyum."Aku kira, tadi itu orang yang cari kamu," jawab Abi jujur.Queenza tersenyum."Aku gak kenal
Dimas tengah termanung sendiri di atas balkon kamarnya sambil menatap langit yang gelap dan berawan."Kamu di mana Queen? Aku harap kamu baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu sama kamu," gumam Dimas dengan lirih.Dimas tak berhasil menemuka Queenza, Dimas juga sudah menyuruh semua anak buahnya untuk mencari di seluruh kota dan luar kota. Namun, Dimas tak juga menemukan Queenza bahkan jejaknya saja tak ada. Dan Dimas sudah sangat frustrasi."Ya Tuhan, tolong lindungi di mana pun Queenza berada. Jangan sampai dia kenapa-napa Tuhan. Aku harap bisa secepatnya menemukannya dan aku akan meminta maaf karena sudah terlambat menjemputnya," ucapnya sambil mendongakkan kepalanya. Air matanya jatuh saat membayangkan wajah Queenza yang terus saja berputar di kepalanya.Lamunan Dimas buyar saat seseorang menepuk bahunya. Dan spontan ia menoleh ke arah belakang."Ibu," ucap Dimas dengan nada yang penuh kecewa. Entah kenapa setiap kali ada yang menepuk pundaknya, ia selalu berharap jika itu Queenza
Queenza menatap sedih Abi, ia tidak menyangka jika Abi akan meninggalkannya sendiri di sini. Bahkan bukan hanya sehari dua hari. Tapi, berbulan-bulan lamanya. Ia sungguh takut untuk hidup sendiri di kota ini. Ia takut jika Ervan menemukannya dan akan berbuat sesuatu pada ibu dan juga adiknya. Queenza membelalakan matanya saat teringat dengan ibu dan adiknya. Ia kenapa tidak memikirkan nasib aang ibu dan juga adiknya itu. Kenapa ia bisa seegois ini."Bu-bukan gitu Queen! Emm ... sebenarnya, aku mau ajak kamu ke luar kota juga dan mana mungkin aku tega meninggalkan kamu sendiri di sini. Tapi, melihat kondisi kamu yang seperti ini." Abi melihat Queenza dari atas sampai bawah lalu kembaki melanjutkan ucapannya. "kamu gak mungkin bisa dibawa keluar kota."Queenza dengan cepat menghapus air matanya yang tadi sempat jatuh di pipinya lalu tersenyum lebar, ia pikir Abi akan meninggalkannya sendiri di kota ini."Aku gak apa-apa kok Mas, aku pasti kuat," sahut Queenza dengan antusias.Abi mengge